Akhirnya Rega berhasil membujuk Zanna untuk pulang, pagi ini Zanna sudah rapih dengan outfitnya, kelas akan dimulai pada pukul 10.30 dan saat ini jam baru menunjukkan pukul 7 pagi, artinya Zanna masih punya banyak waktu untuk bersantai dan menikmati sarapan bersama dengan Bunda. Memang menjadi kebiasaan Zanna yang memilih rapih terlebih dahulu meskipun jam kuliahnya masih cukup lama.
Zanna menghampiri Bunda yang baru saja selesai meletakkan menu makanan. Mereka duduk lalu menyendok nasi beserta lauk, nafsu makan Zanna kian bertambah ketika melihat sambal goreng kentang kesukaannya di meja. Apapun makanan pedas Zanna selalu suka, terkecuali cabai mentah ya guys.
"Bunda, Zanna minta maaf ya,"
"Nggak Nak, Zanna gak salah kok," jawab Bunda seraya menggeleng.
"Zanna gak suka aja kalo orang itu terus-terusan nuduh Bunda, kenapa baru sekarang dia dateng dihidup kita, dulu kemana aja, Zanna gak terima Bunda dibentak-bentak sama dia," kesal Zanna.
"Anak cantik gak boleh kesel apalagi sampai dendam, kan Bunda gak pernah ajarin kamu jadi orang yang pendendam, harus sabar gimanapun perlakuan orang lain ke kita," timpal Bunda dengan penuh kelembutan, senyum Bunda selalu berhasil meredamkan kekesalan Zanna.
Zanna ikut tersenyum ke arah Bunda, ia kembali menyelesaikan suapannya hingga suapan yang terakhir, setelah selesai makan ia meneguk segelas air putih.
"Naik angkot atau mau diantar Bunda?" Tanya Bunda.
"Naik angkot aja Bun, nanti Bunda capek kalau harus nganterin Zanna," jawab Zanna.
"Buat ongkosnya ada gak Nak, kalau kurang Bunda tambahin uangnya?"
"Tenang aja Bun, masih ada kok,"
Bunda pun mengangguk seraya tersenyum.
"Gimana kabar Abian pacar kamu?" Tiba-tiba saja Bunda menanyakan itu membuat ekspresi Zanna seketika berubah, wajahnya menjadi datar.
"Baik," jawab Zanna seadanya, meskipun Zanna tidak tahu bagaimana kabar lelaki itu saat ini, untuk membahasnya saja membuat mood Zanna berubah kacau, sebenarnya Zanna sudah tak mau peduli, jika dirinya masih dibutuhkan seharusnya Abian yang menghubungi duluan, tetapi kenyataannya tidak, Pria itu sama sekali tidak mencarinya dan harus selalu Zanna duluan yang memulai.
"Baik, tapi muka kamu gak ada seneng-senengnya," celetuk Bunda.
"Lagi gak mood aja Bun Zannanya,"
"Lagian aneh, kamu tuh punya pacar sama aja kaya gak punya pacar tau, kalau emang dia peduli seharusnya datang ke sini nemuin kamu, malah cowok lain yang lebih perhatian sama kamu, heran deh Bunda,"
"Zanna males bahas dia lagi Bunda, udah ah," sahut Zanna menjawab dengan ogah-ogahan.
"Pacaran itu yang menguntungkan bukannya malah membebani kamu, kalau cuma jadi beban pikiran aja mending gak usah pacaran, toh kamu jomblo hidup kamu lebih bahagia dan banyak yang merhatiin, ini kamu punya pacar cuma bikin pusing aja atuh mendingan gak usah punya sekalian," lanjut Bunda mulai menceramahi Zanna.
Zanna mendengarkan saja ceramah dari Bunda, apa yang dikatakan Bunda ada benarnya juga, bahkan Bunda jauh lebih memahami dirinya.
"Iya Bun, doain aja semoga Zanna gak salah pilih lagi buat kedepannya,"
Memang cukup mengherankan, saat ini Zanna kembali menjadi seperti seorang jomblo yang tidak punya pasangan, bebas kemana saja tanpa ada yang melarang apalagi mengatur hidupnya, meski kerap Zanna merasa kesepian karena tidak ada perhatian dari seorang kekasih tetapi Zanna beruntung masih memiliki teman-teman yang peduli dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS [SELESAI] ✅
RomanceIni adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kuat oleh harapan, dikuatkan oleh impian yang belum secara utuh berada digenggamnya, berdiri tegak mela...