Air mata Talullah tak terasa menetes saat melihat Tarendra. "Iya, Mama disini sayang. Tidurnya semalam nyenyak?"
Tarendra menganggukkan kepalanya semangat sebagai jawaban. "Mama tidurnya nyenyak?"
"Mama juga tidur nyenyak. Sudah sarapan sayang?" Tanya Talullah.
Calvin melihat bagaimana perhatiannya Talullah pada Tarendra merasa cemburu, Ia sudah lama tidak pernah lagi dipanggil sayang oleh Talullah.
Tarendra menggeleng. "Belum, Nenek masih masak. Taren hebat kan Ma, bangun pagi-pagi?" Ucapnya dengan bangga.
"Iya dong, Kakak Taren hebat sekali." Talullah mengangkat dua jempol untuk Tarendra.
"Aku masih mau telpon sama Mama, tapi aku juga mau jalan-jalan pagi dulu sama Kakek, nanti Mama telpon lagi ya."
Talullah mengangguk mengerti. "Oke sayang, hati-hati ya. Nurut sama Kakek dan Nenek. Jaga Tabitha dan Tigran ya sayang." Pesannya.
Tarendra menyatukan ibu jari serta telunjuknya sehingga membuat pola "O". "Oke Ma."
Setelah itu Tarendra yang sudah mengerti caranya mematikan panggilan telpon pun memutuskan panggilan mereka.
Talullah terpaku menatap ponsel yang menggelap.
"Sudah lama kamu tidak panggil aku sayang." Keluh Calvin.
Talullah diam tidak menanggapi. Baginya ucapan Calvin hanya angin lalu.
"Aku sedang berbicara, tolong ditanggapi." Ucap Calvin lagi.
"Astaga, Vin." Talullah berdecak.
"Sekarang juga panggil aku, sayang." Desak Calvin.
"Sayang." Talullah menuruti keinginan Calvin tapi sangat kentara tidak tulus, begitu berbeda dengan caranya memanggil Tarendra.
"Sebut yang benar, jangan seperti orang tidak tulus begitu." Lagi, Calvin mendesak.
"Iya sayaaaangggg. Sudah?" Walaupun berbeda dari yang pertama, bagi Calvin masih tetap berbeda. Masih tidak tulus bahkan terkesan mengejek.
Calvin menghela nafas. Baiklah tidak apa-apa, batinnya mengalah. Tidak ingin merusak hari yang sudah lama direncanakannya. "Sarapan dulu yuk sayang." Ajaknya.
Talullah mengangguk, Ia mengambil tas kecilnya sebelum beranjak keluar kamar.
Calvin menggandeng pinggang Talullah, sesekali mengecup pelipisnya lembut. Mereka berjalan menuju restoran di hotel untuk sarapan.
____
Banyak pilihan makanan yang disediakan pihak hotel ada indonesian food, western food, dessert, tidak ketinggalan juga beragam kue tradisional khas Indonesia seperti cucur, pastel, lemper, getuk, dll.
Talullah memilih untuk memakan masakan Indonesia saja yaitu ayam betutu sementara Calvin memilih western food.
Setelah selesai memilih mereka duduk saling berhadapan. Talullah makan dengan lahap makanannya karena kemarin tidak sempat makan malam. Begitu pula dengan Calvin.
"Makanannya enak ya, atau karena aku ditemani kamu rasa makanannya jadi jauh lebih enak?" Ucap Calvin, garing.
"Masakannya memang enak, btw." Sahut Talullah.
Calvin tergelak. "Mau coba sayang? Ini enak deh!" Calvin memberikan Talullah sesendok macaroni schotel miliknya.
Talullah menerima suapan dari Calvin, ternyata benar rasanya enak.
"Enak kan sayang?" Tanya Calvin, Talullah mengangguk. "Mau lagi?" Tawar Calvin.
"Aku habiskan ini dulu." Talullah menolak.
Calvin menoleh piring Talullah yang berisi makanan khas Bali. Ia pun tergerak untuk mencoba. "Aku mau coba dong sayang ayam betutunya."
Talullah yang memakan ayam betutu seperti orang Indonesia kebanyakan pun menyuwir untuk Calvin dengan tangannya.
"Aaaaaaa.." Calvin bersiap untuk menerima suapan dari Talullah. Setelah menerima suapan dengan isengnya Calvin melumat jari Talullah.
Talullah mendelik sebal. Calvin terkekeh kecil.
"Enak banget, habis ini aku mau ambil ayam betutu juga, kamu mau coba apa sayang?" Calvin belum puas untuk mencicipi.
