Beberapa minggu kemudian...
Hari berganti hari tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini Zanna telah menyelesaikan Ujian Akhir Semester, dan saat ini Zanna hanya tinggal menikmati waktu liburannya saja, setelah seminggu lamanya ia berperang melawan soal-soal yang cukup memusingkan kepala.
Zanna masih terlelap dalam tidur nyenyaknya, menikmati waktu libur hingga siang hari pun tiba, rasanya sungguh nikmat tiada tandingan bisa tidur tanpa gangguan dari siapapun, hanya tinggal menunggu hasil belajarnya disemester 3 ini setelah itu selesai, tak terasa sebentar lagi Zanna akan memasuki semester 4, yang artinya perjuangan untuk mengejar gelar sarjana masih sangat panjang.
Zanna membuka matanya perlahan lalu menyibak selimutnya, gadis itu bangun seraya menguap, tak lupa ia meregangkan otot-otot tubuhnya, sejenak ia berdiam diri untuk mengumpulkan nyawa seraya disambut oleh sinar matahari yang langsung menyorot ke wajahnya.
Sudah tersedia air putih di atas nakas kamar Zanna, seperti biasa Bunda selalu menyiapkan air putih sebelum Zanna terbangun dari tidurnya. Gadis itu pun melangkah pergi ke ruang makan untuk sarapan, bukan sarapan sih namanya, lebih ke makan siang, karena waktu saat ini sudah menunjukkan pukul 11.00 yang artinya sudah memasuki waktu siang.
"Bunda!" Panggil Zanna mencari keberadaan Bundanya ke seluruh penjuru rumah.
Zanna memilih duduk dimeja makan setelah mencari Bunda hingga ke seluruh sudut rumah, tetapi sosok yang dicarinya itu tidak ada.
Zanna tersenyum senang ketika melihat meja makan yang sudah dipenuhi dengan berbagai macam lauk dan nasi, Bundanya memang hebat bisa mengurus pekerjaan rumah dan kantornya secara bersamaan bahkan Bunda Zanna sama sekali tidak pernah mengeluh.
Hari ini Zanna tidak mempunyai agenda khusus bahkan ia hanya ingin bersantai saja di rumah, ternyata cukup lama juga Zanna tidak menghabiskan waktu di rumah, karena biasanya Zanna lebih sering menghabiskan waktu di luar bersama teman-temannya, entah itu hanya sekedar untuk mengobrol ataupun makan, jujur Zanna tidak betah berdiam diri di rumah terlalu lama tanpa melakukan aktivitas yang jelas.
TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar membuat Zanna bangkit lalu berjalan hendak membukakan pintu. Zanna mendecak sebal ketika ada yang menganggu waktu liburnya.
Pintu pun terbuka, seketika tubuh Zanna menegang melihat siapa yang baru saja datang, wajah itu sungguh tidak asing bagi Zanna, wajah yang sudah menggoreskan banyak luka hingga sedalam ini, bahkan dada Zanna kembali merasakan sesak, tangannya terkepal dengan kuat, Zanna hendak menutup pintunya lagi namun dengan cepat ditahan oleh orang itu.
"Assalamualaikum, Ayah datang nih buat Zanna," kata Pria itu namun Zanna tidak merespons apa-apa, ia hanya diam bahkan Zanna tidak mau menyentuh tangan Pria itu.
Pria itu merupakan Ayah Zanna, orang yang pertama kali membuat hati Zanna hancur, yang menjadi penyebab mengapa Zanna sempat mengalami trauma terkait laki-laki, Zanna mundur beberapa langkah menjaga jarak karena tidak ingin terlalu dekat dengan Pria yang sudah lama pergi meninggalkan Zanna dan Bundanya, api kebencian yang ada di dalam dirinya sudah begitu besar sehingga sulit untuk dipadamkan.
"Ayah juga bawa hadiah spesial nih buat Zanna, kamu pasti suka sama hadiah dari Ayah," kata Andika yaitu Ayah Zanna. Pria itu membawa beberapa paper bag ditangannya seraya tersenyum lebar. Sedangkan Zanna hanya menatap paper bag yang dibawanya lalu kembali melirik Pria itu dengan wajah datar.
"Pergi sana!" sentak Zanna dengan penuh keberanian mengusir Ayahnya untuk segera pergi, bahkan kehadiran Pria ini sudah tidak diharapkan lagi.
Andika sempat diam saat mendapat respons yang tidak menyenangkan dari Putri kandungnya sendiri, namun semangatnya tidak surut begitu saja, dia tetap berusaha membujuk Putri kecilnya yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS [SELESAI] ✅
RomanceIni adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kuat oleh harapan, dikuatkan oleh impian yang belum secara utuh berada digenggamnya, berdiri tegak mela...