Zanna duduk termenung di dalam kelas dengan tangan menopang dagu, Zanna hanyut dalam lamunannya, teringat dengan kejadian satu hari lalu, mencerna kembali kata demi kata yang diucap Abian.
Bagaimana Pria itu berucap lalu berekspresi, sungguh Zanna tidak bisa mempercayainya lagi, Pria manipulatif dan terlalu banyak mengucap kebohongan.
Hati Zanna seketika merasakan sesak terlebih ia harus menahan tangisnya agar tidak keluar saat itu juga, kenangannya bersama Abian dulu seakan kembali berputara dalam benaknya, sesekali ia tersenyum miris dengan kenyataan pahit ini, entah Zanna harus kembali percaya dengan Abian atau tetap mengikuti kata hatinya, ia dilanda rasa bimbang.
"Duar!" Teriak Nava dan Clara secara kompak membuat Zanna terpelonjak kaget. Zanna kembali tersadar dari lamunan lalu segera menetralkan raut wajahnya seakan tidak terjadi apa-apa. Perihal menyembunyikan masalah Zanna memang jagonya, tidak perlu diragukan lagi soal itu.
"Astagfirullahaladzim, Allahuakbar!" Sentak Zanna seraya mengusap dadanya merasa terkejut.
"Bikin nasi kuning woi, Zanna sekarang nyebut!" seru Nava.
"Hari-hari kerjaan lo merenung mulu Zan, mana nih yang katanya punya gebetan banyak, pacar ilang satu aja galau kayak orang gila," goda Clara.
"Lo pikir gua lagi galauin Abian? Ya nggaklah ngapain juga gak penting, mending gua jalan sama yang lain," sanggah Zanna dengan sangat yakin.
"Lo kalo galau ngaku aja sih jangan pura-pura bahagia mulu, mata udah berkaca-kaca masih mau bilang gak ada apa-apa?" Tanya Clara, karena mata Zanna tidak bisa berbohong, gadis itu sedang tidak baik-baik saja.
"Udah sih, lagian gua baik-baik aja, sepele masalah gini mah kalian gak perlu khawatir, tau sendiri kan gua tuh bukan cewek lemah yang mudah nyerah," elak Zanna menutup-nutupi.
"Tau banget malah, lo kan punya kepercayaan diri yang tinggi sampe ngalahin tiang sutet, gak heran lagi sih, ya kan Nav?" Clara kini bertanya kepada Nava.
"Betul sekali bestie, mending sekarang kita ke ruang Dosen yuk nyerahin tugas jurnal," ajak Nava.
"Tapi abis itu ke kantin ya gua mau beli es jeruk buat ngedinginin otak, rasanya panas banget nih kepala gak tau napa, hati gua juga ngedadak gak enak kaya ada sesuatu yang bakal terjadi gitu," sahut Zanna.
Zanna menarik napasnya lalu membuangnya secara perlahan mencoba menenangkan hatinya yang mulai tidak tenang, bahkan kini pikirannya menjadi tak karuan, mungkin ini hanya efek kelelahan mengerjakan jurnal sampai larut malam, Zanna menyelesaikan jurnalnya hanya dalam waktu semalam bahkan paginya ia harus berada di kampus untuk mengikuti kelas pagi.
Ketika pesanan es jeruk Zanna datang gadis itu langsung menyeruputnya hingga tersisa setengah, Clara dan Nava menatap Zanna dengan mulut setengah terbuka, bagaimana tidak melongo jika Zanna mampu habiskan minuman itu dalam hitungan detik.
"Istighfar Zanna, gak kira-kira anjay minuman baru dateng lo abisin gitu aja," tegur Nava.
"Otak lo bukannya dingin malah jadi beku dodol, ntar kalo Dosen nanya lo cuma planga-plongo doang gimana?" Tanya Clara ikut menimpali.
"Pala gua pusing banget dah daritadi, padahal gak ada beban pikiran cuma kaya kerasa berat aja, terus hati gua juga gak tenang gitu."
"Perlu gua tanyain psikolog gak Zan?"
"Lo kira gua gila, gak perlu gak perlu," tolak Zanna.
"Dokter dong Nav bukan psikolog, gimana sih lo, aneh banget," sahut Clara.
"Kalo Zanna konsulnya ke psikolog lah Clar kalau Dokter mana bisa," timpal Nava.
"Suka-suka hati lo aja pada, mood gua lagi ancur banget hari ini sumpah, gak suka banget gua jadi orang yang moodyan, jujur capek," keluh Zanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS [SELESAI] ✅
RomanceIni adalah kisah seorang gadis yang hidup penuh pengorbanan yang tak mudah, bahkan ia kerap kali jatuh dan terluka, tetapi ia dipaksa bangkit dan kuat oleh harapan, dikuatkan oleh impian yang belum secara utuh berada digenggamnya, berdiri tegak mela...