Empat hari sudah berlalu. Semua terasa begitu cepat. Bulan yang semula bersembunyi kini mulai menampakkan diri. Jay berhasil melawan rasa takutnya. Ia tak lagi menjadi monster. Ia mau membuka diri. Berbicara dengan orang lain. Tersenyum dengan orang lain.
Semua itu berkat usaha Jungwon. Meski ada satu hal yang harus ia pertaruhkan. Ia dikurung di dalam rumah Tuan Park. Tak diperbolehkan melangkah keluar rumah barang satu langkah pun. Kebebasannya direnggut oleh si tuan muda. Tak marah, tak protes. Jungwon menerimanya. Tinggal satu hari lagi. Ia akan segera bebas.
Namun kesembuhan Jay justru membuatnya kewalahan. Si tuan muda semakin manja. Selalu menempel padanya. Mogok makan ketika keinginannya tidak dipenuhi. Apa Nyonya Park dulu sering memanjakan anaknya? Wajar saja. Jay adalah anak tunggal. Penerus bisnis Tuan Park. Tentu saja ia pantas diperlakukan seperti itu.
“Jungwonnie!”
“Wonnie!”
“Keringkan rambutku!”
Lihat kan! Akhir-akhir ini tingkah Jay memang seperti itu. Sangat manja! Setiap pagi Jay akan mengetuk pintu kamar Jungwon. Meminta bantuan untuk menggosok punggungnya, mengeringkan dan menata rambutnya, menyuapinya, menemaninya bermain games, dan masih banyak lagi. Saat malam hari pun begitu. Jay akan diam-diam menyelinap masuk ke kamar Jungwon. Lalu berbaring dan memeluk Jungwon. Sejujurnya Jungwon tidak nyaman. Pernah sekali ia mengunci pintu kamarnyanya. Namun perbuatannya justru membuat Jay naik pitam. Ia bahkan sempat berniat mendobrak pintu kamar Jungwon. Disaat seperti inilah Jungwon menyesali ucapannya. Ia pernah mengaku sebagai babysitter Jay. Dan benar saja. Yang ia rawat memang seperti bayi.
“Kau punya dua tangan, kenapa tidak melakukannya sendiri? Apa fungsinya tanganmu?” Jungwon menggerutu sembari mengusak rambut Jay dengan handuk.
“Memeluk Jungwonnie-ku.” Jay menjawab sembari menengadah menatap Jungwon di hadapannya. Jungwon memutar kedua matanya. Jay sangat sulit diajak berbicara serius. Ia akan mengatakan hal-hal seperti ini dan berujung menggoda Jungwon.
“Tidak ada yang lain?”
“Ahh ada satu lagi!”
“Katakan.”
“Untuk menahan Jungwonnie agar tidak pergi dariku!”
Jungwon menghentikan gerakannya. Ia menunduk menatap Jay yang tengah menatapnya. Jungwon mendapati kekhawatiran yang begitu besar dari sorot mata Jay. Apa yang salah dengan pasiennya ini? Kenapa ia terus menempel padanya? Apa yang ia khawatirkan? Apa Jay benar-benar sudah sembuh?
“Jungwonnie!”
Panggilan itu, jika dihitung dalam sehari Jay bisa mengucapkannya seratus kali. Ia tidak pernah bosan memanggil nama si dokter manis di depannya. Ia merasa begitu nyaman bersama Jungwon. Ia sangat menyukai Jungwon. Meski tak paham rasa suka seperti apa yang ia rasakan.
“Ya?”
“Aku sudah sembuh!”
Jay tersenyum. Namun tak lama senyumnya kembali memudar. Ia menunduk. Ia tak paham dengan dirinya. Seharusnya ia senang, setidaknya ia merasa lega. Tetapi ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Apa itu? Jay tidak tahu.
“Benarkah?”
Jay menengadah. Mencoba kembali tersenyum. Hatinya selalu menghangat setiap mendengar suara lembut Jungwon.
“Umm!”
“Siapa namamu?”
“Park Jay!”
“Kapan ulang tahunmu?”
“20 april.”
“Apa yang kau sukai?”
“Jungwonnie!”
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION | JAYWON [END]
Fanfictionob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Jay mengidap thantophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka kesembuha...