22| gambar

143 19 4
                                    

"Penyakitnya sudah sangat parah, kalian harus bersiap dengan kemungkinan terburuk." Dokter keluar dari kamar inap Jihoon kemudian berbicara kepada Yujin dan Sungchan.

"Pihak rumah sakit sudah tidak bisa melakukan apa - apa lagi, pendonor pun juga belum kita dapatkan. Kondisi pasien akan terus memburuk, kita hanya bisa membantu untuk mengurangi rasa sakitnya dengan obat penghilang rasa sakit."

Hiks... hiks...

Mendengar perkataan dokter membuat tubuh Yujin lemas, ia jatuh ke pelukan Sungchan menangis sejadi - jadinya.

"Saya permisi, jika ada apa - apa langsung panggil saya saja."

"Baik dok, terimakasih."
Sungchan tetap mencoba tegar, ia tak seharusnya ikut rapuh seperti Yujin. Kalau ia rapuh nanti siapa yang akan memeluk dan menenangkan Yujin? Hanya Sungchan yang dapat Yujin dan Jihoon andalkan sekarang.

"Yujin, tenangin diri lo. Jangan sampai Jihoon liat lo hancur kayak gini, kalau Jihoon liat lo kayak gini dia akan lebih hancur nantinya." Sungcahn mengelus kepala Yujin, agar Yujin segera berhenti menangis.

"Gue harus gimana Chan? Gue gak siap kalau harus kehilangan Kimbab, hiks..."

"Hei, Jihoon masih hidup Yujin, dan umur ada di tangan penciptanya, dokter hanya bilang kita harus bersiap dengan kemungkinan terburuk, inget itu belum tentu terjadi kan?"

"Lo mau sedih kayak gini terus gak akan ngerubah keadaan Yujin, lo harus kuat, lo semangatin Jihoon biar dia juga semangat buat hidup."

"Lo harus manfaatin waktu yang entah sebentar atau lama ini, supaya lo nantinya gak nyesel, ok?"

Yujin menyerap semua nasihat Sungchan. Benar kata Sungchan, meratapi semua keadaan ini gak akan ngerubah apapun, yang harus Yujin lakuin adalah tegar dan memberikan energi positifnya pada Jihoon agar Jihoon bisa bertahan sedikit lebih lama.

Yijin mengusap airmatanya, ia membenahi rambutnya yang berantakan dan juga membenarkan jaket Sungchan yang ada ditubuhnya supaya kaos yang penuh dengan darah Jihoon nanti tidak terlihat oleh Jihoon. Dan kakainya?
Yujin masih nyeker, ia mengamati kakinya yang malang yang sudah kotor minta ampun.

"Mau gue beliin sendal?" Sungchan sedari tadi mengamati Yujin.

Yujin mengangguk,

"Yaudah lo masuk dulu, gue keluar beli sendal dulu buat lo."

"Chan?"

"Emm,"

"Makasih."

"Iya,"

"Gue keluar dulu bentar, cepetan lo masuk sana."

Yujin tersenyum, ia kemudian masuk ke kamar inap Jihoon.

Sungchan melangkahkan kakinya keluar rumah sakit untuk memblikan sendal buat Yujin.

Yujin duduk di kursi samping tempat tidur Jihoon. Wajah Jihoon terlihat sangat pucat, masker oksigen terpasang menutupi hidung dan mulutnya.

Sesekali ekspresinya mengerenyit, apakah Jihoon juga merasakan sakitnya walaupun ia tengah tak sadarkan diri? Entahlah.

Kalau saja Yujin bisa membagi sakit Jihoon ke dalam dirinya ia sangat ingin melakukannya agar Jihoon tidak terlalu menderita seperti ini, Yujin tidak tega melihatnya.

Tak lama Jihoon secara perlahan membuka netranya, ia berkedip beberapa kali untuk memperjelas pandangannya.

"Kamu udah bangun?"

Jihoon mengangguk,

"Ada yang sakit?" Yujin mendekatkan dirinya ke tubuh Jihoon.

Jihoon menggeleng, ia kemudian mencoba melepas masker oksigen yang terpasang padanya ia ingin berbicara pada Yujin, tapi ia kesulitan tangannya masih sangat lemas, Yujin segera membantunya.

"Aku minta maaf," suara Jihoon sangat lirih hampir tak terdengar.

"Maaf karena udah nyakitin kamu."

Yujin terus menggeleng mendengar apa yang Jihoon ucapkan,

"Kamu gak perlu minta maaf, ini semua bukan salah kamu Kimbab."

"Udah ya, gak usah minta maaf minta maaf terus."

Jihoon tersenyum, ia kemudian meraih tangan Yujin kemudian menciuminya berkali - kali, "aku kangen,"

Yujin berkaca - kaca, ia kemudian lebih mendekatkan dirinya lagi ke Jihoon kemudian memeluk tubuh Jihoon dengan erat.

"Sini," Jihoon mengeser tubuhnya hingga terdapat ruang kosong disebelahnya, ia bermaksud suapaya Yujin berbaring disebelahnya, Jihoon ingin memeluk Yujin lebih dekat dan lebih erat lagi.

Dengan anggukan Yujin langsung naik ke ranjang Jihoon, ia kini berada tepat disamping Jihoon memeluk tubuh kekasihnya itu lebih erat.

"Kamu istirahat lagi ya, gak usah mikir macem - macem. Aku bakal disini temenin kamu."

Jihoon mengangguk, ia kemudian memejamkan matanya dalam pelukan Yujin. Rasanya sangat hangat, Jihoon senang.

Sungchan yang baru datang, ia mengurungkan niatnya untuk masuk setelah melihat pemandangan dua sejoli itu, hatinya hancur sehancur hancurnya, Sungchan harus mengalah.

Keresek hitam yang Sungchan bawa ia cantolkan ke gagang pintu, ia membelikan sendal sekaligus baju ganti untuk Yujin karena baju Yujin kotor.

Sungchan tidak ingin masuk, nanti biar Sungchan memberi tahu Yujin lewat pesan teks saja.

Yujin
|Sendal lo gue cantolin di pintu, gua gak masuk takut ganggu.
|Sekalian udah gue beliin baju ganti baju lo kotor soalnya

Sungchan
|Makasih Sungchan!

Yujin baru sempat membuka pesan Sungchan tiga setengah jam kemudian saat Yujin akhirnya turun dari ranjang Jihoon, ia tadi ikut ketiduran saat memeluk Jihoon.

Dengan segera Yujin mengambil kantong kresek yang berisi sendal dan sebuah kaos, ia langsung membawanya ke kamar mandi untuk ganti baju sekalian membersihkan diri.

Untung saja jaket Sungchan tidak kotor  karena darah yang menempel di kaos Yujin sudah mengering, Yujin kemudian melepas kaos yang ia pakai, membuangnya ke tong sampah lalu berganti dengan kaos yang dibelikan Sungchan.

Setelah selesai Yujin kembali duduk di samping ranjang Jihoon, mengamati wajah kekasihnya itu tanpa bosan. Ia tidak ingin mengalihkan pandangannya barang sedetik pun karena Yujin tak ingin menyia - nyiakan waktu yang tersisa ini.

Yujin besok akan meminta tolong Sungcahn untuk mengambilkan kameranya, ia ingin memotret Jihoon banyak - banyak, ia juga ingin mengabadikan momentnya bersama Jihoon, Yujin ingin berfoto dengan Jihoon lebih banyak, karena menurut Yujin hal terbaik mengenai sebuah gambar adalah gambar itu akan selalu ada, bahkan ketika orang-orang yang ada di dalamnya sudah tiada.

be ill | Park Jihoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang