Jam mata kuliah pada hari ini telah usai, setelah sekian lama mereka menunggu akhirnya Zanna, Nava, dan Clara pun segera merapikan binder dan alat tulis lain ke dalam Tote bag mereka, satu persatu mahasiswa di kelasnya keluar meninggalkan kelas.
"Gimana suasana hati lo?" Tanya Nava kepada Zanna.
"Udah lebih baik," jawab Zanna seraya tersenyum.
"Gua pulang ya," ucap Zanna meraih Tote bagnya bersiap untuk berdiri namun tangan Nava dan Clara dengan cepat mencegahnya.
"Wait wait wait,"
Zanna mengangkat sebelah alisnya lalu menatap kedua sahabatnya itu secara bergantian.
"Lo harus ikut kita, okay?"
"Mau kemana? Gua mau pulang, otak gua lagi mumet banget," kata Zanna.
Tanpa aba-aba Nava dan Clara langsung menggandeng tangan Zanna untuk ikut bersama mereka, mau tak mau Zanna pun berjalan mengikuti arah kemana mereka membawanya.
Mobil berwarna hitam sudah terparkir tepat di depan gerbang kampus Bintang Airlangga, kaca mobil terbuka menampilkan seorang Pria yang Zanna sangat kenal bahwa itu adalah Fahmi, Nava membukakan pintu bagian depan untuk Zanna sedangkan Nava dan Clara memilih duduk dibagian tengah.
"Ini maksudnya apa sih ?" Tanya Zanna masih tidak mengerti, semua serba mendadak tanpa Zanna ketahui.
"Kita mau jalan-jalan ke puncak, Yeay," seru Clara seraya bertepuk tangan kegirangan sendiri.
"Lo pasti suka deh Zan," timpal Nava.
Sedangkan Fahmi masih tetap fokus mengendarai mobilnya, ia hanya menoleh sesekali ke arah Zanna untuk melihat bagaimana gadis itu berekspresi, sejauh ini Zanna hanya menunjukkan ekspresi wajah datar.
"Oh jadi ini semua rencana kalian bertiga tanpa ngasih tau gua dulu?"
"Kita cuma mau lo terhibur aja, kalau gak kaya gini lo pasti nolak buat ikut,"
"Nah, kalau balik ke rumah yang ada Zanna malah tambah stress kepikiran semuanya lagi," sahut Fahmi.
Beberapa detik berikutnya senyum diwajah Zanna terangkat seraya menatap jalan yang ada di depan, bahagia rasanya memiliki sahabat seperti mereka yang selalu mengerti kondisi hatinya, bahkan disaat dirinya hampir menyerah mereka selalu ada untuk menghibur.
"Makasih banyak ya," ucap Zanna seraya melirik Fahmi, Nava dan Clara secara bergantian, senyum hangat tergambar diwajah mereka, sungguh sangat menenangkan hati dan jiwa.
"Kalian tau gak sih cowok gua udah nanya kapan gua lulus kuliah, ah jadi malu deh gua!" seru Clara memecah kecanggungan diantara mereka.
"Kira-kira nanti gua nikahnya pake adat apa ya soalnya dia udah nanyain umur gua terus kapan lulus kuliah," lanjut Clara seraya tersenyum girang menopang kepalanya membayangkan betapa bahagianya kalau itu semua benar terjadi dalam waktu cepat.
"Adat minagdeng laka minang suang aja Clar," ledek Nava membuat Zanna dan Fahmi yang tadinya hanya menyimak pun akhirnya tertawa juga.
"Gua serius bestie, yaelah jangan bikin gua ketawa dulu napa," sahut Clara ketika tawanya sudah mereda.
"Lagian baru juga ditanya lulus kapan belum ditanya siap nikahnya kapan udah sibuk mikirin adat haha," timpal Zanna terkekeh geli, menjadi orang yang mudah tertawa memang cukup melelahkan, hanya mendengar sedikit lelucon saja mampu membuatnya sulit berhenti tertawa hingga sakit.
Tak terasa ternyata sudah cukup jauh perjalanan yang mereka tempuh, mulai dari jalan menanjak lalu jalan menurun, bahkan jalan bebatuan pun mereka lewati, kini mereka sudah berada di daerah pegunungan dengan suasana hijau dan segar, Zanna sengaja membuka kaca mobil agar dapat menghirup betapa segarnya udara daerah pegunungan, Zanna menarik napasnya perlahan untuk menikmati udara segar seraya tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS [SELESAI] ✅
RomanceIni adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kuat oleh harapan, dikuatkan oleh impian yang belum secara utuh berada digenggamnya, berdiri tegak mela...