Di siang hari yang terik. Duduk di depan meja sembari menopang dagu dengan telapak tangan. Wajahnya nampak mengeras. Rahangnya mengencang. Alisnya tersulam membentuk jembatan mengerikan. Aura di sekitarnya sangat membunuh. Dokumen-dokumen tersebar begitu saja di depannya. Berkali-kali menghela napas. Menghembuskannya penuh frustasi.
Semalam Jay tidak tidur. Ia hanya duduk di ranjang menatap daun pintu. Matanya mengerjap, pikirannya dipenuhi dengan bayangan seseorang. Tangannya terus mengepal menanggung amarahnya.
Hingga pagi menyingsing, ia datang ke kantor membawa aura hitam yang mengerikan. Tatapannya tajam seolah mampu menusuk siapa pun yang dilihatnya. Karyawan yang menyapanya, ia tidak peduli. Hanya terus berjalan, seolah tidak ada satu pun orang di sekitarnya.
Jay meluapkan emosinya kepada semua karyawannya. Laporan-laporan yang diberikan padanya berakhir dengan bentakan. Tak peduli seberapa banyak mereka merevisi bahkan mengetiknya ulang dari awal, Jay masih akan membentaknya. Keadaan di kantornya terasa dingin. Setiap karyawan nampak ragu untuk menghela napas. Tidak ada yang membuka suara. Mereka bekerja dalam diam. Hanya suara papan ketik yang terus mengalun. Setiap karyawan terus bertanya di dalam hatinya, apa yang salah dengan bos baru itu? Laporanku sudah benar, bagian mana yang salah? Aku bahkan merivisi lebih dari tiga kali! Hampir semua karyawan menggerutu di dalam hati.
Sore hari, Jay masih duduk di depan meja kerjanya. Ia memijat pelipisnya beberapa kali. Hingga suara ketukan pintu terdengar. Ia memejam dengan mengepalkan tangannya. Berharap yang datang bukan karyawannya. Orang yang di luar membuka pintu dan melangkah masuk. Jay bersyukur dalam hati. Itu bukan karyawannya, melainkan Han Seokya. Ia membawa sebuah dokumen di tangannya. Jay menegakkan duduknya ketika pamannya duduk di hadapannya.
“Yang kau butuhkan.” Paman Han meletakkan dokumen itu di hadapan Jay. Ia juga meletakkan sebuah flashdisk di atasnya.
Jay menghembuskan napasnya dengan kasar. Mengambil dokumen itu dengan tidak sabaran. Ia mempelajarinya dengan emosi namun tetap teliti. Setiap kata yang ia baca akan membuat darahnya mendidih. Membuat rahangnya semakin mengatup.
Dokumen itu sendiri berisi data-data seseorang yang membuatnya kacau sedari semalam. Ya, dokumen itu berisi riwayat hidup Park Sunghoon. Tersangka yang telah membawa Jungwon pergi. Semakin lama ia membaca, maka semakin dalam kerutan di keningnya. Lalu tiba-tiba saja ia terkekeh pelan. Ia berhenti membaca. Mengangkat kepalanya dan memandang keluar dari kaca besar di sampingnya. Ia memandang bangunan tinggi di samping gedung perusahaannya.
“Apa yang kau tertawakan?” Paman Han nampak bingung. Matanya mengikuti tatapan Jay. Ia tidak mengerti.
“Tidak ada. Hanya merasa lucu. Orang yang kucari ternyata tidak jauh dariku.” Jay kembali terkekeh. Tangannya bergerak menancapkan flashdisk di komputernya. Data di dalam berisi rekaman CCTV di kamar Jay. Ia memasangnya tanpa sepengetahuan Jungwon.
“Sebenarnya siapa yang kau cari? Dan siapa Park Sunghoon? Apa dia orang yang kau cari?” Paman Han menautkan alisnya. Ia tidak mengerti apa yang direncanakan keponakannya. Hanya saja ia merasa ada yang tidak beres. Dari ia memasuki kantor ini tadi, rasanya begitu mengerikan. Ia sempat mendapati beberapa karyawan yang bergidik ketakutan setelah keluar dari ruangan Jay. Dalam hati ia berdoa agar keponakannya tidak menghancurkan perusahaan ayahnya.
“Aku mencari kekasihku.” Jay berkata dengan enteng, kini matanya menatap tajam di layar komputernya. Meneliti setiap gerakan Jungwon. Lalu saat dia menemukan adegan dimana Bibi Kim membukakan pintu, ia menggertakkan giginya.
Paman Han semakin menautkan alisnya. Kekasih? Sejak kapan? Bukankah selama ini keponakannya begitu menutup diri dengan siapa pun?
Jay berdiri dari duduknya. Ia bersiap untuk melangkah namun Paman Han menahannya. "Mau kemana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION | JAYWON [END]
Fanfictionob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Jay mengidap thantophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka kesembuha...