Chapter 18

107K 11.3K 143
                                    

Setelah adegan Alexa marah-marah dengan sahabatnya, sekarang, mereka berada di meja khusus untuk tamu-tamu terdekat Keluarga Hurtado.

Mereka sedang menikmati makanan yang disajikan oleh koki-koki di sini.

Serena duduk di meja bersama Alexa dan keluarganya.

"Enak gak Mil makananya?" Tanya Alexa sambil menyantap makanan yang berada di depan mereka.

"Biasa aja." Jawab Serena sambil menyuapkan se-sendok makanan ke mulutnya.

Alexa mendengus mendengar jawaban Milana. Enak saja makananya di bilang biasa saja, tidak tahukah dia bahwa satu makanan yang disantap mereka seharga ratusan ribu.

"Halah, ngaku lo, mulut si ngomong biasa aja, tapi di hati, pasti enak banget kan!" Ucap Alexa sambil menaik turunkan alisnya.

"Iya." Serena memilih untuk mengiyakan saja daripada Alexa semakin menjadi.

"Nona Milana." Panggil Mr Hurtado disela-sela menyantap makanan mereka.

Serena yang mendengar dirinya dipanggil oleh Mr Hurtado pun menoleh. "Mr Hurtado, anda boleh memanggil saya dengan nama saya saja, karena saya seumuran dengan putri anda."

"Ah, baiklah. Bolehkah saya bertanya Milana? Tanya Mr Hurtado.

"Tentu saja, apa yang ingin anda tanyakan?" Tanya Serena.

"Apakah anda salah satu bagian dari Keluarga Clementine?" Tanya Mr Hurtado hati-hati. Ia takut menyinggung Milana.

"Tentu saja, bukankah nama belakang saya Clementine?" Jawab Serena.

"Lalu, kenapa anda tidak pernah menunjukkan diri anda di publik?" Tanya Mr Hurtado penasaran.

"Tidak penting mereka tahu saya. Lagipula, mereka tidak menganggap saya keluarga." Jawab Serena datar. Matanya menatap tajam Keluarga Clementine yang berada di seberang mejanya.

"Ah... begitu, maaf jika pertanyaan saya menyinggung anda." Ucap Mr Hurtado.

Suasana di meja mereka menjadi canggung setelah mendengar jawaban Serena.

"Saya permisi ke toilet sebentar." Ijin Serena sambil mengelap mulutnya dengan tisu.

"Baiklah."

Serena pun berjalan ke toilet.

Ia berkaca di depan cermin, memastikan bahwa penampilannya masih cantik.

Ia memoleskan liptin ke bibirnya.

"Hebat banget ya lo bisa bohongin semua orang."

Serena menaikkan sebelah alisnya ketika melihat kehadiran Laura dari pantulan cermin di depannya.

"Mana mungkin lo bisa jadi pemilik Butik Ramona. Kalau mimpi tuh jangan ketinggian. Cewe cupu kayak lo bisa apa?" Ejek Laura sambil berjalan mendekati Serena.

"Kenapa? Lo iri kalau gue udah punya butik sendiri sedangkan lo masih jadi beban keluarga?" Tanya Serena sambil mengejek balik Laura.

"Ngapain gue iri sama lo? Gue gak perlu capek kerja kayak lo, udah dapat duit." Jawab Laura dengan pedenya.

"Bangga lo jadi beban keluarga? Gue masih muda aja bisa cari duit sendiri. Kalau iri bilang, gak usah cari alasan." Ucap Serena tajam.

Laura menatap sinis kakaknya. "Gue gak iri sama lo. Anak yang selalu gak dianggap orang tua, bahkan, kamar lo aja bekas gudang. Ngapain gue iri sama lo?"

Serena menghentikan aktifitasnya yang sedang memoleskan liptin ke bibirnya.

Ia menoleh ke Laura yang berada di sebelahnya.

Serena's Transmigration [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang