Chapter 24. (Arthur dan Tia)

1.3K 231 9
                                    

Atention: untuk nama Arthur yang saya tebalin itu adalah kepribadian lain Arthur yang lain ya.

•••

Arthur menyadari banyak hal.

Yang pertama, ia adalah penyebab pindahnya keluarganya dari Abylion ke Scartalen.

Ke dua, ia adalah bencana berjalan. Seperti apa katanya tadi, Arthur adalah reinkarnasi dari Art satu-satunya kekasih dari Taran (Sussyle) sang dewa dunia. Kemudian Sussyle yang gelap mata menyerang Abylion karna tahu Arthur adalah reinkarnasi dari Art, dia ingin memiliki Arthur sepenuhnya. Tapi itu semua tidak mudah, dia hanya berhasil membuat jiwa Lauren dan separuh kekuatan Asgar tersegel.

Ke tiga, ayah dan ibunya bukan lah bangsawan biasa. Mereka adalah pemilik Abylion sebuah tempat dimana ada banyak ras yang tinggal. Asgar adalah setengah demon dan dewa dia dikenal sebagai penyeimbang*, sementara Lauren adalah ratu dari para mahkluk suci. Itulah sebabnya, Arthur mengatakan ibunya adalah mahkluk suci.

(Ath: buat penyeimbang nanti saya jelasin disuatu chap.)

Ke empat, Taran bukannya di khianati oleh para dewa lainnya melainkan para dewa itu membantunya agar Taran bisa kembali seperti dulu lagi saat bersama kekasihnya. Bahkan membuatnya menjadi dewa dari para iblis, karna mereka tahu Taran akan kembali seperti dulu lagi jika bertemu sang kekasih.

Dan banyak informasi lainnya.

(Kalian bisa menebaknya sendiri bukan? Untuk penyebab kematian Arthur dimasa lalu, silakan berspekulasi ya. Buat yang dramatiss!)

Arthur tiba di depan singgasana dimana ia bisa melihat jelas wajah Taran, dia masih belum sadar. Netra emasnya yang biasa memancarkan binar ceria kala bersama Arthur, atau memancarkan aura lembut kala bersama ia yang dulu. Kini terpejam, seakan sudah enggan untuk terbuka lagi.

Baru saja Arthur hendak menyentuhnya tangannya sudah ditepis oleh Arthur yang datang entah darimana.

Plak!

"Jangan berani-beraninya menyentuhnya," desis Arthur sinis.

Arthur menatap tangannya yang ditepis sejenak, tanpa mempedulikannya ia kemudian membelai pipi Taran tanpa mempedulikan Arthur yang nampak sudah siap menerkamnya.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Arthur lagi.

Arthur masih mengabaikan Arthur. Secara tiba-tiba muncul sebuah gambar segel berlambang mawar merah yang bersinar ditangan kiri Arthur dan sebuah segel serupa juga muncul ditangan kanan Taran, "Apa itu?" Tanya Arthur kaget.

Kelopak mata Taran mengerjab-erjab pelan kemudian netra emasnya mulai terlihat perlahan, "Art? Apa itu kau?" Tanya Taran pelan.

Tes...

Satu tetes mata menjadi awal dari anak sungai yang mulai tercetak dikedua wajah Arthur, "Hei, kamu sudah bangun?"

Senyum Taran merekah pelan, "Apa sekarang kamu membenciku Arthur?" Lirihnya.

Arthur tidak menjawab, ia meremas gaun merah Taran, "Aku membencimu. Namun jelaskan padaku Taran, kenapa aku rasanya bahagia saat melihatmu? Harusnya aku marah," balas Arthur.

Taran diam saja, ia memberi kesempatan pada Arthur yang nampak akan rapuh barang disentuh sedikit saja.

"Jantungku rasanya sesak melihatmu seperti sekarang ini. Aku men-sugesti kepala ku agar aku bisa terus membencimu... namun, yang kudapat malah sebaliknya. Aku terlampau mencintaimu, hingga rasanya sulit untuk sekedar berpaling darimu. Aku terlalu memujamu," keluh Arthur dengan suara parau.

Our Papa Is A Grand Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang