39. inikah namanya cinta?

1.5K 127 7
                                    

 

   Suara Bising yang berasal dari arah depan, membuat Reina terganggu, maniknya pun perlahan terbuka. "Siapa sih?." Gerutunya kesal, tidur panjangnya jadi terganggu begini, segera ia mengikat asal rambutnya, dan menghampiri objek kegaduhan diluar sana.

   Dari Ruang Tamu, Reina tidak begitu jelas melihat Sosok yang tengah beradu mulut dengan kekasihnya. "Sayang..!" Panggil Reina, sontak Rafkha pun membalikkan Tubuhnya menghadap Reina.

   "Mimi..!" Gumamnya pelan hampir seperti bisikan, Reina tidak tau harus berkata apalagi, Sosok didepan sana tengah menatapnya dengan pandangan mengejek, sekali saja ia ingin pingsan, atau melarikan diri menghilang dari muka bumi ini, tapi itu tidak akan terjadi, Kini Ia hanya terpaku dalam kemungkinan-kemungkinan yang mendadak bergumul di otak kirinya.

   "Hai Tuan Putri, Gimana Nyenyak tidurnya?." Celetuk mimi, sembari bersedekap Dada, seolah sedang menonton opera sabun.

    "Tumben banget lo malam-malam kesini, biasanya lo kabarin gue dulu."

   mimi melangkah maju, dan memilih duduk di sofa keras milik Reina "insting seorang sahabat, kalau sahabatnya lagi berkhianat ." Ujarnya dengan nada ketus.

   "Bisa aja lo bercanda nya mi." Tukas Reina, menahan gugup setengah mati, ini memang sangat memalukan, ia tau betul sifat mimi yang sudah seperti ember bocor, padahal jelas Reina sengaja menutupi hubungannya dengan Rafkha, semata-mata untuk kenyamanan mereka berdua, dia enggak membayangkan jika satu kantor tahu statusnya kini, bukan tidak mungkin ada gosip miring setelah ini.

   Tidak ada yang bicara, atau mau memulai pembicaraan, mimi yang hendak melepaskan beratus-ratus umpatan , harus ia tahan sementara, menunggu Tersangka di seberangnya mengakui perbuatan Dosanya.

   "gue lagi nunggu klarifikasi dari lo Rein, Lo enggak ada gitu niat buat muntahan penjelasan lo didepan gue?!."

  Reina terlihat menampilkan senyum lima jarinya, walaupun semua tahu, itu hanya senyum palsu yang dibuat-buat, untuk menutupi seluruh wajahnya yang tengah memerah malu, setelah dipergoki oleh sahabatnya sendiri.

   Mata gadis itu pun mengarah kepada Rafkha, seperti memohon pertolongan kepada pria itu, ia berharap dengan penjelasan Rafkha, untuk kali ini posisinya akan sedikit aman. Tapi nyatanya berkebalikan Dengan Rafkha, Ia tak begitu paham dengan kode-kode yang Reina Gencarkan.

   "Saya sama Reina memang Pacaran, kami sama-sama Suka, dan Yang penting kami Tidak punya pasangan, enggak salahkan kalau kami memilih untuk memulai hubungan lebih dari sekedar rekan kerja?."

   Seketika tubuh Reina lemas mendengar Penjelasan yang kedengarannya seperti penegasan itu, Rafkha kali ini membuatnya kehilangan muka didepan mimi yang sialnya sedang tersenyum memberi selamat, tapi Reina tahu betul, Otak liciknya tengah bermain saat ini.

   Padahal maksud Reina, Rafkha mengembalikan Fungsi Bossy nya kali ini, tapi tak disangka penuturan nya itu, memang hal yang ingin sekali didengar oleh mimi. Sudah tidak ada harapan lagi kedepannya, ia yakin, besok pagi Satu Divisi akan mencecarnya dengan ribuan pertanyaan, mungkin mulai malam ini, Reina harus mempersiapkan mental baja, otot kawat tulang besinya, barangkali ditengah-tengah pertempuran nanti, dia chaos.

   "Selamat ya pak, Saya udah nyangka ini sih kalau bapak sama Reina bakal jadian, soalnya bapak kan ganteng, Reina Juga cantik, sama-sama klop banget kalau jadi pasangan." puji mimi, tampangnya sudah mirip bulldog, yang merengek minta makan.

   Reina jadi makin malas menatap Rafkha, dasar penghianat pekiknya dalam hati, Sekuat tenaga ia menutupi Rahasianya, eh dengan gampangnya Rafkha malah mengumbar seperti itu.

 Saranghae BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang