21| Hidup

180 20 3
                                    

Hari mulai sore saat Sungchan mendadak mendapat telfon dari Jisung bahwa ada customer penting di kedai bunga Sungchan yang ingin bertemu langsung dengan Sungchan.

"Ji, lo gue tinggal sebentar gak papa kan? Gue ada customer penting."

"Gak papa Chan."

"Bentar aja kok, nanti gue balik lagi."

"Iya, jangan buru - buru gue baik - baik aja kok. Nanti juga bisa panggil suster kalo ada apa - apa."

"Yaudah gue langsung cabut ya."

Sungchan dengan buru - buru keluar dari kamar inap Jihoon untuk menuju kedai bunganya. Customer yang disebutkan Jisung adalah pelanggan tetap kedai bunga Sungchan yang hanya mau beli jika Sungchan yang merangkaikan bunganya.

Sambil mondar - mandir di sekitaran kamar inapnya, Jihoon masih terus berfikir untuk menghubungi Yujin atau tidak, ia terus menatap hpnya membuka kontak Yujin dan tinggal memencet 'panggil' saja tapi ia ragu.

Akirnya setelah berfikir panjang Jihoon menekan tombol bergambar telfon.

Tut....tut....tut.....

Telfonya tersambung, tapi tidak ada jawaban dari Yujin.

Tut....tut....tut....

Tut....tut....tur....

Jihoon mengigit bibir bawahnya gelisah, telfonya tak diangkat oleh Yujin, apakah Yujin benar - benar marah padanya(?)

Akgh!

Perut Jihoon terasa sangat nyeri, tiba - tiba cairan merah pekat termuntah dari mulutnya, ia langsung menutup mulutnya menggunakan tangan.

Jihoon mencoba menuju ranjangnya untuk menekan tombol emergency tapi apa daya dalam sesaat tubuhnya tak lagi memeiliki tenaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon mencoba menuju ranjangnya untuk menekan tombol emergency tapi apa daya dalam sesaat tubuhnya tak lagi memeiliki tenaga. Jihoon terkapar dilantai.

Uhuk!

Ia terus memuntahkan darah membuat perutnya semakin perih luar biasa, ia meringkuk kesakitan di lantai yang dingin, tidak tau harus meminta tolong bagaimana.

"Tolong jangan ambil saya sekarang, beri saya lebih banyak waktu lagi."

Akh!

"Please... beri saya waktu sebentar lagi."

Tubuh Jihoon bergetar menahan sakit yang menyerang perutnya. Ia benar - benar meringkuk kesakitan.

"Yujin... hiks..."

Akh! Akh!

Tidak ada siapapun disana yang dapat menolong Jihoon.

Pandangannya mulai memburam, "Yujin-a, aku ingin bertemu kamu, hiks..."

Dret...dret...
Dret...dret...dret...

Hp Jihoon yang tergletak disampingnya terus bergetar, Jihoon bersusah payah untuk menekan tombol hijau dengan tangannya yang sudah berlumuran darah.

be ill | Park Jihoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang