Yang Jungwon pemuda dengan senyuman lembut dan perilaku halus. Layaknya bulu putih bersih tanpa cela. Jatuh bangun mengejar impian. Pemuda kecil yang dulu hanya mampu berandai. Kini mampu melangkah begitu tegas. Dunia yang begitu luas, ia tak takut. Milyaran manusia di dunia, entah yang baik atau jahat, ia sudah pernah menemuinya. Seseorang sepertinya sangat mudah mengenali karakter orang lain. Namun, hanya satu orang yang membuatnya kelimpungan. Sekeras apa pun Jungwon mencoba, tetap saja ia tak mampu memahaminya.
Jungwon adalah pribadi yang tidak mudah goyah. Sekencang apa pun angin menerpanya, ia tetap berdiri kokoh. Melangkah dengan keteguhan hati. Tak pernah menyesal atas semua keputusannya.
Namun semua sudah berubah. Seiring berjalannya waktu, langkahnya yang pasti mulai meragu dan melambat. Si kuat dan teguh akan menunduk. Merasa lelah dan ambruk. Hatinya yang kuat terkikis. Keputusannya pun mulai ia sesali.
Jungwon memejamkan mata. Monster mengerikan tengah menguasainya. Monster yang selalu ia rawat dengan penuh kelembutan. Kini justru menyerangnya. Setetes air mata meluncur dari sudut matanya. Mengingat kalimat yang ia ucapkan baru saja, apakah ini keputusan yang tepat? Akan kah ia kembali menyesal?
"Aku menyukainya."
Dua kata mengerikan itu terus terngiang di telinga Jay. Ia mengeratkan genggaman di pergelangan tangan Jungwon. Menggertakkan gigi. Menahan rasa sesak yang teramat menyakitkan. Dua kalimat yang menghancurkannya dalam sekejap. Lalu beberapa tetes cairan bening membasahi pipinya.
Jay terisak, ia menunduk. Namun tak lama, kepalanya kembali terangkat. Isakannya terganti dengan tawa mengerikan. Jungwon membulatkan matanya. Jay saat ini benar-benar mengerikan.
"Dokter manis, kau tidak boleh menyukainya!" Jay mendekatkan wajahnya, membelai pipi basah Jungwon.
"Aku berhak menyukai siapa saja!" Jungwon menggertak. Ia tidak mau diperlakukan seperti ini.
"Tidak! Kau tidak berhak! Kau hanya boleh menyukaiku, Jungwon-ssi!"
Jay mendekat dan merapatkan tubuhnya. Tangannya bergerak mengusap dada Jungwon. Wajahnya berjarak tak lebih dari sesenti dari wajah Jungwon. Suara isakan semakin terdengar jelas. Jungwon menolehkan kepalanya. Namun Jay sudah menahannya. Membuat Jungwon terpaksa harus berhadapan dengan wajah Jay.
"Kau tahu? Aku benci aroma ini. Jungwon-ssi, biarkan aku membersihkannya." Jay berbisik di telinga Jungwon. Mengecup sekilas daun telinga merahnya. Ia mendekatkan wajahnya. Menempelkan bibirnya pada bibir Jungwon. Menahan setiap gerakan kecil dari Jungwon. Jungwon miliknya! Tak ada yang boleh menyentuh miliknya!
Jungwon tak mampu lagi memberontak. Ia hanya bisa menggerakkan kakinya. Menendang udara kosong. Berharap seseorang akan menolongnya. Ini tidak benar. Ia kembali dilecehkan. Diperlakukan secara buruk oleh pasiennya sendiri. Jungwon menangis, ia ingin menjerit. Namun bibirnya terbungkam. Jay melumatnya begitu kasar. Menggigitnya hingga meninggalkan luka sobek. Bau amis tercium. Menyeruak ke hidung Jay. Membuatnya semakin gencar menghisap benda kenyal di dalam mulutnya.
Ciumannya turun di ceruk leher Jungwon. Jungwon tak nyaman, ia semakin ketakutan. Dengan susah payah, ia terus memberontak. Namun memberontak hanya akan membuat Jay semakin kasar padanya.
"Hikss Jay-ssi, jangan! Kumohon!"
Jay tidak peduli. Bahkan jika Jungwon menjerit keras, ia tetap akan menuli. Perlahan tangan Jay bergerak. Membuka kancing-kancing di kemeja Jungwon. Sesekali tangan itu mengusap dada Jungwon. Membuat aroma Sunghoon menyebar. Menambah kekesalan Jay terhadap Jungwon meluap.
Mendengar Jungwon memohon padanya, membuat Jay merasa puas. ia menghentikan ciumannya. Menatap Jungwon yang benar-benar sudah kacau. Tawanya kembali terdengar. Tangannya menyusup masuk, menyentuh kulit perut Jungwon yang halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION | JAYWON [END]
Fanfictionob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Jay mengidap thantophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka kesembuha...