Bintang yang Terkurung

9.8K 1K 91
                                    

Jay menengadah. Menatap jendela di depannya. Kepalanya terasa pening. Tubuhnya sedikit menggigil. Semalam ia tak tidur. Hanya terduduk di lantai dengan kepala menunduk. Memeluk lutut, mencoba menghangatkan diri.

Sesuatu telah mengganggu pikirannya. Mengganjal hatinya. Membuatnya begitu resah dan khawatir. Yang Jungwon, wajah si pemilik nama terus saja muncul di pikirannya.

Tangan Jay bergerak. Membuka kancing bajunya satu persatu. Lalu kuku-kuku panjang itu ia goreskan pada perutnya. Ia meringkuk di lantai. Diam-diam menyiksa dirinya sendiri. Menancapkan kuku panjangnya. Menggores kulit dan menusuk daging perutnya.

Jay menangis. Bukan sakit fisik yang membuatnya menangis. Luka batinnya yang perlahan menutup kembali menganga. Seandainya ibunya tidak meninggalkannya. Seandainya kekasihnya masih tetap ada. Kata "seandainya" membuat Jay semakin terluka. Kenapa hidupnya seperti ini? Ia hanya ingin orang yang ia sayang berada di sisinya. Saat ini tidak ada orang yang mampu menghancurkan bentengnya. Lalu seorang dokter manis datang. Merobohkan benteng dengan kelembutannya. Mengikis kerasnya benteng yang telah Jay buat.

Jay menerimanya. Membuka diri dan membiarkan sang dokter memasuki hidupnya. Namun semua seolah tertepa badai. Bersama Jungwon justru membuatnya semakin takut. Apa ia harus membenci Jungwon?

Kuku tajam itu terus mencakar perutnya. Jay menggigit bibirnya. Dadanya terasa sesak. Ia ingin Jungwon menjadi miliknya. Tak akan membiarkan orang lain menyentuh miliknya. Namun apa haknya? Atas dasar apa Jay ingin memiliki Jungwon? Ketidaktahuan Jay membuatnya semakin frustasi.

"Jay-ssi!"

Suara lembut itu. Membuat Jay semakin ketakutan. Derap langkah halus mendekat. Jay semakin meringkuk. Menggigit bibirnya kuat-kuat.

"Jay-ssi, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

Jungwon terlihat panik. Pasiennya meringkuk di lantai. Pipinya basah. Wajahnya terlihat begitu kacau. Jungwon berjongkok. Membantu Jay untuk duduk di ranjang.

Jay benar-benar terlihat kacau. Jungwon memindai tubuhnya. Matanya membulat ketika melihat luka cakar yang begitu banyak di perutnya. Ada yang sekedar goresan ada pula goresan yang begitu dalam hingga mengeluarkan darah.

"Pergilah!"

Suara dingin menusuk, mengganggu pendengaran Jungwon. Ia Menautkan alisnya, Jungwon memperhatikan Jay. Pasien di depannya tengah duduk dengan kepala tertunduk. Tangannya mengepal begitu kuat. Apa maksud ucapannya barusan? Apa yang terjadi dengan Jay? Kenapa ia begitu dingin. Aura ini sama seperti aura Jay saat pertama kali mereka bertemu. Lalu luka di perutnya, darimana Jay mendapatkannya?

"Jay-ssi?"

"Pergi!"

"Apa yang salah?"

"Kau tidak ingin pergi?"

Alis Jungwon semakin bertaut. Kenapa Jay mengusirnya? Kenapa ia kembali menjadi seperti ini?

"Aku tidak paham ucapanmu, Jay-ssi."

"Temui appaku. Katakan kau sudah mengundurkan diri!"

Jungwon terkejut. Kalimat ini lagi! Jungwon merasa aneh dengan Jay. Nada bicaranya, tatapannya, auranya, juga kalimatnya. Sekali lagi, apa yang salah? Apa Jungwon melakukan sesuatu diluar batas? Tapi apa?

"Tidak bisa! Aku diberi mandat. Aku harus menyelesaikan tugasku. Aku masih memiliki lima hari!"

"Aku memberimu kesempatan untuk lepas. Tapi kau menolak. Aku tidak tahu resiko apa yang akan kau tanggung nanti!"

"Aku akan menanggungnya! Apa pun itu."

Jay mendecih. Menyeringai begitu mengerikan. Matanya menatap lurus ke arah Jungwon. Dibalik sorot mata Jay, terbaca sifat licik dan mengerikan yang belum pernah Jungwon tahu. Namun Jungwon berusaha tetap tenang. Emosi Jay hanya sedang tidak stabil. Sejak pulang dari taman, Jay terus menjauhinya. Ia tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan pasiennya. Namun satu hal yang Jungwon tahu. Ada sesuatu yang menggangu pikiran Jay hingga membuatnya tertekan.

OBSESSION | JAYWON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang