Naviera tahu dia tidak bisa meminta tolong pada siapa pun. Walau mempunyai kemampuan penyembuhan yang hebat Naviera belum pernah menggunakan kemampuannya untuk mencari koneksi dengan orang lain.
Beberapa waktu lalu, saat mendengar anak anak dari keluarga Traxeus akan datang ke ibukota Naviera berpikir dia mempunyai kesempatan. Jadilah, di ikutinya anak pertama dari keluarga itu, Lucion.
Apalagi setelah melihat suatu ramalan masa depan. Biasanya kemampuan ini muncul sendirinya tanpa Naviera tahu dengan pasti kapan, biasanya hanya berupa perasaan-perasaan. Namun, kali ini Naviera jelas melihat apa yang akan terjadi di masa depan.
Naviera masih punya hati, tapi dia tidak diperkenankan mengubah takdir. Makanya, dia menemui Lucion dan memberikan beberapa kode agar dia mengerti.
Saat terjadi pengeboman kedua di kota, Naviera tanpa sengaja bertemu Arthur. Untunglah dia berhasil kabur, dia merasa Arthur mempunyai aura yang membuatnya harus menjauhi pemuda itu.
Jadilah sekarang Naviera ada disini, di pohon dekat jendela kamar Lucion. Gadis itu kembali gugup, bagaimana jika Lucion tidak percaya padanya? Pikiran-pikiran buruk menghantui kepala sang gadis.
Dengan perlahan Naviera mendaratkan tubuh di balkon kamar Lucion, hati-hati dibukanya pintu balkon itu agar dapat masuk ke kamar Lucion, dia sudah menulis sebuah surat yang semoga saja di baca Lucion saat pemuda itu kembali.
Selesai dengan kegiatannya Naviera meninggalkan kamar itu dan menjauh dari kediaman Traxeus seolah tak ada yang terjadi.
•••
Setelah membaca surat yang ditinggalkan Naviera, Lucion menjadi bingung. Kenapa gadis itu bisa tahu apa tujuan para warlock? Dan bagaimana jika apa yang di katakan Naviera ternyata salah? Atau hanya jebakan belaka? Sungguh Lucion dibuat bingung juga penasaran pada gadis berambut hijau itu.
Rasanya kepalanya benar-benar terasa berdenyut saat memikirkan tentang kasus ini.
"Naviera? Siapa gadis ini sebenarnya?"
•••
Disisi lain Arthur tengah berpikir keras, bagaimana cara untuk menemui Rabbit? Si pemilik guild itu.
Sepertinya hanya countess Braun yang tahu bagaimana cara menghubungi si Rabbit itu. Menghubunginya dengan cara apa? Menyusulnya ke alam baka? Yang benar saja, dia bukan dewa kematian.
"Neta."
Neta yang berdiri senantiasa di belakang Arthur menjawab, "Iya tuan muda."
Arthur menoleh, "Karna sepertinya aku sudah mulai terseret perkara warlock ini, maka kesempatanku untuk mencari tahu tentang guild Rose terbatas. Aku ingin kau mencari tau tentang guild Rose dan senjata dari kaisar pertama." Tentu saja, apalagi besok dia sudah berangkat ke desa Heris.
Neta membungkuk hormat, "Akan saya laksanakan perintah anda, kalau begitu saya pamit." Neta berubah menjadi kupu-kupu dan terbang menghilang seolah tak pernah ada.
-Kenapa kau mencoba sangat keras? Sudah ku katakan itu sulit.
"Karna dalam kata sangat sulit itu tidak ada kata tidak mungkin."
-Setelah menjadi manusia kau berubah sangat keras kepala.
"Aku tidak ingin mendengar itu dari seseorang yang hampir menghancurkan Abbys dan berakhir dikurung di neraka." Arthur memutar bola mata malas.
-Aku juga tidak ingin lagi menasehati orang yang menikam jantungnya sendiri di hadapanku.
"Maaf saja, aku melakukan ini agar aku bisa memeluk tubuhmu bukan hanya refleksi dirimu." Mereka berhenti berdebat. Memang Sussyle mungkin bisa menampakkan dirinya namun hanya sebatas itu, dia tidak ada bedanya dengan hantu yang bisa dilihat namun mustahil disentuh.
"Dan satu hal lagi, kita diciptakan bersama. Lalu kau tau? Kata bersama itu bukan sementara namun selamanya."
-Kau berkata begitu padahal sudah pernah meninggalkanku.
Arthur terdiam, "Aku minta maaf."
Sussyle yang berada didalam ruangan hitam hanya bisa terdiam. Mata emasnya bersinar dalam kegelapan, ditatapnya jari-jarinya yang mulai memunculkan urat-urat hitam makin menjalar kini sudah berada di lengannya, "Toh, usahamu akan sia-sia."
•••
Bahkan sebelum matahari sempurna berada diatas langit, rombongan menuju desa Heris mulai berangkat.
Arthur berada diatas kereta kuda bersama dengan putri Retta, dan Lunius.
Ada beberapa rombongan yang ikut kali ini, Ada Ian, Pangeran Hitch, Lunius, Arthur, Retta, dan Lucion dengan pasukannya masing-masing.
Maria dan Aneal tidak ikut karna untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu di ibukota maka mereka tidak perlu khawatir.
Tentu saja mereka semua bergerak diam-diam. Karna jika sampai diketahui ada warlock lagi maka ketakutan orang-orang yang semula sudah berangsur menghilang akan kembali.
Warlock sendiri adalah ancaman nyata, sihir hitam, dan segala pengorbanannya membuat banyak orang ketakutan kala itu.
Kepala Lucion masih memikirkan tentang surat yang dikirimkan oleh Naviera padanya. Tadi sebelum berangkat dia sempat bertanya pada putri Retta apakah ada anak bangsawan ibukota yang mempunyai nama Naviera? Sang putri langsung menjawab tidak ada, sebab keberadaan Naviera sudah sejak dulu disembunyikan. Bahkan keluarga kerajaan pun tidak tahu akan itu.
"Apa Yang anda pikirkan Tuan muda Lucion? Kening anda sampai berkerut saking seriusnya."
Lucion menoleh disampingnya ada Ian, Lucion jadi terpikirkan satu hal.
Apa mungkin Ian tau tentang Naviera?"Saya tidak memikirkan apa-apa. Tapi saya ingin bertanya satu hal pada anda Tuan muda Ian."
Ian yang kini menoleh sejenak pada Lucion, "Anda bisa bertanya apa saja."
"Apa hal seperti meramal atau melihat masa depan itu bisa terjadi?"
Ian nampak diam sejenak membuat Lucion merasa canggung, "Ha-ha-ha... Saya bertanya hal yang tidak masuk ak-"
"Ada keluarga bangsawan yang bisa melakukan itu."
Kini giliran Lucion yang terdiam, apa yang baru saja didengar olehnya?
"Nama keluarga itu adalah Flier keluarga yang menyandang gelar Marquess."
Lucion mengingat siapa itu Marquess Flier dia pernah beberapa kali menyambangi kediamannya.
"Apa itu benar?"
Ian mengangkat bahu, "Legendanya berkata begitu bahwa anak pertama dari keluarga Flier akan mempunyai kekuatan melihat dan meramal masa depan itu karna nenek moyang mereka sudah diberkahi kekuatan itu dari dewa. Namun, sejak beberapa keturunan kekuatan itu sudah lama tidak muncul lagi, dan sejak itulah ini hanya menjadi cerita legenda."
Lucion mengingat, Naviera memang mirip dengan Marquess Flier hanya warna matanya yang membedakan keduanya.
Namun Lucion langsung teringat, keluarga Flier hanya mempunyai satu orang putri dan putra dan Lucion hapal keduanya. Lalu siapa Naviera?Apakah dia anak haram keluarga Flier?
Kini Lucion seperti bisa menebak semuanya. Namun hanya sebatas asumsi dan tebakan saja.
Selang beberapa saat perjalanan kini mereka sampai didepan gerbang desa Heris, Desa itu dari gerbangnya saja sudah memancarkan aura menakutkan dan gelap. Kuda-kuda yang meraka tunggangi bahkan merasa tidak nyaman dan enggan masuk ke dalam.
"Sepertinya kita harus berjalan kaki memasuki desa," Ujar pangeran Hitch.
Mereka serempak mengangguk dan setuju, pada kuda-kuda diikat disebuah pohon agar tak lari ke mana-mana. Sementara rombongan itu berjalan memasuki arah desa yang seakan menolak kedatangan mereka.
Arthur bergumam, "Aku mempunyai firasat bahwa ini lebih buruk dari sekedar warlock."
(BERSAMBUNG)
HEI, HEI, HEI.
Aku udah real kombek. Maaf ya beberapa hari ini aku sampai gak bisa nulis dan mikirin alur cerita soalnya bener-bener lupa dan gak mood.Ku harap kalian suka ini hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Papa Is A Grand Duke!
FantasyAwalnya Lucion hanya mengabaikan setiap kali burung serupa gagak tapi lebih besar dari gagak itu sering mengikutinya. Lucion mungkin sampai akhir hanya akan mengabaikannya, sebelum burung gagak besar itu berubah menjadi pemuda tampan Dan membungkuk...