PART 29

168 54 127
                                    

Rega sangat fokus menatap layar laptop yang ada di depannya memperhatikan tulisan demi tulisan yang terdapat dalam skripsinya, perlahan namun pasti Rega hampir menyelesaikan skripsinya, kini Rega berada di coffe shop depan kampus seraya menikmati secangkir kopi.

Rega menyeruput kopi yang ada di atas meja, betapa tenang jiwanya kali ini membuat otaknya dapat diajak kerjasama untuk menyusun kalimat pada skripsinya, situasi seperti ini yang sebenarnya Rega butuhkan.

"Sibuk banget Mas,"

Rega menoleh ke sumber suara menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengetik, dirinya sedikit  dibuat terkejut dengan kehadiran Zanna yang secara tiba-tiba, gadis itu kini masih berdiri disampingnya.

"Lho, kok ada disini?" Tanya Rega.

"Kan lo yang minta ketemu gua disini masa gitu aja lupa sih," kesal Zanna.

"Lo gak persilahkan gua duduk gitu? Pegel nih kaki gua," kata Zanna, sedangkan Rega hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Kejam banget sih lo jadi cowok," gerutu Zanna, tanpa menunggu aba-aba ia langsung duduk dihadapan Rega dengan wajah sok imutnya.

Rega hanya diam tak berekspresi, dirinya lupa hari ini ada janji untuk bertemu dengan Zanna, buyar sudah fokusnya untuk mengerjakan skripsi, Rega menutup laptopnya setengah lalu menatap mata Zanna dalam.

"Jadi...lo mau ngomong apaan nih?" Akhirnya Zanna pun bertanya duluan, karena sedari tadi Rega hanya menatapnya dalam diam, untung saja hati Zanna sudah kebal dan tahan banting saat ditatap oleh cowok itu.

"Hm," Rega berdeham pelan lalu menautkan kedua tangannya di atas meja, Rega dapat melihat raut wajah Zanna yang begitu tenang, gadis itu masih kelihatan ceria, sungguh gadis yang pandai menutupi kesedihannya.

"Are you okay?" Tanya Rega memastikan terlebih dahulu.

"Tentunya, emangnya gua kenapa?" jawab Zanna seraya mengangkat bahu dan tangannya bersamaan.

"Hati lo aman?" Pertanyaan itu sontak saja keluar dari mulut Rega.

"Aman, masih ada dianggota tubuh gua belum loncat, why?" jawab Zanna tetap melontarkan senyumannya.

"Serius, tolong banget kalau gua lagi serius jangan dibercandain gini," sahut Rega dengan wajah datarnya.

Senyum Zanna menghilang berganti dengan raut getir, Zanna menunduk tak berani menatap mata Rega yang saat ini masih menatap mata Zanna. Rasanya butiran bening yang sudah menumpuk dipelupuk matanya sudah tidak dapat dibendung sampai pada akhirnya lolos jatuh ke pipinya.

Entah kenapa jika sedang ada masalah lalu ditanya 'kenapa' justru akan membuat tangisnya seketika langsung pecah begitu saja.

"Gua tau lo dalam kondisi yang buruk, makin ditahan makin sakit hati lo,"

Zanna mengusap air matanya perlahan, ia mendongak lalu menstabilkan tubuhnya. Jika terus ditangisi kapan Zanna bisa menjadi manusia yang kuat, bukankah Zanna sudah terbiasa disakiti, harusnya dia tidak perlu lagi menangis.

"Gua cuma gak mau orang lain tau seberapa hancurnya hidup gua saat ini Kak," ungkap Zanna.

"Sorry, tapi gua gak ada maksud bikin lo sedih," sahut Rega tangannya kini sudah terulur untuk mengusap air mata Zanna dengan sangat lembut, setelahnya Rega tersenyum ke arah Zanna.

Zanna tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari Rega, namun rasanya sedikit ada berbeda, saat ini hati Zanna tidak lagi antusias, bahkan kini dirinya melihat Rega seperti biasa tak ada yang menarik, apa mungkin ini yang dinamakan mati rasa.

SCARS [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang