Kamar mewah besar itu tampak sesak, bukan karna banyaknya orang yang ada di dalam. Tapi, sebab ayah dan kedua anaknya yang memancarkan aura suram dan mengerikan.
Noah hanya bisa berdiri pasrah sambil melihat mata terpejam milik kakaknya, Arthur. Matanya bahkan terlihat sedikit membengkak akibat banyak mengeluarkan air mata, "Ayah, mengapa kak Arthur belum bangun?" Lirih Noah. Ia menoleh pada ayahnya menanti jawaban yang memuaskan.
Asgar hanya bisa memeluk putra bungsunya, mencoba menengkan, "Dia akan bangun. Tunggu sebentar lagi," Gumam Asgar lembut sembari mengusap surai hitam sang anak penuh kasih.
Licion tidak lebih baik dari keduanya, dia yang nampak paling tertekan, "Kalian sebenarnya dokter atau bukan hah!?" Bentak Noah pada 3 dokter yang tampak gemetaran sejak tadi.
"Tuan muda Arthur hanya pingsan saja, yang mulia," Cicit dokter no 3. Semua dokter mengangguk membenarkan. Mereka serempak menoleh kearah dimana pria dan pemuda bersurai putih yang sejak tadi hanya duduk di sofa dengan tenang, tanpa berniat membantu.
Kaisar Aruel yang merasa sejak tadi ditatap hanya bisa menggeleng pelan, "Kalian harus merasakan itu sampai tuan muda ke-2 bangun," Ujarnya tanpa niat ikut campur lagi. Aruel memandang kearah putra tertuanya yang sedang minum teh dengan anggun di suasana mencekam ini.
Putra mahkota-- Aneal mengangkat sebelah alisnya, "Ini akan jadi malam yang indah." Sembari menyerumput nikmat tehnya, ia memandang kearah keluarga Traxeus.
ketiga dokter yang sejak tadi berusaha menjelaskan pada Lucion perihal mengapa Arthur belum bangun tampak sudah lelah, untunglah Sang pasien saat ini mulai menunjukkan gerakan perlahan dari kelopak matanya. Membuat semua orang langsung mengerubuni tempatnya tidur.
Arthur samar-samar mendengar sekitarnya gaduh, ia membuka sedikit matanya dan melihat siluet orang-orang mengerubuninya, "Apa yang terjadi?" Lirih Arthur berusaha bangun dari tidurnya, Lucion langsung sigap membantu adiknya untuk duduk.
Noah langsung menubruk kemudian memeluk Arthur erat. Arthur sempat heran mengapa adiknya tiba-tiba memeluknya, tapi melihat raut wajah adiknya ia mengurungkan niatnya untuk bertanya, "Kenapa kau menangis?" Tanya Arthur sembari mengusap pelan pucuk kepala sang adik yang nampak bergetar.
Asgar rasanya ingin sekali memeluk anaknya yang telah bangun, tapi ia hanya memasang sedikit senyum diwajahnya. Berusaha menjaga image di hadapan kaisar yang akan mengejeknya jika ia melakukan itu, "Akhirnya kau bangun," Bisik Asgar pelan menatap kedua putranya iri
Lucion juga ikut memeluk Arthur membuat Arthur kaget untuk kedua kalinya, "Kukira kau akan seperti putri Aur*ra," Cicit Lucion.
Arthur terkekeh mendengar perkataan kakaknyan "Apa yang terjadi disini? Mengapa banyak sekali orang?" Tanya Arthur heran. Ia memandang semua orang yang ada di kamarnya, kaisar dan mungkin pemuda disampingnya adalah pangeran, para pelayan adiknya dan Neta yang nampak habis menangis, Ketiga orang asing yang tidak di ketahuinya... kenapa banyak orang disini?!Asgar mendesah, "Kau tiba-tiba pingsan saat di akademi sejak pagi tadi membuat kami khawatir... dan mereka adalah dokter yang memeriksamu." Asgar menjeda perkataannya dan menunjuk ketiga dokter yang nampak seperti terbebas dari neraka, "Kemudian, mereka adalah kaisar Aruel dan putra makkota, pangeran Aneal," Terang Asgar kemudian menunjuk kearah Kaisar Aruel dan pangeran Aneal.
Aneal tersenyum pada Arthur, "Syukurlah anda sudah bangun tuan muda," Ucap Aneal. Arthur balas tersenyum pada Aneal, "Terima kasih atas perhatian anda yang mulia," Balas Arthur dengan sedikit mengangguk samar, "Tampaknya tuan muda Arthur masih harus istirahat. Bukan begitu para dokter?" Suara lembut kaisar Aruel terdengar.
Para dokter langsung mengangguk cepat, "Kaisar benar Grand duke. Tuan muda Arthur harus istirahat lagi." Noah dan Lucion mendesah sebelum melepaskan pelukan mereka pada Arthur dan berjalan pergi, Kaisar dan pangeran mahkota juga mengucapkan salam sebelum pergi di ikuti para dokter di belakang mereka.
Asgar mengecup kening sang putra kemudian pergi bersama dengan para putranya yang lain.
Arthur melihat semua orang mulai keluar dari kamarnya, dapat ia rasakan perbadaan signifikan kala kamarnya menjadi hening kembali. Ia melihat pergelangan tangannya, "Tia...," Gumamnya pelan sambari memperhatikan tato mawar tepat dimana wanita tadi menggigitnya.
Arthur menyentuh bibirnya, ia harus meruntuki pikirannya yang semakin mengada-ada, "Tadi itu manis," gumamnya tanpa sadar.
•••
Meja makan keluarga Traxeus tampak dihuni banyak orang pagi ini.
Dikursi ujung ada kaisar dan di ujung lagi ada grand duke, disamping kiri ada para putra grand duke, juga di kanan ada para pangeran dan putri.
Lengkap.Lucion ingin sekali membanting meja makan panjang ini, matanya memicing sinis melihat seorang gadis dengan surai dan netra merah tengah makan dengan tenang di depannya, 'Siapa yang akan menyangka dia adalah putri pertama?!' Ringisnya dalam hati. Ia coba mengingat penjelasan Arthur tadi pagi-pagi sekali.
-pangeran mahkota, Aneal De Solena, adalah pangeran pertama juga pewaris utama tahkhta kerajaan. Pangeran Aneal adalah satu-satunya anak dari ratu dan kaisar, dia juga dikenal sebagai komandan dalam peperangan sejak usia 16 tahun. Dia punya ciri-ciri; surai berwarna putih dengan netra coklat keemasan, juga sifatnya yang kadang hangat kadang dingin. (Sebut saja dispenser)
-pangeran kedua, Hitch A.Solena adalah anak dari kaisar dan almarhum dari selir pertama. Dia di kenal sebagai penyihir hebat dan juga pangeran misterius. Bukan tanpa sebab orang-orang menyebutnya misterius, itu karena pangeran kedua sangat jarang tampil di publik ataupun pesta, dia lebih sering ada di menara penyihir di banding istana kekaisaran. Ciri-cirinya; surainya berwarna putih dengan manik mata berwarna merah muda. Sifatnya? Tidak ada yang tahu.
-Putri pertama, Retta S.Solena adalah anak dari almarhum selir pertama dan kaisar, Saudara sekandung dari pangeran kedua. Dia dikenal sebagai satu-satunya keturunan kekaisaran yang punya kekuatan untuk menjinakkan monster, kekuatan serupa ibunya. Ciri-cirinya; berambut merah dengan manik mata berwarna merah juga. Dia punya sifat berubah-ubah sesuai suasana hatinya.
-Pangeran bungsu atau pangeran ketiga, Luca Von Solena adalah anak dari Selir kedua dan kaisar. Dia di kenal karena punya kecerdasan diatas rata-rata di usia yang terbilang belia, orang-orang juga sangat mengagumi wajah tampan yang tidak manusiawi darinya. Ciri-cirinya; berambut putih dengan manik mata berwarna biru muda. Sifatnya juga berubah-ubah sesuai suasana hatinya.
-Putri bungsu sekaligus kembaran dari pangeran ketiga, Luna Von Solena. Orang-orang menyebutnya sebagai putri musim dingin. Putri Luna di kabarkan punya sihir musim dingin yang kuat memperkuat julukannya. Wajahnya cantik serupa malaikat, tapi juga terkesan dingin dan cuek. Ciri-cirinya; Hampir serupa dengan pangeran Luca. Sifatnya, dingin dan juga sinis (Sangat tidak suka kebisingan).
Lucion meringis lagi mengingat penjelasan dari Arthur tadi, "Kakak kenapa?" Tanya Noah heran melihat kakaknya lebih banyak diam. Padahal jika sarapan kakaknya akan selalu mengejeknya.
Lucion menggeleng sebagai jawaban, "Aku sudah selesai." Licion berdiri dari tempat duduknya. Ia berbalik dan mulai melangkah jika saja suara lembut dengan sedikit nada sinis tidak menghentikannya.
"Bukankah anda berhutang permintaan maaf pada saya tuan muda?"
Semua perhatian langsung mengarah pada Seorang gadis dengan surai merah, Putri Retta, "Anda tidak lupa bukan, Tuan muda." Putri Retta menyeringai sambil memainkan garpu yang ada di mulutnya.
Lucion berbalik dan menatap nyalang manik mata merah milik putri di depannya itu.
"Apa maksud anda putri?"
•••
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Papa Is A Grand Duke!
FantasyAwalnya Lucion hanya mengabaikan setiap kali burung serupa gagak tapi lebih besar dari gagak itu sering mengikutinya. Lucion mungkin sampai akhir hanya akan mengabaikannya, sebelum burung gagak besar itu berubah menjadi pemuda tampan Dan membungkuk...