26. Pacar katanya (2)

3.7K 273 16
                                    

   reina menjerit puas setelah rafkha mengajaknya bermain boat, lalu dilanjut dengan kegiatan snorkling manisnya dengan rafkha, untuk pertama kalinya reina benar-benar merasa hidup di dunia, bukan karena rafkha yang sok romantis selama mendampingi reina, tapi keindahan yang dia dapat dibawah air itu, sesuatu yang selama ini hanya ia saksikan di dalam layar televisi.

   bahagia?, tentu saja sangat-sangat bahagia, tidak menyesal mengikuti saran rafkha untuk berlibur ke lombok. pokoknya, tahun depan dia berjanji akan kembali kesini, membawa teman-temannya bila perlu. ngomong-ngomong soal kembali, kabar buruknya hari ini adalah hari terakhir ia berada di lombok, barusan, mereka mendapat kabar bahwa investor yang berasal dari negeri singa, akan datang ke indonesia, dan meminta pertemuan dengan pihak bramantho dipercepat, alhasil, rafkha pun memutuskan untuk pulang besok.

    Tiga hari rasanya terlalu cepat untuk dirasakan, baru saja pagi tadi reina berniat mengunjungi pantai pink sebelum kembali, tapi pekerjaan mengharuskannya mengubur plannya. ah tapi bila di fikir, ini semua tidak adil, Rafkha memangkas jadwal liburannya dengan terpaksa, sementara janjinya waktu itu, satu pekan adalah jatah liburannya.

    ''selesai..'' gumam reina pelan, sembari memandang puas istana pasir yang ia buat.

   usai berolahraga air, reina memang memilih bermain di bibir pantai, ingin mencoba membuat istana pasir katanya, rafkha mendengus sebal karena hal itu dia harus rela menunggui reina seperti pengasuh, mengawasinya dari jarak. dan oh tuhan, reina mulai mendekat dengan dua orang balita yang ternyata sedang membuat istana.

   ''ayo pulang ke penginapan!.'' seru rafkha mencoba menghentikan kegiatan konyol reina.

   ''sebentar lagi.'' balasnya, mata reina fokus menilik, barangkali ada yang kurang dari bagian istananya.

   ''ini udah tengah hari rein, kamu enggak berniat ngebunuh saya secara perlahan kan?.''sergah rafkha tak terima ketika reina secara sengaja mengulur waktu.

    ''Oke, kita makan siang.'' putus reina segera beranjak sebelum rafkha menelurkan nada tujuh belas oktafnya.

    Makan siang kali ini di dominasi oleh reina langsung, rafkha menyerahkan buku menu pada gadis itu, sementara rafkha sendiri sibuk berbalas pesan di ponselnya. entah siapa yang sedang pria itu bicarakan disana, reina seperti tidak perduli. meskipun katanya mereka berpacaran, reina sendiri tidak buru-buru menyerahkan hatinya, dia tentu sedang menunggu pernyataan tulus dari bibir bossnya itu. meskipun dia sudah bilang berpacaran, mulut buaya siapa yang percaya?.

   Rafkha meletakkan ponselnya, bersamaan dengan datangnya makanan di depan mereka. hidangan seefood, menguar bersamaan dengan angin laut yang berhembus. posisi mereka memang menghadap laut, jadi dapat dipastikan udaranya yang panas tapi sejuk. bahkan selama di sini, rafkha mewanti-wanti padanya untuk tidak memakai dress, atau rok pendek, sebab anginnya yang lumayan kencang, karena menuju musim panas, bisa membuat pakaian bertebangan oleh angin.

   dan ada lagi peraturan yang dibuat rafkha seenakny, untuk tidak memakai bikini, ataupun pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, dan juga tidak ada minum soda, atau wine. selama disini rafkha memang menjaga reina dengan ketat, keluar penginapan harus dikawal oleh rafkha yang mengaku menjadi body guard dadakan untuk reina.

  ''loh pak dewa mau kemana?.''tanya Reina agak kaget ketika mendapati dewa yang sudah siap dengan koper yang ia bawa, tak lupa pakaiannya yang rapi, gelagat yang seperti ini, reina paham betul, pasti dewa akan pergi meninggalkannya berduaan di villa yang horor ini.

   ''saya mau ke bali, jadi saya minta maaf ya kalau saya enggak bisa menemani kalian sampai besok.'' balas dewa, reina mendadak gelisah, skenario apalagi ini, jangan sampai ia menjadi pembunuh nantinya, hanya karena tinggal seatap dengan musuh dalam selimutnya ini.

 Saranghae BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang