16| soreness

164 22 3
                                    

Yujin meraih tas kecil yang ada disampingnya mengambil ponsel yang ia taruh didalam tas tadi, masih dengan menangis dan Jihoon masih tersender dibahunya.

"Chan tolong kesini, gue takut, Jihoon gak bergerak disamping gue, dia gak jawab gue panggil, tubuhnya udah lemes,hiks..."

"Lo yang tenang, gue kesana sekarang bawa ambulance ok, jangan nangis Yujin."

"Cepet Chan, jangan lama - lama, hiks..hiks.."

"Iya, ini gue berangkat sekarang."

"Kimbab please jangan gini, kamu bikin aku takut." Yujin memegang kepala Jihoon, dengan pelan ia letakkan dipangkuannya.

"Kimbab bangun!"

"Nggak, kamu gak boleh gini!"

Yujin terus mengelus setiap bagian wajah Jihoon, "Kimbab bangun... hiks..."

"Lihat kamu buat aku nangis lagi,"

"Kimbab...hiks.. hiks.."









"Chan sampek mana?!!! Tangan Jihoon udah dingin banget, gue takut Chan!"

"Ini udah deket, bentar lagi nyampek!"

Yujin terus mengenggam tangan Jihoon yang terus semakin dingin, supaya menjadi lebih hangat.

Wajah Jihoon semakin pucat membuat Yujin benar - benar ketakutan.

"Please Kimbab kamu harus kuat, Sungchan lagi perjalanan kesini bentar lagi kita kerumah sakit."




Samar - samar suara ambulance sudah terdengar mendekati rumah Yujin, dan tak berapa lama Sungchan dan beberapa petugas sudah masuk ke rumah Yujin.

Yujin masih terus terdiam sambil memangku kepala Jihoon di pangkuannya dan mengenggam kedua tangan Jihoon dengan kedua tangannya.

Para petugas langsung mengambil alih tubuh Jihoon yang sudah tak sadarkan diri, sedang Sungchan memabantu Yujin bangkit dari duduknya memegang kedua sisi bahu Yujin, membawanya mengikuti raga Jihoon yang dibawa ke dalam ambulance. Dengan cepat mereka menuju rumah sakit.

"Gue takut Chan." Yujin terus menangis didalam ambulance.

Sungchan meraih tubuh Yujin kepelukannya. "Jihoon pasti baik - baik aja, lo jangan takut." Sungchan mengelus kepala Yujin agar dia lebih tenang.

Remang - remang dan sekilas Jihoon yang tergeletak di dalam ambulance itu melihat Sungchan sedang memeluk Yujin yang sedang menangis, tapi dengan cepat kesadarannya kemabli hilang, gelap.

Jihoon segera dibawa lagi keruang inapnya untuk ditangani oleh dokter.

Syukurlah Jihoon hanya kelelahan karena tak seharusnya ia kabur dari rumah sakit, itu akan memperburuk keadaannya.

🐼












"Yujin-a.." Suara serak parau Jihoon membangunkan Yujin yang sedang tertidur disamping ranjangnya.

Dua hari setelah Jihoon dibawa menggunakan ambulance waktu itu, kini ia baru sadarkan diri.

Yujin mengenggam tangan Jihoon, kemudian menatap netra sayu itu, "gimana, kamu udah ngerasa baikan? Ada yang sakit?" Yujin bertanya dengan lembut.

Jihoon memegangi perutnya dengan tangan yang tidak digengam oleh Yujin, "sakit," wajahnya mengerenyit menahan perih perutnya.

"Bentar ya aku panggilin dokter dulu," Yujin melepas gengamannya pelan.

Uhkk..

Saat Yujin hendak bangkit, cairan merah pekat sudah termuntah dari mulut Jihoon, Yujin menjadi panik. Yujin dengan segera mengambil tisu untuk mengusap darah yang sudah mengenai area bantal yang Jihoon kenakan.

"Aku panggil dokter dulu ya."

Jihoon mengangguk,

Yujin dengan segera berlari keluar kamar inap Yujin.

Akh!

Perut Jihoon semakin terasa perih, "Yujin-a, akh!" Iya meremas bajunya menahan perih yang menyerang.

Dengan segera dokter masuk, dan langsung menyuntikkan beberapa obat ke selang infus Jihoon hingga sakit yang ia rasakan mereda.

"Dok, apa Jihoon akan terus kesakitan seperti ini saat dia terbangun?"

"Kemungkinan besar iya, karena kita saat ini hanya bisa menyuntikkan obat penghilang rasa sakit untuk pasien. Satu - satunya supaya dia sembuh hanya dengan transplantasi hati."

Ekspersi Yujin menjadi muram mendengar apa yang dokter ucapkan, tapi berbeda dengan Jihoon, ia sudah dapat menerima kenayataan bahwa dirinya memang tidak mungkin sembuh. Jihoon memasang ekaspersi setegar mungkin supaya Yujin tidak tambah sedih.

Jihoon meraih tangan Yujin yang ada disampingnya, meletakkan tangan cantik itu keatas perutnya yang tadi terasa sakit, "aku udah gak papa, udah gak sakit. Maaf bikin kamu khawatir terus."

Yujin mengelus area perut Jihoon pelan, "jangan sakit - sakit terus ya, kasihan Kimbab, sudah cukup dia merasakan sakit mu."

Jihoon tersenyum melihat Yujin berbicara pada perutnya, ia menumpukkan kedua tangannya ke tangan Yujin yang ada diperutnya, mengelusnya supaya Yujin lebih tenang.

"Jangan aneh - aneh, bicara kok sama perut, hehe.."

"Abisnya dia nakal bikin kamu sakit terus, jadi perlu aku ceramahin perut kamu!"

Jihoon tertawa, ia mengacak rambut Yujin lembut.

Yujin ikut tertawa melihat Jihoon akhirnya dapat tertawa.
Wajah bahagia itu sudah berhari - hari Yujin tak melihatnya, ia merindukannnya. Merindukan sosok Jihoon yang periang, yang cerewet, yang sok asik yang kini perlahan hilang digantikan dengan sosok Jihoon yang sering mengeluh kesakitan.

be ill | Park Jihoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang