Terima kasih atas dukungannya teman-teman :)
Yang mau baca lebih cepat sekaligus mendukung saya bisa mampir ke KaryaKarsa saya. Disana sudah sampai Part 29.
Bagi yang mau membaca di Wattpad juga bisa :)
#
Talullah memainkan ponselnya demi mengalihkan rasa sunyi selama perjalanan mereka tanpa menyadari sesekali Marco memperhatikannya.
Sebuah postingan menarik perhatiannya.
Tangan Talullah bergetar saat membaca judul postingan yang menggambarkan keadaanya saat ini.
Talullah menghela nafas dalam yang begitu kentara, bahkan Ia tidak sadar jika saat ini dirinya tidak sendiri. Ia begitu larut akan bacaan yang terdapat di layar ponselnya.
Halaman pertama dari postingan sudah membuat Talullah meneguk ludahnya.
Talullah mengamini dalam hati. Sejujurnya Ia pun tidak lagi bisa mempercayai Calvin seperti sebelumnya saat ini.
Talullah mengepalkan tangannya erat. Apakah Ia sudah salah mengambil langkah memberi Calvin kesempatan?
Talullah menggarisbawahi kata-kata terakhir. Selingkuh itu hanya dilakukan oleh orang yang tak punya hati dan perasaan kepada kekasihnya sendiri.
Benarkah cinta Calvin tidak tulus? Apa postingan ini bisa dipercaya?
Talullah tidak tahan lagi, isi postingan ini memang menyuarakan isi hatinya yang terdalam.
Talullah menangis membaca slide terakhir.
Marco meminggirkan mobilnya secara tiba-tiba saat mendengar tangisan Talullah. Ia melepas seatbelt-nya. "Lula? Lula?" Panggil Marco panik.
Talullah tersadar. Ia menatap Marco dengan pandangan pilu dan sendu. "Maafkan saya, Pak."
Marco menggelengkan kepalanya. "Untuk apa meminta maaf? Harusnya saya-lah yang meminta maaf pada kamu." -Maaf karena memiliki perasaan yang tidak seharusnya saya rasakan-
"Ada apa?" Marco mengelus pundak Talullah sangat perlahan dan hati-hati. Ia seakan takut semakin menyakiti Talullah jika elusannya lebih kuat dari ini.
"Tidak apa-apa Pak, maafkan saya tiba-tiba menangis." Jawab Talullah. Walaupun Ia sedang merasa sakit yang tidak tertahankan pada hatinya. Ia juga sudah sangat ingin mengatakan apa yang begitu menyakitinya. Tapi logikanya melarang berbicara, Marco bukanlah orang yang tepat baginya untuk bercerita masalah ini.
Marco menghela nafas dalam. Ia tahu jika Talullah tidak baik-baik saja tapi Ia tak kuasa bertanya atau mendesak Talullah. "Kamu sakit? Sebaiknya kita ke rumah sakit untuk memeriksakannya."
Talullah menggeleng, bukan sakit yang bisa disembuhkan oleh dokter yang Ia rasakan saat ini.
Marco terdiam di tempat. Ia menatap lurus kedepan membiarkan Talullah menyelesaikan tangisannya.
____
"Maaf Pak." Ucap Talullah masih terisak, tapi Ia sudah dapat mengendalikan dirinya.
Marco menatap Talullah dari samping, memandangi wajah cantik Talullah yang sama sekali tidak berkurang kadar cantiknya walau habis menangis. Ingin rasanya Ia mendekap dan memberikan perlindungan pada perempuan disampingnya ini. "Kamu sudah lebih baik?"
Talullah mengangguk. Ia merasa bodoh karena menangis hanya karena sebuah postingan. Benar-benar merasa bodoh.
"Benar? Apa yang bisa saya lakukan untuk meredakan sedikit rasa sedih kamu?" Tanya Marco serius, rasanya Ia mampu melakukan apa saja demi membuat perasaan Talullah baik dan pulih seperti sedia kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois (Tamat)
RandomTalullah sudah lama menyadari perselingkuhan suaminya, Calvin. Meski begitu Ia selalu menutupi walau ada beberapa pertengkaran diantara mereka. Hingga tanpa disadari Talullah perlahan mengikhlaskan Calvin, mulai tidak merasakan cemburu, dan yang ta...