PART 47

156 41 226
                                    

Kini giliran Adara dan Bunda yang menemani Zanna di rumah sakit, kondisi Zanna berangsur membaik dan pola makannya pun jauh lebih terkontrol, karena di rumah sakit memang mendapat makanan 3x sehari tak lupa camilan dan buah.

Zanna mendecak sebal seraya memonyongkan bibirnya merasa tidak betah berada di ruangan ini, dirinya tidak bisa bergerak bebas keluar untuk menghirup udara segar, tangan yang dipakaikan selang infus pun membuatnya tak leluasa dan sesekali merasakan nyeri ketika bergerak.

"Kenapa sih murung terus daritadi?" Adara pun akhirnya bertanya saat melihat raut wajah Zanna.

"Ini harus banget ya tangan Zanna dipakaikan selang gini, dikira Zanna ikan kali butuh air terus," protes Zanna seraya menyentil selangnya.

Adara geram melihatnya dan segera menghampiri Zanna, ia menggeser bangku untuk duduk di sebelah bed Zanna lalu mengajaknya mengobrol.

"Lo mau sakit terus emang? Hah?" Tanya Adara kepada Zanna seraya mengangkat sebelah alisnya.

Zanna refleks menggeleng cepat.

"Nah yaudah gak usah banyak protes, ikutin aja apa kata Dokter, kalem."

Zanna kini mengangguk pelan mencoba menerima keadaan yang tidak diinginkan ini. Ternyata sakit tidak seenak yang dibayangkan, Zanna pikir dengan sakit apapun yang diminta akan dituruti, tetapi percuma jika dibelikan, makanan seenak apapun terasa hambar, seketika selera makannya ikut menghilang.

"Bunda kemana?" Tanya Zanna.

"Tadi ke bagian informasi, mungkin ngurusin berkas-berkas lo kali, gua gak nanya sih tadi."

Mata Zanna kini memandangi langit-langit ruang rawatnya, matanya mulai berkaca-kaca.

"Dar, lo tau gak sih rasanya rindu sama seseorang, tapi lo cuma bisa diem tanpa bisa ngelakuin apapun?" Tanyanya secara tiba-tiba.

"Gua gak pernah diposisi itu, tapi gua ngerti rasanya pasti nyesek dan cuma bisa nangis doang," timpal Adara.

Zanna tersenyum getir membayangkan kebodohan yang telah diperbuat oleh dirinya sendiri, ia menyesali apa yang sudah terjadi.

Melihat kondisi Rega mulai berubah tak beraturan apalagi itu semua karena Zanna, membuat dirinya sedikit waspada takut jika hidup Rega semakin tak terarah ke depannya.

"Gua sangat rindu dia Dar, apa sebentar aja dia gak mau dengerin penjelasan gua, padahal ini penting."

"Zan dengerin gua, cowok itu kalau udah kecewa mau lo jelasin sampe sedetail dan setajam silet pun gak bakal mau denger, kecuali dia sadar dengan sendirinya."

"Terus gua harus mendekam di sini aja tanpa berusaha jelasin semuanya? meskipun dia juga gak tertarik buat dengerin penjelasan yang mungkin menurut dia ini semua kebohongan?"

"Ya terus lo mau ke sana? Jangan gila, lo aja baru nyoba jalan lagi setelah beberapa hari cuma tiduran doang," cegah Adara tidak menyetujuinya.

"Kalau itu bisa bikin dia balik lagi ke gua ya bakal gua lakuin, katanya kan kalo cinta tuh harus berani berjuang," sahut Zanna tanpa beban.

"Ya tapi kan harus liat kondisi juga, sekiranya lo gak mampu ya jangan," timpal Adara.

"Gua mampu kok, nih ya gua coba jalan sendiri, liat nih Dar," kata Zanna penuh kepercayaan, ia mengubah posisinya menjadi duduk dan perlahan menyibak selimut lalu mencoba berdiri dengan sekuat tenaga. Adara seketika panik lalu segera menghentikan gerakan Zanna.

"Eh eh Zan jangan nekat, lo mau ngapain nanti jatuh, nakal banget sih dibilang jangan ya jangan," kata Adara dengan cepat menghampiri Zanna lalu menahan tangan Zanna.

SCARS [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang