Bulan Membelenggu

7.7K 718 76
                                    

Hujan satu hari satu malam sudah mereda. Bumi benar-benar basah. Seolah langit telah memuntahkan semua bebannya. Hari ini matahari memberontak. Seharian penuh ia terkalahkan dengan awan mendung. Pagi ini dengan percaya diri yang tinggi, matahari menampakkan diri. Mempertontonkan cahaya agungnya. Menghangati bumi dengan ketulusannya.

Rerumputan basah mulai mengering, embun menguap, burung-burung keluar sarang dan bercicit. Sinar matahari benar-benar mengilhami bumi. Menyeruak masuk dari celah, menembus ke dalam kamar seseorang. Mengusik tidur nyenyak orang di dalamnya. Menyebarkan rasa hangat namun sedikit menyebalkan.

Jay terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya. Setelah matanya terbuka sempurna, ia menoleh menatap wajah lembut di sampingnya. Bibirnya mengulum senyum. Tak  mengira jika Jungwon akan memeluknya hingga pagi. Jay ingin menikmati setiap detik berada di pelukan Jungwon. Saat matanya hendak kembali memejam, ia mengingat satu hal. Hari ini ia harus pergi ke anak perusahaan milik ayahnya. Hari pertama menjadi CEO muda.

Seketika wajah Jay nampak lesu. Semangatnya memudar. Ia masih ingin berada di pelukan Jungwon. Dengan berat hati ia harus melepaskan pelukan Jungwon. Meninggalkan rasa yang begitu nyaman. Ia duduk di samping tubuh Jungwon, lalu menunduk untuk memberi si dokter kecupan lembut. Tangannya bergerak membetulkan selimutnya. Lalu bergegas turun untuk membersihkan diri.

Suara gemericik air membuat sepasang mata yang terpejam bergetar. Jungwon meraba kasur di sampingnya. Mendapati apa yang ia cari tidak ia temukan, dengan hitungan detik ia membuka matanya tanpa aba-aba. Jungwon terduduk dengan begitu kilat. Lalu meringis kesakitan di bagian bawahnya. Lukanya belum benar-benar pulih, ia juga masih sedikit demam dan kepalanya seketika terasa seperti dipukul batu bata. Jungwon memejam sejenak untuk menyesuaikan diri. Bangun tidur dengan cara seperti itu sangat tidak baik untuk jantung. Namun orang panik pun akan masa bodoh dengan hal seperti itu.

Setelah cukup tenang dan stabil, Jungwon mendengarkan suara gemericik air dari kamar mandi lagi. Mengingat wajah sendu dan tangisan Jay semalam, ia tiba-tiba khawatir. Ia takut Jay melukai dirinya lagi. Ia takut Jay masih memikirkan kejadian semalam. Hingga tak menyadari, sejak kapan Jungwon menjadi protektif terhadap Jay? Bukankah orang itu orang yang seharusnya ia benci? Namun untuk orang yang memiliki hati nurani yang tinggi selalu menyampingkan rasa benci.

Apa yang si tuan muda itu lakukan? Dia tidak menyakiti dirinya lagi kan?

Pertanyaan itu terus mengalun dan membuat kepala Jungwon seperti tertebas. Ia pun ingin mencari jawabannya. Saat turun dari ranjang, ia sedikit menggigil ketika telapak kakinya bersua dengan lantai yang dingin. Dengan langkah sedikit terseret, ia mendekat dan berdiri di depan kamar mandi.

Dengan gerakan lambat, tangannya terulur. Saat hampir meraih knop pintu, knop itu sudah diputar dari dalam. Lalu pintu itu terbuka. Orang yang keluar dari dalam hampir menubruknya. Sontak Jungwon mundur, namun langkahnya goyah. Ia hampir saja terjatuh sebelum sepasang tangan merengkuh pinggangnya. Lalu ia mendapatkan sebuah pelukan.

“Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Kenapa berdiri di situ? Jika aku tidak hati-hati aku pasti sudah menubrukmu dan melukaimu. Hampir saja.”

Tuan muda cerewet itu terus melontarkan kekhawatirannya. Namun orang yang ia khawatirkan tidak merespon. Pikirannya sedang teralih. Jungwon mengerjap. Pipinya menempel pada kulit dingin nan basah. Beberapa detik kemudian, ia menyadari tengah bersandar di dada telanjang Jay.

Jungwon mengingat perasaan ini. Saat kulit mereka saling bergesekan. Kulit Jay sedikit kasar. Terlebih banyak luka sayatan di permukaannya. Jungwon masih mengerjap. Ingatannya membawanya pada sebuah kenangan mengerikan ketika Jay berada di atasnya dengan tubuh tanpa sehelai kain. Memeluknya sembari mengecup seluruh wajahnya.

OBSESSION | JAYWON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang