05

24.7K 1K 5
                                    

PART 05

Setelah berbincang berbagai macam hal dengan Farah, Lula rasa ini saatnya untuk berbicara mengenai kekhawatirannya pada Farah.

"Far, aku hanya berbicara masalah ini dengan kamu. Karena aku tidak mungkin menceritakan ini pada Maisya juga saat keadaannya seperti ini."

"Aku mengerti, tepat jika kamu memutuskan menceritakannya pada aku terlebih dulu, setelah keadaan membaik kita juga akan memberitahukannya pada Maisya." Jawab Farah membenarkan tindakan Lula.

"Aku... Mungkin akan bercerai dengan Calvin." Lula menundukkan kepala, malu. Ia sempat mengelak. "Seperti yang kamu tahu, apa yang kamu katakan padaku benar, Calvin berselingkuh. Tapi... Ini bukan saatnya bagiku untuk terpuruk Far, aku yang sekarang... Berusaha tegar dan kuat, demi ketiga anakku." Lula mengembuskan nafas berat. "Seandainya tidak ada mereka, aku mungkin sudah gila mengetahui pria yang begitu aku cintai, mengkhianatiku."

Walaupun sudah tahu apa masalah yang membuat Lula mengambil keputusan ini, tapi tetap saja Farah terkejut karena tidak memperkirakannya. Ia berharap Lula dan Calvin dapat mempertahankan rumah tangga mereka.

"Aku ingin bekerja lagi, Tigran sudah aku berhentikan minum ASI, usianya sudah lebih dari dua tahun. Keputusan berat memang, tapi aku harus mandiri jika ingin bercerai dengan Calvin." Lanjut Lula.

Lula menatap Farah intens. "Far, bisakah aku minta tolong padamu untuk mencarikan aku pekerjaan? Apa saja... Aku bersedia, asalkan pulang tepat waktu."

Farah mengangguk. "Tentu, aku akan membantu kamu, tenang saja. Akan selalu ada pekerjaan untuk kamu." Jawab Farah, tentu ia akan membantu sahabatnya. Tidak sulit untuk menempatkan Lula di perusahaan tempatnya bekerja.

Lula mengenggam tangan Farah. "Terima kasih, Far."

"Sama-sama, Lula."

#

"Happy anniversary yang kelima sayangku." Ucap Calvin seraya mengecup pipi Lula berkali-kali. Sementara Lula belum sepenuhnya terbangun dari tidurnya.

"Sayang.." Calvin memanggil, sekaligus membangunkan Lula.

"Hhhmm.." Lula membalas dengan lirihan saja.

"Sayang, ayo bangun, lihat apa yang sudah aku siapkan hari ini." Calvin kembali berusaha membangunkan Lula.

Akhirnya Lula terbangun juga, ia terkejut karena kamar mereka sudah dihias dengan berbagai macam pernak-pernik. Seingatnya, semalam saat ia tidur tidak ada apapun. Bagaimana bisa secepat itu Calvin menyiapkan ini?

"Suka tidak sayang?" Calvin mendekatkan diri pada Lula, memeluk dan menciumi pipi Lula dari belakang.

Lula mengangguk, senyumnya mengembang. Calvin memang tidak seperti pria lain yang suka melupakan hari-hari bersejarah dalam hubungan. "Bagaimana caranya kamu menghias ini?"

Calvin terkekeh. "Aku menyiapkan ini semua dari jauh-jauh hari, sayang. Aku simpan di ruang kerja aku, tadi malam setelah kamu tidur, aku segera menghias kamar kita."

"Seharusnya kamu membangunkan aku, aku bantu. Sekarang kamu pasti lelah sekali, kan?"

Calvin menggelengkan kepala. "Sama sekali tidak lelah. Apalagi kamu menyukai kejutannya. Kalau kamu bantu jadi bukan kejutan, sayang."

Lula mengelus tangan Calvin yang sedang memeluknya. "Terima kasih, sayang."

"Ini bukan satu-satunya kejutan untuk kamu, sayang." Calvin mengeratkan pelukannya pada Lula.

"Benarkah?" Tanya Lula seraya menengokkan kepalanya ke belakang, melihat Calvin.

Calvin tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia segera mencium bibir Lula mesra. "Iya, hari ini kita akan menginap dan makan malam romantis di hotel yang sudah dari jauh hari aku booking. Tanpa anak-anak, hanya ada kamu dan aku." Calvin berbisik seraya sesekali mengembuskan nafasnya pada telinga Lula. Membuat Lula bergidik geli.

Egois (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang