Deja Vu - Medan Trip #3

1.5K 174 15
                                    

Aku mematut bayanganku di cermin. Blouse v-neck warna hijau tua dan rok pensil yang aku kenakan terlihat pas untuk acara makan malam formal di salah satu hotel mewah malam ini. Rambut panjang yang aku kuncir setengah juga menambah kesan elegan. 

Tapi entah kenapa perutku dari pagi tadi rasanya mulas. Aku yakin ini bukan akibat makan makanan ekstra pedas selama beberapa hari ke belakang. Melainkan karena dari sarapan, sikap Thareq tak seperti biasanya.

Jam tujuh tiga puluh pagi bisa-bisanya pria itu sudah mengetuk pintu kamarku untuk mengajak sarapan. "Turun yuk, perut gue udah dangdutan nih. Kan semalam kolak gue elo yang ngabisin."

Berbalut baju tidur, setelah cuci muka dan sikat gigi aku turun ke restauran. Menuruti kemauan si Abang yang entah kenapa tampak ceria pagi ini. Apa dia salah bantal ya sehingga ada yang bergeser di dalam kepalanya?

"Ternyata nggak dandan dan pakai baju seadanya gini lo cantik juga ya Nar," puji Thareq lalu memasukan potongan melon ke dalam mulutnya. "Baru sekarang nih gue liat lo kayak gini, beda."

"Jiah," aku mendengus kasar. "Nggak usah nyindir gitu. Gimana gue mau siap-siap dulu kalau kamar gue udah digedor pagi-pagi? Si Mas lo aja masih asyik molor."

"Gue nggak nyindir Nar, ini gue serius," ujarnya sambil nyengir-nyengir tanpa dosa. "Dulu gue pernah baca tuh di internet, kalau yang bikin perempuan keliatan cantik itu kepercayaan diri. Kirain bullshit, ternyata bener juga ya."

Mataku memicing sengit, "Elo pagi ini salah minum obat apa gimana sih Bang? Jadi takut gue."

"Loh, apa yang salah dari pernyataan gue Nar?" Thareq membela diri. "Selama ini kan lo suka heboh kalau mau ketemu klien tapi rambut lo belom dicatok, atau lo lagi nggak pakai apa tuh? Eyeliner? Mascara? Pokoknya itu deh. Padahal menurut gue sih nggak perlu sebegitunya heboh."

Aku yang tidak terbiasa menghadapi Thareq versi flirty, tentu saja salah tingkah sampai tidak sadar mencelupkan rotiku ke teh, bukannya susu. "Yah, bego!" 

Sementara itu di depanku Thareq malah terkekeh, lalu bangun, mengambilkanku segelas teh tanpa diminta. "Nih, buat ganti yang tadi. Jangan grogi gitu dong Nar, santai aja."

Seratus persen aku yakin kalau semalam ada peristiwa yang membuat Thareq dan Mas Baskara bertukar jiwa seperti ibu dan anak di film Freaky Friday. Nggak pernah-pernahnya Thareq menggodaku sesering ini. Apalagi mukanya terlihat santai ketika melakukannya.

Sepanjang sarapan aku berupaya mengganti topik yang lebih ringan. Mulai film, makanan, sampai gosip anak-anak kantor. Ini tentu bukan kali pertama aku ngobrol dengan Thareq. Tapi entah kenapa, aku merasakan ada perubahan di dalam dirinya. 

Entah lah, dia seperti lebih. Bebas? Santai? Aku sendiri pun ragu.

Yang jelas, sepanjang hari dia banyak melontarkan lelucon-lelucon bahkan sampai membuat klien kami terpingkal-pingkal. Padahal biasanya Thareq ini orangnya nggak terlalu bisa klik sama orang baru. Apalagi sampai menikmati jadi pusat perhatian. 

I can't say I hate this version of him. Untung lah dia baru menampakkan sisi ini ketika aku sudah bisa berhasil move on darinya. Kalau nggak? Bahaya. 

Seperti tadi, waktu Bu Tiur baru tahu kalau Thareq ternyata sudah bertunangan. "Ya ampun, sudah mau nikah? Saya kira masih sendiri kau Dek."

"Iya sudah Bu. Kan saya udah mau jalan kepala tiga, meski tampang sih masih cocok jadi anak kuliahan kan ya Bu?" Thareq menggoda Bu Tiur jahil. "Sama kayak Bu Tiur. Kelihatannya seperti masih usia tiga puluhan.

Si Ibu kontan tersipu, sambil lalu menepuk tangan Thareq. "Ah kau ini bisa saja. Nanti gadismu ini marah nggak lihat kau goda-godain perempuan lain?"

Meja makan kami dipenuhi gelak tawa. Aku yang sudah tahu kalau Mikhaila itu lumayan cemburuan geli sendiri membayangkan reaksinya melihat Thareq menggoda ibu-ibu usia lima puluhan awal. Apa dia bakal ngomel juga?

ResignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang