Lucion dan Lunius mengejar Marie beserta rombongannya.
Banyak pertanyaan yang ada dibenak Lucion, 'Apa-apaan plot twist gila dan tidak masuk akal ini?' sungguh, kepala Lucion akan meledak cuman dengan memikirkannya saja.Lucion melirik Lunius yang melakukan pengejaran bersamanya, Lunius nampak diam dan hanya fokus mengejar.
Satu persatu orang-orang Marie maju, mereka berusaha membuat Lucion dan Lunius berhenti mengejar, sayangnya semuanya ditebas tanpa ampun oleh Lucion yang menggila.
Marie menghentikan langkahnya, mereka telah sampai disebuah ruangan. Jika diperhatikan ada sebuah altar persembahan disana.
"Apa yang sedang kau coba lakukan Marie?! Hentikan ini semua!" Seru Lunius.
Marie hanya tersenyum mengejek, tatapannya penuh hinaan dan comoohan, "Terlambat Lunius, seharusnya kau datang bertahun-tahun lalu." Marie mengucapkan mantra, orang-orang berjubah hitam yang mengikutinya seketika kejang-kejang, dan akar hitam menyelimuti tubuhnya, Lucion ngeri melihat semua itu, apalagi saat masing-masing dari mereka menjadi tulang belulang, kulit mereka terkelupas dan hanya menyisakan suara teriakan kesakitan.
Lucion tidak tahu apa yang coba dilakukan wanita gila itu, hanya saja dia sadar harus menghentikannya sebelum semuanya selesai, tanpa menunggu waktu Lucion melesat maju, dia menyerang Marie yang tengah mengucapkan mantra.
"MENYINGKIR!"
BRAK!!
Lucion terpental, jauh sekali hingga menghantam tembok, darah keluar dari mulutnya, "Sialan, aku terpental hanya karna suaranya?! WOI KAKEK TUA, DARIPADA MELAMUN, CEPAT BANTU AKU!"
Berkat teriakan itu, Lunius langsung tersadar dia dengan cepat membantu Lucion dan menyembuhkannya, "Jika kau memang tidak bisa bertarung, duduk manis saja dipojok, aku akan menebas kepala jalang itu." Tanpa mempedulikan respon Lunius, Lucion mencoba lagi, dia melesat dan kemudian mencoba menebas Marie. Walau beberapa kali terpental, dia tetap tidak menyerah.
Lunius hanya mampu termenung, dia melihat Marie yang bertarung dengan Lucion. Gadis manis itu telah mati, orang yang ada disana bukanlah Marie yang ia kenal, bukan.
Khuk!
Lucion menyeka bibirnya yang mengeluarkan darah, "Gila, kau nenek tua psikopat!" Terengah-engah Lucion berusaha bangkit dengan bertumpu pada pedangnya. Dia mustahil mendekat, apalagi aura yang menyelimuti Marie terasa seperti penghalang yang mustahil ditembus bahkan dengan pedangnya sekalipun, jika ini ayahnya mungkin akan lain cerita.
"Akhirnya selesai."
Mata Lucion melebar, terkejut dengan yang ada didepannya. Marie benar-benar berubah signifikan, penampilannya ada tanduk diatas kepalanya dan mata besar di dahinya, juga sayap mirip kelelawar dipunggungnya, "Kau lebih jelek daripada tadi!" Lucion hanya bisa memandang jijik monster itu.
'Sekarang lebih sulit untuk mendekatinya, dia sudab sepenuhnya terbangkitkan. Kurasa aku sudah hampir mencapai batas ku juga.'
Marie menatap jengkel pada Lucion, kemudian dia melesat terbang kearah Lucion untuk menyerangnya, terlambat menghindar sedetik saja Lucion yakin dia akan menjadi ayam geprek.
'Cepat!'
"Kau menghindar dengan sangat baik bocah."
"Itu karna kau sangat lambat, payah!"
Sekarang Lucion jadi bingung, tadi hanyalah kebetulan. Selanjutnya apa? Tidak mungkin dia mati disini, kan?
"Eh?"
Sebuah energi nyaman mengelilingi Lucion, Lucion merasa seluruh kekuatannya kembali pulih dalam waktu singkat. Lucion menyeringai, dia bangkit dan mengambil ancang-ancang dengan pedangnya, "Ya! Setidaknya kau tau bagaimana cara berguna, dan tidak sepenuhnya menjadi beban, Heh kakek Tua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Papa Is A Grand Duke!
FantasyAwalnya Lucion hanya mengabaikan setiap kali burung serupa gagak tapi lebih besar dari gagak itu sering mengikutinya. Lucion mungkin sampai akhir hanya akan mengabaikannya, sebelum burung gagak besar itu berubah menjadi pemuda tampan Dan membungkuk...