Flashback
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya tiga hari setelah Jungwon memberikan jawabannya. Menyuarakan penolakan atas keinginan seseorang untuk memilikinya. Memunggungi seseorang yang selalu menatapnya.
Semua sudah selesai. Semua akan baik-baik saja. Begitulah pemikirannya.
Pagi itu, Jungwon berada di kliniknya yang sudah lama tidak ia kunjungi. Sehari sebelumnya, ia sudah memutus kontrak dan mengambil kembali kliniknya pada Tuan Park. Jungwon berkeliling di setiap ruangan, memperhatikan setiap objek yang terpampang. Semuanya tidak berubah, membuat Jungwon merasakan kerinduan yang teramat besar. Klinik kecilnya adalah tempat yang paling nyaman dan memiliki banyak kenangan.
Ia duduk bersandar di kursi kerjanya. Mengusap meja kayu di hadapannya. Ada sedikit debu yang menempel. Ia menoleh, menatap dirinya dari pantulan kaca. Sudah hampir seminggu ia tidak mengenakan jas dokternya. Ia merasa seperti seorang pensiunan yang merindukan profesinya.
"Sarapan!"
Suara itu mengalun menyapa gendang telinga Jungwon dan mengambil alih perhatiannya. Jantung Jungwon berdebar. Suara bariton itu sedikit terdengar seperti suara seseorang. Ia pun menoleh, dan menghembuskan napas lega setelah mengetahui si pemilik suara.
"Umm." Jungwon mengangguk dan berjalan mengikutinya. Ia memandangi punggung lebar milik Sunghoon. Beberapa hari ini ia begitu bergantung kepada Sunghoon. Jungwon sudah terbiasa melakukan apa saja sendiri. Namun akhir-akhir ini justru Sunghoon lah yang merawatnya.
Sejujurnya Jungwon sedikit malu. Jay sudah mengumbar masa lalunya yang menyakitkan. Ia takut Sunghoon akan jijik padanya yang kotor. Namun semua di luar dugaannya. Di saat Jungwon merasa terpukul atas pernyataan Jay, Sunghoon justru mengulurkan tangan dan menopangnya.
"Aku ingin membuka praktek lagi." Jungwon bersuara. Mereka kini duduk berhadapan sembari menyantap sarapan. Jungwon menautkan alis. Masakan ini terasa lezat. Sudah jelas bukan hasil masakan Sunghoon. Pasti Sunghoon membelinya.
Sebelum kembali ke klinik, Jungwon tinggal di apartemen Sunghoon untuk dua hari. Saat itu Sunghoon memaksakan diri untuk memasak. Namun baru lima belas menit Sunghoon berada di dapur, ia sudah hampir membakar apartemennya. Semenjak itu Jungwon tidak pernah mengizinkan Sunghoon berkutat di dapur. Dan Sunghoon pun enggan membantah. Apa yang dikatakan Jungwon, maka ia akan menurutinya.
"Butuh bantuan?" Sunghoon bertanya dengan mulut penuh makanan. Ia menatap Jungwon dengan senyum cerah seperti biasanya.
"Aku sudah banyak merepotkanmu." Jungwon menolak dengan halus. Lalu mengomeli Sunghoon untuk makan lebih pelan. Dan Sunghoon kembali menurutinya.
"Aku tidak pernah bilang kau merepotkanmu. Aku bisa membantumu membersihkan klinik ini." Sunghoon tidak menyerah. Tidak merepotkan memang. Ia justru merasa senang ketika Jungwon meminta tolong padanya. Ia akan membusungkan dada, berbangga pada dirinya. Lihat, aku Sunghoon! Aku adalah orang yang bisa diandalkan Jungwon! Kurang lebih seperti itu.
Jungwon berdeham. Bersih-bersih? Kenapa itu terdengar menggelikan? Mengingat keadaan apartemen Sunghoon yang nampak kacau, rasanya sangat mustahil jika Sunghoon bisa bersih-bersih.
Dan pagi itu Sunghoon benar-benar memperlihatkan kemampuannya. Ia membantu Jungwon membersihkan klinik dengan tenang. Pekerjaannya pun nampak memuaskan. Jika dia memiliki kemampuan bersih-bersih, lalu mengapa apartemennya dibiarkan kacau?
"Aku ingin menghemat tenagaku untuk membantumu." Begitulah jawabannya.
Keesokan harinya, semua sudah beres. Jungwon membuat selebaran yang di pasang di depan kliniknya. Mengumumkan jika ia kembali membuka praktek. Di hari pertama, masih sangat sepi. Hanya ada dua orang yang berkunjung untuk diperiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION | JAYWON [END]
Fanfictionob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Jay mengidap thantophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka kesembuha...