Chapter 35

81.3K 9.5K 155
                                    

Serena telah sampai di apartmentnya. Ia berdiri di depan kaca kamarnya dan mulai mengobati luka yang berada di tubuhnya.

"Sstttt..." Sesekali ia meringis ketika ia mengolesi obat ke lukanya.

Selesai mengobati lukanya, Serena membereskan sisa obat dan plester yang ia gunakan dan menaruhnya di lemari.

Setelahnya, ia duduk di kasur dan menghadap ke jendela. Ia mengambil handphonenya yang berada di atas nakas.

Serena menekan nama kontak Sekretaris Agam dan meneleponnya.

***

Di ruang kerja, Agam sedang disibukan dengan berkas-berkas yang akan ia kirim ke bosnya.

Ia melirik jam dinding yang tergantung di atas pintu, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan ia masih saja di kantor, bergelut dengan berkasnya karena bosnya yang suka melemparkan tugasnya kepadanya.

Saat sedang sibuk meneliti berkas, tiba-tiba saja handphonenya bergetar.

Drtt...

Drt...

Ia segera mengambil handphonenya dan mengernyit bingung. Siapa yang meneleponnya?

Ia mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"

"Halo, saya Milana."

"Iya, ada apa nona?" Tanya Agam. Ia bingung kenapa Milana menelponnya malam-malam. Apa tidak bisa meneleponnya besok saja?

"Besok datang ke butik saya, saya akan mulai mengurus harta warisan yang diberikan oleh ayah saya."

Agam yang mendengar itu pun melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya, ia merasa pusing dengan kedua bosnya yang selalu saja merepotkannya.

Ya, walaupun itu sudah jadi tugasnya, setidaknya, biarlah ia bernapas lega.

"Dimana butik nona?" Tanya Agam dengan nada lelah.

"Nanti saya kirim alamat butik lewat pesan."

"Baiklah."

Tut

Agam menatap layar handphonenya, lagi-lagi bosnya suka mengakhiri panggilan dengan sepihak.

"HAISHHHH!" Agam mengacak-acak rambutnya kesal.

***

Di pagi hari yang cerah, Agam terlihat sudah berdiri di depan Butik Ramona. Ia sudah ditawarkan masuk oleh karyawan butik yang mengetahui ia akan datang, tapi ia menolaknya.

Ia memilih berdiri di sebelah mobilnya sambil menunggu kedatangan Milana.

Tiba-tiba saja, datanglah mobil sport berwarna merah yang berhenti di depannya.

Kaca mobil terbuka dan menampilkan wajah datar Milana.

"Masuk." Perintah Serena.

Dengan wajah masamnya, Agam memasuki mobil sport Milana dan memasang seatbelt.

Setelah itu, Serena langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga Agam yang berada di sebelahnya pun langsung memegang kencang hand grip mobil.

"Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak, saya masih punya istri dan anak!" Oceh Agam.

Serena yang mendengar itu pun memutar bola matanya malas. Lebay sekali pikirnya.

Agam terus saja mengoceh sejak mereka berangkat sampai mereka sampai ke mansion Keluarga Clementine.

Cepat juga ganti pagarnya. Batin Serena.

Serena's Transmigration [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang