Zanna menghampiri Rega, gadis itu tersenyum manis lalu melambaikan tangannya kepada Rega, tatapan mata Zanna mampu membuat Rega refleks menyunggingkan senyumnya, seakan semua beban yang ada dihidup Rega berguguran hanya dalam sekejap.
"Kak, aku tau perasaan kamu yang sebenernya, kenapa gak jujur dari awal aja Kak?" tanya Zanna, namun anehnya Zanna memanggil dengan sebutan 'aku' 'kamu' tidak seperti biasanya, nada bicara Zanna kepada Rega pun terdengar lebih lembut.
Rega mematung ditempat sedikit terkejut dengan yang disampaikan oleh Zanna, apakah gadis itu sudah tahu jika dirinya memang sedang memendam rasa yang sejak lama ia sembunyikan dari Zanna? Rega tidak punya pilihan selain mengakuinya.
"Gimana lo bisa tau soal itu?" Tanya Rega berpura-pura tidak tahu.
"Kamu pikir aku bodoh Kak? Aku bisa nebak dari gelagat kamu selama ini," sahut Zanna, ternyata sikap Rega mudah ditebak, bahkan Zanna kini dapat menebaknya dengan mudah.
"Terus apa tanggapan kamu?" Hati Rega kini semakin dibuat waspada dengan jawaban Zanna selanjutnya, entah gadis itu akan menerimanya atau justru malah menolaknya.
"Kamu terlambat Kak aku udah nerima orang lain, aku pikir karena gak ada pilihan jadi aku terima dia," ucap Zanna menunjuk seorang Pria yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Apa gak bisa lo terima gua Zan, tinggalin dia, gua masih belum terlambat kan, please?" Rega kini sangat memohon seraya menangkupkan kedua tangannya dengan tatapan penuh harap, bahkan matanya kini sudah berkaca-kaca.
"Maaf Kak aku harus pergi sekarang karena semua udah terlambat, kita gak mungkin bisa bersama dan aku kembali lagi ke dia, orang dimasa lalu ku," ucap Zanna kepalanya tertunduk.
Energi yang ada ditubuh Rega seakan habis terkuras membuat dirinya kini lemah tak bertenaga, seperti ada yang hilang dalam dirinya dalam sekejap saja, sungguh hatinya terasa sesak.
Tak lama seorang Pria bertubuh tinggi datang menghampiri Zanna lalu menggandeng tangan Zanna membawanya pergi menjauh dari Rega, kini tinggal Rega seorang diri, meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan, semuanya sudah terlambat, memang penyesalan selalu datang diakhir, Rega sangat menyesal karena baru mengakui perasaannya sekarang.
Ia berdiri di bawah rintikan hujan yang perlahan berubah deras membasahi sekujur tubuhnya, lututnya terasa lemah, Rega pun jatuh terduduk seraya menjambak kepalanya kasar, ia sangat merasa frustasi dengan semua yang terjadi.
"Jangan pergi!" Teriak Rega sangat keras di tengah-tengah derasnya hujan, hanya dirinya, hujan, dan Tuhan yang dapat mendengarnya.
"Tolong jangan pergi Zan!" Rega terus berteriak kencang meluapkan kesedihan dalam dirinya.
"Jangan pergi!"
Tak lama Rega pun terbangun dari posisi tidurnya lalu mengambil posisi duduk dengan napas yang sudah ngos-ngosan, wajahnya sudah dipenuhi dengan keringat, dadanya kini berdebar dengan sangat kencang, sungguh Rega merasa takut seraya mengusap dadanya beberapa kali.
"Syukurlah yang tadi itu cuma mimpi," gumam Rega dapat menghela napasnya lega, ia meraih gelas berisi air putih lalu meneguknya sampai habis.
Entah ini merupakan mimpi buruk atau mimpi indah, karena awal mimpi yang cukup membahagiakan sampai akhirnya semuanya berubah menjadi menyedihkan, Rega masih mengatur napasnya lalu meneguk lagi air putih yang ada di atas nakas agar dirinya jauh merasa lebih tenang.
Untuk kesekian kalinya Zanna masuk ke dalam mimpi Rega, entah hanya sebuah kebetulan atau memang ia sedang merindukan gadis itu, atau mungkin karena ia yang terlalu banyak memikirkan tentang gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS [SELESAI] ✅
RomanceIni adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kuat oleh harapan, dikuatkan oleh impian yang belum secara utuh berada digenggamnya, berdiri tegak mela...