Menyulam Kenangan

250 16 0
                                    

Ada apa dengan hujan?

Kenapa, setiap kali dia datang, selalu membawa kenanganmu.

Membuatku semakin sulit melupakanmu.

Apa dia sedang membalaskan dendamnya kepadaku?


🌹Azlan Thafzeen Dzakka🌹

***

Kenangan itu kembali berputar dalam ingatan Azlan. Sangat pas pada malam minggu ini. Sebab hujan turun saat perjalanannya pulang dari taman.

Dia duduk sendiri di cafe yang sama saat dirinya terjebak hujan bersama Aina. Sofia telah pulang lebih dulu mengendarai mobilnya. Sebenarnya, sahabat mendiang istrinya itu ingin mengantarnya, tetapi dia tolak dan memilih berjalan kaki. 

Menyulam setiap kenangan yang tercipta di tanah yang dia pijak. Membiarkan hatinya terus terluka dengan kenangan-kenangan manis yang tidak mau dilupakan. Memaksa hatinya untuk selalu ingat, tawa renyah milik Aina saat berlari di bawah jaketnya untuk menghindari hujan.

Semua itu dia lakukan, demi membuatnya selalu ingat dengan penyesalan terberat selama hidupnya. Wanita itu memang telah meremukkan hatinya, tetapi kenyataan yang sekarang lebih menyakitkan. Seakan menikam tepat di jantungnya, hingga membuatnya terasa mati meski nyawanya belum melayang.

Bukankah malam itu dia menyanggupi pertanyaan Aina. Menyanggupi permintaannya untuk menerima apa adanya. Lalu kenapa dia sulit membuktikan perkataannya sendiri. Bukankah dalam situasi seperti itu, dia sama pecundangnya seperti Rendy yang telah merusak Aina.

Azlan menghembuskan nafas secara kasar. Pandangannya kosong, bahkan dia tidak memperhatikan seseorang yang berdiri di depannya terpaku.

“Mas!” Panggilan untuk dirinya yang dibarengi pukulan keras di bahu, membuatnya langsung tersadar dari lamunannya.

“Mulutku sampai mau copot manggil Mas dari tadi. Udah ayok pulang, udah malem kasihan Mama nyariin.”

“Tunggu, kopiku belum habis.”

Plak!

Adiknya memukul lengannya lebih keras dari yang sebelumnya.

“Mas mau nungguin Mbak Aina bangkit dari kubur. Terus bawa anaknya, gitu? Udahlah Mas. Mas semakin terpuruk kayak gini, malah semakin membuat Mbak Aina sengsara di sana. Mas tahu kan, kalau istri yang bisa masuk surga itu salah satunya tergantung keridhaan dari suami. Terus kalau sampai sekarang Mas belum mengikhlaskan, kan sama saja Mas nyiksa Mbak Aina.” 

Jessy yang sebelumnya tidak banyak bicara, kinii berbicara tanpa jeda. Mungkin sudah lelah menghadapi Azlan yang tidak ingin bangkit dari keterpurukannya.

“Dia belum mati, Jessy,” sanggah Azlan masih kokoh dengan pendiriannya.

Jessy menepuk jidatnya. “Sadar, Mas ....” Saking geregetnya Jessy sampai menepuk pipi Azlan beberapa kali, agar pria di depannya ini bisa memperoleh kewarasannya.

“Mas mau, dilihatin sama Malaikat, gimana kehidupan Mbak Aina di alam kubur. Dia itu udah berat bebannya. Mas, kan tahu sendiri apa yang udah diperbuat Mbak Aina selama masa hidupnya. Jangan malah ditambahi beban Mas yang sebagai suami nggak meridhai kepergian istrinya. Ikhlaskan, maafkan, dan doakan. Itu baru cara Mas mau nolong Mbak Aina.”

Mungkin karena lelah memarahinya, Jessy langsung meminum kopinya sampai habis. Dan, meletakkan cangkir itu kembali dengan sedikit kasar, hingga menimbulkan suara yang sangat nyaring.

Insecure TerinfrastrukturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang