34| kehilangan

193 18 2
                                    

Sungchan membantu Yujin untuk turun dari ranjang Jihoon suapaya dokter dapat memeriksanya. Sungchan peluk tubuh wanita yang kini sedang bersamanya. Yujin tidak menangis, ia hanya terus diam.

Diluar ruang rawat inap Jihoon, Yuri sudah menangis dipelukan Jisung membuat Jisung juga hampir menangis.

Semua orang kehilangan sosok Jihoon dengan cara mereka masing - masing. Yujin tidak mau menangis, sedang Yuri sudah menangis sesengukan. Sungchan dan Jisung, mereka harus kuat karena ada perempuan - perempuan yang sedang bersandar pada dada bidang mereka.

Kepergian satu orang dapat membuat beberapa orang lain hancur.

Bunga lily putih kesukaan Jihoon mengiringinya pergi ke peristirahatan terakhirnya pagi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga lily putih kesukaan Jihoon mengiringinya pergi ke peristirahatan terakhirnya pagi itu. Tempat dimana ia dapat berkumpul dengan keluarganya.

Kini Jihoon tak perlu takut lagi sendirian. Ia sudah berkumpul dengan bunda, ayah, dan juga adiknya.

Tak begitu banyak orang yang mengantar kepergiannya, hanya beberapa kenalan dan juga bebrapa sahabat. Tak ada kerabat sama sekali, karena menang sosok Park Jihoon benar - benar sebatangkara dalam menjalani kehidupannya. Ia benar - benar sendirian setelah sepeninggalan anggota keluarganya.

Yujin masih belum menangis sama sekali, hal itu membuat Sungchan semakin khawatir. Akan lebih baik jika Yujin menangis meraung seperti halnya Yuri, sehingga Sungchan dapat memeluk dan menenangkannya. Tapi Yujin tidak, ia hanya terus diam membuat Sungchan tak dapat berbuat apa - apa.

Yuri masih menangis sesenggukan dengan Jisung yang terus berada disampingnya. Yuri benar - benar tak menyangka bahwa percakapannya malam itu menjadi percakapan terakhirnya dengan Jihoon. Keinginan terakhir Jihoon malam itu, Yuri akan mengabulkannya, ia ikhlas. Ia akan benar - benar melepas Sungchan untuk berada disamping Yujin.

Melihat bagaimana Sungchan terus berada disamping Yujin membuatnya sadar bahwa memang dirinya tidak akan pernah memiliki tempat di hati Sungchan.

"Lo nggak perlu minta maaf ke gue Jihoon. Lihat, bagaimana sikap Sungchan ke Yujin, memang nggak akan pernah ada celah untuk gue masuk ke sana." Yuri memandangi gundukan tanah yang ada tepat dihadapannya.

"Udah nuna, jangan nangis terus donk. Aish, gue jadi ikut nangis kan!" Sedari kemarin Jisung sudah susah payah menahan air matanya. Tapi pagi ini melihat Jihoon tertimbun tanah didalam sana membuat hatinya semakin sakit, air matanya tak sanggup lagi ia tahan.

Salah satu hyung-nya benar - benar sudah tak dapat ia sapa lagi. Jisung tidak akan dapat lagi melihat senyuman manis khas milik Jihoon, ia tak dapat lagi merasakan elusan dikepalanya yang sering Jihoon lakukan kepadanya.

Hyungnya itu sudah tertidur tenang didalam sana, didalam timbunan tanah yang membuat Jisung tak dapat menemuinya lagi.

Hyungnya itu sudah tertidur tenang didalam sana, didalam timbunan tanah yang membuat Jisung tak dapat menemuinya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu persatu orang - orang perlahan pergi. Jisung-pun mengajak Yuri untuk ia antar pulang hingga menyisakan Yujin dan Sungchan yang berada disana.

Langit perlahan menghitam, Yujin masih tak mau beranjak dari sana meski sudah berkali - kali Sungchan mengajaknya.