"Aku mau bakso, segar kayaknya." Jawab Talullah.
"Aku juga mau, sepiring berdua ya sayang?"
Talullah ragu bisa menghabiskan seporsi bakso sendiri pun mengangguk. Mendapat persetujuan dari Talullah membuat Calvin tersenyum lebar.
____
"Kenyang banget nih aku sayang." Ujar Calvin seraya mengelus-elus perutnya yang terlihat sedikit membuncit.
Talullah tersenyum melihatnya. "Bagaimana tidak sangat kenyang? Kamu menghabiskan macaroni schotel, dua potong ayam betutu, ditambah bakso hampir dua porsi.” Balas Talullah mengabsen apa saja yang sudah masuk ke dalam perut Calvin.
Calvin terkikik geli. "Kalau soal bakso, aku kan membantu kamu menghabiskannya, sayang." Calvin mengelak. Padahal Talullah hanya mengambil sedikit, sisanya Calvin yang menghabiskan bahkan Ia menambah satu porsi lagi untuk dimakannya sendirian.
Talullah hanya berdecak, tapi tetap tersenyum.
"Duduk dulu sebentar ya sayang, habis itu aku mau ajak kamu jalan-jalan mengelilingi hotel terus kita lihat laut juga." Ajak Calvin bersemangat.
"Oke." Jawab Talullah mengiyakan.
____
Tiga Puluh Menit Kemudian
Talullah dan Calvin bergandengan tangan mengelilingi sekitar hotel, pemandangan di hotel saja sudah memanjakan penglihatan mereka.
"Candidasa ternyata sebagus ini ya sayang." Ujar Calvin seraya melihat pemandangan disekitarnya. Awalnya Candidasa bukanlah pilihannya, Ia ingin menginap disekitar Ubud, tetapi karena hotel saat weekend kebanyakan sudah full booked, jadilah pilihannya Candidasa, tapi Ia tidak menyesal karena Candidasa melebihi ekspektasinya.
"Iya bagus, hotel ini pekarangannya juga cukup luas, anak-anak pasti puas berlarian disini." Sahut Talullah.
"Iya benar, lain kali kita kesini formasi lengkap ya sayang. Aku sangat menikmati waktu kita berdua saat ini, tapi tidak dipungkiri juga ketika melihat halaman luas, ada permainan untuk anak-anak membuat aku jadi mengingat anak-anak kita di sana." Jawab Calvin. "Kita ke laut yuk sayang." Ajaknya setelah cukup puas melihat pemandangan sekitar hotel.
"Yuk."
____
Calvin berjalan di belakang Talullah. Ia mengikuti jejak kaki istrinya yang berada di depan. Sesekali Talullah menolehkan kepalanya ke belakang memperhatikan Calvin dengan tingkah anehnya tersebut tapi tak ayal membuat Talullah tersenyum. Ia sangat menikmati hari ini bersama Calvin.
"Jejak kaki aku jadi besar karena kamu timpa." Ucap Talullah.
Calvin terkekeh. "Ini tuh ada filosofinya loh sayang."
Talullah berhenti berjalan Ia membalikkan tubuhnya sehingga berhadapan dengan Calvin, ingin mendengar. "Apa?" Tanyannya penasaran.
"Jalanmu adalah jalanku." Jawab Calvin.
Talullah mencerna sebelum kembali bertanya. "Maksudnya?"
“Jalan yang kamu tempuh juga akan aku tempuh, dimana kamu berada disitu pula aku berada.” Jelas Calvin mengenai maksudnya.
“Oh… Begitu.”
Calvin lagi-lagi terkekeh lalu mengambil kedua tangan Talullah untuk dikecup olehnya. "Aku cinta kamu."
Talullah diam menatap Calvin. Ada keraguan yang membayangi.
Calvin mendekatkan wajahnya hingga tersisa sedikit saja celah diantara mereka. "Kamu juga cinta aku." Ucapnya membalas pernyataannya sendiri. Lalu mencium mesra bibir Talullah.
Talullah membalas tak kalah mesra.
#
19 Februari 2022 - 14:04
Semoga tidak bosan sama cerita ini karena masih panjang menuju END, wkwk 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Egois (Tamat)
RastgeleTalullah sudah lama menyadari perselingkuhan suaminya, Calvin. Meski begitu Ia selalu menutupi walau ada beberapa pertengkaran diantara mereka. Hingga tanpa disadari Talullah perlahan mengikhlaskan Calvin, mulai tidak merasakan cemburu, dan yang ta...