Terima kasih teman-teman yang sudah membaca khususnya yang sudah memberikan dukungan kepada saya dengan cara memberikan vote, komen, follow serta materi di KaryaKarsa :))
Saya sangat menyadari jika cerita saya masih jauh dari kata bagus, tapi saya berharap teman-teman dapat menikmati karya-karya saya :))
#
Calvin memijat pelipisnya. Apa yang dikatakan Talullah memang benar, jika istrinya tidak memergoki secara langsung mungkin Calvin akan terus mengelak, tidak akan pernah mengakuinya. Ia mengambil boxer-nya yang terlempar tidak jauh dari kasur lalu memakainya.
"Kenapa diam saja? Tidak sanggup jujur jika apa yang aku katakan adalah kenyataan?" Talullah mengintimidasi Calvin.
Calvin menghela nafas dalam dan berat. "Sayang..."
Talullah diam menunggu kelanjutan ucapan Calvin.
Sementara Calvin terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya, Ia lalu meremas rambutnya kasar.
Talullah memandangi Calvin, memperhatikan semua gerakannya. Selama mengenal Calvin, belum pernah Ia melihat ekspresi panik, ketakutan, kecemasan dalam satu waktu pada diri Calvin, dia sangat kacau.
Calvin bersimpuh di hadapan Talullah. Ia menggenggam tangan Talullah. "Maaf sayang, tolong... ampuni aku..." Mohon Calvin dengan sangat. Ia sudah tidak tahan terus dipojokkan Talullah, Ia juga tidak ingin keluarga kecilnya hancur tinggal kenangan.
Talullah diam, ingatannya mengawang pada saat awal pernikahan mereka yang begitu indah dan manis.
"Sayang..." Calvin memanggil karena Talullah tidak juga menanggapi permintaan maafnya. Usahanya tersebut berhasil, kini Talullah menaruh perhatian pada Calvin. "Tadi kamu bertanya pada aku, apa aku tidak akan selingkuh lagi? Aku jawab iya, lalu kamu juga bertanya apa kamu bisa mempercayai aku? Tadi aku memang tidak menjawab secara gamblang, tapi dari jawabanku kalau kehadiran kamu dan anak-anak sudah memenuhi hatiku, kalian sudah cukup. Kamu bisa percaya aku lagi, sayang... Tolong kita akhiri perjalanan ini tetap indah, aku sudah berjanji sayang, kamu bisa pegang janji aku."
"Aku... bisa percaya kamu lagi?" Tanya Talullah sedikit terbata. Kali ini benaknya terbayang pada ketiga anaknya, Tarendra, Tabitha dan Tigran.
Calvin mengangguk pasti. "Bisa sayang, bisa..."
Talullah menutup matanya, Calvin beringsut berdiri lalu memeluk Talullah.
"Ini yang terakhir, Calvin." Walaupun ragu Calvin akan berhenti dari tindakan buruknya, Talullah memutuskan untuk memaafkan dan memberikan satu kesempatan pada Calvin yang sudah berjanji.
Calvin meneteskan air mata, rasa haru dan lega jadi satu. Talullah mau mencoba bersamanya lagi. "Iya sayang, iyaa... Janji."
Mereka pun berpelukan.
"Istirahat yuk sayang." Ajak Calvin.
"Besok aku mau pulang, rindu sama anak-anak." Ujar Talullah, Ia sangat ingin bertemu dengan anak-anaknya.
Sebenarnya besok memang hari kepulangan mereka hanya saja jam penerbangan malam. Tapi karena Talullah yang sudah begitu rindu dengan anak-anak, Calvin pun demikian, waktu kepulangan pun dimajukan putus Calvin. "Oke sayang, besok kita pulang lebih cepat." Calvin mengurai pelukan diantara mereka, lalu mengecup kening Talullah cukup lama. "Sekarang kamu tidur ya, aku akan cari tiket."
Talullah mengangguk, matanya pun sudah berat akibat banyak menangis.
Calvin mengantarkan Talullah sampai ke kasur, membenarkan selimut lalu mengecup kening Talullah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois (Tamat)
RandomTalullah sudah lama menyadari perselingkuhan suaminya, Calvin. Meski begitu Ia selalu menutupi walau ada beberapa pertengkaran diantara mereka. Hingga tanpa disadari Talullah perlahan mengikhlaskan Calvin, mulai tidak merasakan cemburu, dan yang ta...