"Pulang, Yujin. Udah mau hujan nanti lo kehujanan disini."

Yujin menggeleng kuat, ia masih ingin menemani Jihoon disini.

"Pulang, Yujin." Sungchan mencoba memaksa mebangunkan tubuh Yujin dari duduknya tapi ia langsung mendapat tepisan kasar dari Yujin.

"Kalau gue pulang, Kimbab sendirian disini, Chan!"

"Yujin-a, lo liat, Jihoon udah kumpul sama keluarganya. Dia nggak sendirian." Sungchan mengarahkan pandangan kepada tiga gundukan tanah yang ada disamping makam Jihoon. Disana ada makam ayah, bunda, dan adik Jihoon.

Sungchan terus berusaha bersikap lembut kepada Yujin, ia terus membujuk Yujin untuk pulang sebelum hujan benar - benar turun.

"Jihoon nggak sedirian, ada bunda, ayah, dan adiknya disini. Mereka udah berkumpul, Yujin."

Mendengar perkataan Sungchan membuat pandangan Yujin mengedar ke arah makam keluarga Jihoon yang bersebelahan dengan makam Jihoon.

"Kimbab... udah kamu sampein salam aku untuk bunda?"

"Bunda bilang apa?"

"Kamu pasti seneng, kan, udah ketemu dan kumpul sama mereka?" Yujin memasang senyum palsu membuat Sungchan tak habis fikir.

"Kenapa lo nggak nangis? Lo boleh nangis, Yujin. Nggak usah sok kuat gitu!" Sungchan mulai kesal dengan sikap Yujin, karena ia tak tau harus berbuat apa.

"Lo senyum dihari pacar lo meninggal?! Aish!!"

"Nangis, Yujin, kalau lo mau nangis. Nggak ada yang ngelarang! Nggak ada yang nyuruh lo buat sok kuat kayak gini!"

"Dada gue ini sakit liat lo kayak gini! Nangis dan gue bisa peluk lo sampek tangisan lo reda!"

"Apa sih, Chan, brisik lo, gue mau pulang." Dengan ekspersi datar, Yujin bangkit dari duduknya dan pergi dari area pemakaman itu.

"Aish!" Sungchan kesal, ia hanya bisa mengikuti Yujin kemudian mengantrnya pulang.

Alih - alih pulang kerumahnya, Yujin meminta Sungchan untuk mengantarnya ke rumah Jihoon. Ia ingin tinggal disana untuk sementara waktu.

"Lo yakin?" Sungchan kembali meyakinkan Yujin, sebelum wanita itu masuk ke dalam rumah.

"Emang kenapa? Gue mau disini dulu sementara waktu. Gue nggak papa, Chan. Gue baik - baik aja."

"Kalau ada apa - apa langsung telfon gue."

"Iya. Udah sana pulang, gue capek mau istirahat."

"Gue bisa disini temenin lo, Yujin."

"Gue baik - baik aja, Chan. Lo nggak usah khawatir. Lo pulang terus istirahat, lo pasti juga capek, kan?"

"Yaudah kalau itu mau lo, gue pulang sekarang. Tapi janji kalu kenapa - napa langsung telfon gue."

"Iya."

Mereka berpisah di pintu utama. Yujin masuk kedalam rumah yang dipenuhi kenangannya bersama Jihoon. Hatinya terasa aneh, ia merasakan kekosongan.

Karena benar - benar merasa lelah, Yujin langsung menuju kamar Jihoon kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang yang sudah tak mempunyai pemilik itu.

Saat merebahkan dirinya, Yujin masih dengan jelas dapat menghirup aroma tubuh Jihoon--kekasihnya. Rasanya nyaman dapat menghirup aroma itu, hingga perlahan dirinya terlelap disana.

 Rasanya nyaman dapat menghirup aroma itu, hingga perlahan dirinya terlelap disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
be ill | Park Jihoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang