PART 12
Jumat Pagi
Marco menghampiri Lula. "Lula, tolong berikan saya catatan meeting yang terakhir, saya ingin mempelajari ulang sebelum menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan pihak event organizer."
"Baik Pak." Jawab Lula.
Marco kembali memasuki ruangannya sementara Lula menyiapkan catatan yang diminta Marco.
Tiga menit kemudian
Lula mengetuk pintu ruangan Marco.
"Masuk." Jawab Marco dari dalam ruangan. Sudah memperkirakan Lula yang mengetuk.
Lula pun memasuki ruangan Marco lalu memberikan catatan.
"Lula, tarik kursi di depan, kamu duduk disamping saya." Perintah Marco.
Lula dengan sigap mengikuti perintah untuk duduk disamping Marco. Sementara Marco sedang serius membaca catatan yang diberikan Lula.
"Menurutmu kalau mengadakan acara ulang tahun perusahaan pada hari Jumat, dua bulan lagi bagaimana?" Marco meminta pendapat Lula.
Lula berfikir beberapa saat sebelum memberikan jawaban. "Menurut saya tidak masalah Pak, justru itu merupakan ide yang bagus karena esok harinya rekan-rekan lain bisa beristirahat."
Marco terkekeh karena Lula memiliki fikiran yang sama dengannya. "Itu juga yang saya fikirkan."
Lima Menit Kemudian
Marco sudah selesai membaca semua catatan meeting yang diberikan Lula, kembali membaca ulang surat perjanjian yang ada dihadapannya sebelum memberikan tanda tangan.
"Lula, kamu ikut saya meeting, ya. Tidak akan lama, sebelum jam makan siang sudah selesai." Ucap Marco.
Lula agak keberatan karena ia ingin mengunjungi Tigran tapi tidak kuasa untuk menolak. Bahkan tanpa diminta ia mengambilkan jas yang digantung di sudut ruangan lalu memberikannya pada Marco. "Silahkan Pak." Semua ini ia lakukan agar cepat, karena semakin cepat mereka menyelesaikan meeting nanti, semakin cepat pula Lula dapat menemui Tigran.
Marco tersenyum saat menerima jasnya. "Terima kasih, ayo kita berangkat."
Marco dan Lula melangkah dengan mantap.
#
Jumat Siang
Meeting berjalan dengan lancar, kerja sama antara pihak event organizer dengan perusahaan Marco sudah memiliki kesepakatan.
Kini Marco dan Lula sedang berada di dalam mobil kembali menuju kantor. Perkiraan Marco benar, mereka kembali sebelum jam makan siang sehingga Lula memiliki cukup waktu untuk mengunjungi Tigran terlebih arah menuju kantor dengan tempat penitipan Tigran searah.
"Pak, tolong turunkan saya di depan kafe persimpangan ya." Pinta Lula.
"Loh, kamu makan siang di kafe?" Tanya Marco.
"Iya Pak." Jawab Lula yang tidak menjawab sejujurnya.
"Oke, kalau begitu saya juga makan siang di kafe itu. Saya yang traktir." Ucap Marco tersenyum pada Lula.
Lula menggigit bibirnya, ia sedang berperang dalam hati, haruskah ia jujur pada Marco jika niat sebenarnya untuk mengunjungi Tigran? Ataukah lebih baik ia tetap pada jawaban sebelumnya dan ikut makan siang di kafe? Tidak apa sesekali tidak mengunjungi Tigran?
Memantapkan hatinya, Lula lebih memilih untuk jujur saja mengingat malamnya ia akan pergi dengan Calvin meninggalkan anak-anak. "Em, maaf Pak, sebenarnya saya mau mengunjungi anak saya yang dititipkan di tempat penitipan anak selagi saya bekerja."
Mendengar itu, Marco secara tiba-tiba meminggirkan mobilnya. Suara klakson yang bersahutan akibat tindakan ceroboh Marco menggema, belum lagi caci maki pengendara lain.
Sementara Lula juga begitu terkejut atas kejadian barusan. Ia sedang menenangkan dirinya sendiri. Berkali-kali ia mengusap dadanya naik turun. Syukurlah ia berhasil dan tidak mengeluarkan kata-kata omelan atau makian untuk atasannya tersebut.
"Kamu.. Sudah menikah?" Tanya Marco dengan nada tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois (Tamat)
De TodoTalullah sudah lama menyadari perselingkuhan suaminya, Calvin. Meski begitu Ia selalu menutupi walau ada beberapa pertengkaran diantara mereka. Hingga tanpa disadari Talullah perlahan mengikhlaskan Calvin, mulai tidak merasakan cemburu, dan yang ta...