04. Pacaran yuk.

80 21 99
                                    

三三ᕕ( ᐛ )ᕗ Jika orang itu menyebutmu jelek, janganlah berputus asa, belum tentu orang itu berkata bohong.

❀(*'▽'*)❀

"Ralyn Aulia gue mau bicara, penting!!! " Markojang si mahluk astral enggak punya otak berkunjung ke rumah janda muda aduhai yang baru saja bercerai dari suami super pelit bin meditnya. Markojang tertantang dirinya sangat ingin mendapatkan hati Ralyn, karena hanya dialah yang tidak mempan terkena pelet cinta Markojang.

Meskipun memiliki wajah pas-pasan jangan salah, banyak gadis cantik yang terpesona dengan paras jelek cowok itu. Markojang pernah menjadi play boy cap gayung lope pada masanya.

"Apaan sih berisik bangat, ganggu tau enggak? " Ralyn kesel dia menyiram Markojang pakai satu ember air bekas cucian piring, Markojang basah kuyup. Namun ia semakin semangat untuk tatap memperjuangkan perasaannya.

"Mau enggak jadi pacar gue? " ucap Markojang tanpa basa basi, ini sudah yang ke seratus kalinya Markojang mengajak Ralyn jadian.

Berulang kali mendapat penolakan, ditampar sampai babak belur, cowok itu tidak pernah lelah mengejar cintanya. Markojang tatap akan berjuang sampai darah penghabisan.

"Ogaaaaaaaahhhh Markojang, harus berapa kali sih gue ngomong. Gue enggak mau jadi pacar lo. "

"Emangnya tadi gue bicara apa Lin? "

"Mau enggak jadi pacar gue? " Tanpa berfikir lagi Ralyn mengulangi perkataan Markojang.

"Iya Lin. Cowok ganteng dunia akhirat ini bersedia jadi pacar lo. "

Sepertinya Ralyn salah bicara?

"Ojaaaaaaaaaaaaangggg rese bangat sih jadi orang. Pokoknya kita putus titik! " Ralyn menepuk jidatnya, kelakuan Markojang memang selalu sukses membuat darah tingginya kumat.

"Lah baru beberapa detik udah putus aja, kita balikan aja Lin. Gue janji akan membahagiakan lo. "

"Dengerin, pasang telinga baik-baik. Kalau belum bisa membahagiakan orang tua enggak usah bikin janji mau bahagiakan anak orang ya kutu kupret kampret! "

𓆌𓆌𓆌

"Pengen deh, main Hujan-hujanan barang kamu, terus kita kesamber petir, pasti romantis bangat. " Markojang menatap langit kelabu, matahari bersembunyi dibalik awan hitam sepertinya hujan akan datang menyapa alam semesta kembali.

"Idih lo aja Jang, gue mah ogaaaaaaaaaahhh!!! " Hujan menginginkan dirinya akan kenangan manis yang telah berlalu. Rasanya masih terasa hangat pelukan dari seseorang yang Ralyn cintai tatapi sayang cowok itu sudah pergi meninggalkan segala luka dan derita. Mantan suami Ralyn ditangkap polisi atas dasar percobaan pembunuhan berencana.

"Lin kalau sedang hujan begini lo ingat apa? " Markojang bertanya.

"Hujan selalu mengingatkan gue akan dirinya yang telah lama pergi. Dibawah rintik air hujan yang mengalir deras Dia memeluk erat gue, dia berjanji akan mencoba membuka hati untuk gue, tatapi kenyataannya apa? Dia tatap memilih Marpuah Sabalabala. "

"Pengki brengsek Lin. Lo sama gue aja dijamin bahagia. "

"Please, jangan mulai lagi Jang! Betewe kalau hujan lo ingat apa? Hehehe. " jiwa kepo Ralyn meronta ronta. Markojang memang sangat rese dan meyebalkan tatapi jika diajak bicara asyik dan seru terkadang candaan receh yang dilontarkan cowok itu selalu mampu membuat orang lain tertawa bahagia.

"Udara dingin menusuk kulit, gue selalu ingat banjir sangat meresahkan jiwa bayangkan saja malam panjang waktunya ngehalu eh air masuk rumah gue tanpa permisi. Alih alih berkencan romatis dengan Ralyn Aulia di alam mimpi, eh malah berberes rumah. " Markojang curhat perihal rumahnya yang sering banjir dikala hujan tiba.

"Selain ingat banjir, ingat apa lagi?"

"Ingat kamu Lin," ucap Markojang pakai nada menggoda pipi Ralyn merah merona.

Ralyn merasa bersalah sudah menyiram Markojang pakai satu ember air bekas cucian piring. Ralyn memberikan pakaian baru untuk Markojang, untung saja baju milik mantan suaminya masih ada yang ia simpan. Tidak mungkin kan Markojang memakai daster miliknya?

****

"Pengen makan bakso." Mata Ralyn berkaca kaca dirinya ngidam bakso ingin beli tatapi enggak memiliki sepeserpun uang, masa iya ngutang dulu bayarnya kapan-kapan.

"Ayo kita beli," kata Markojang. Andai saja Ralyn mau menjadi pacarnya dia akan terus mencoba mewujudkan apa yang Ralyn inginkan.

"Emangnya lo punya duit?" pertanyaan itu terdengar aneh di telinga Markojang, mana mungkin putra dari juragan tidak memiliki uang?

"Punya Lin, jangankan bakso kedai baksonya saja gue mampu beli."

"Hah? Bukannya lo miskin ya? " Ralyn agak terkejut mendengar ucapan Markojang, terlebih cowok itu memperlihatkan isi dompetnya pada Ralyn. Markojang memiliki banyak uang Ralyn curiga bahwa Markojang habis ngepet sepertinya.

"Betul gue memang miskin, yang kaya itu orang tua gue Lin."

"Oh gitu .... " Ralyn tidak perduli Markojang kaya atau miskin yang penting ia bisa menikmati bakso secara gratis.

****

Bersambung.





𝑀𝑎𝑟𝑘𝑜𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝐶𝑖𝑛𝑡𝑎 || 𝑺𝒆𝒍𝒆𝒔𝒂𝒊 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang