Buah dari Ketulusan

181 11 0
                                    

Sesal dan ragu

Entah mana yang harus aku dahulukan


🍁🍁🍁


Hidup itu lucu bagi Azlan. Suka mempermainkan perasaan orang. Bagaimana tidak, Aina bukanlah wanita yang dia pilih untuk menjadi pendamping hidup. Jelas sekali dari awal dia menolak.


Sayangnya, waktu yang hanya sebulan bersama meninggalkan bekas yang sulit dihapuskan. Aina berganti menjadi wanita yang Azlan inginkan hadirnya. Hidup Azlan merasa kosong ketika wanita itu memilih pergi meninggalkannya.


Tunggu!


Aina tidak pergi, sebenarnya dirinya yang memudahkan wanita itu pergi. Iya, Azlan yang memberinya jalan.


Pasti Aina masih marah dengannya, karena perbuatan dirinya yang secara tak langsung memasrahkannya kepada kedua orang tuanya. Mungkin benar itu yang membuat Aina kecewa dan memutuskan untuk berpura-pura menjadi orang lain.


Bisa jadi itu kenyataannya.


Salah satu tangan Azlan dilipat menjadi bantalan kepalanya. Matanya masih terjaga, menatap asbes yang menjadi atap rumah kontrakannya.


“Aku tidak bisa membagi informasi tentang Lita, tanpa seizin dari orangnya. Lita tidak ingin ada yang tahu tentang masa lalunya. Entah apa yang terjadi dengan anak itu, yang jelas dia sekarang sedang berjuang untuk bangkit dari masa terpuruknya.


“Aku tidak bisa memastikan, orang yang menjadi istrimu itu orang yang sama dengan Lita. Berdoalah, minta sama Allah, semoga diberi kemudahan untuk mengungkapkan kebenarannya. Jangan terlalu memaksanya, perhatikan juga tentang psikisnya,” kata Rasyid tadi sebelum dirinya pulang, saat dirinya mempertanyakan tentang Lita.


“Ay, kamu di mana sebenarnya?” lirih Azlan frustrasi.


Jika Lita memang bukan Aina, lalu di mana dia sekarang berada. Azlan benar-benar ingin bertemu dengan wanita itu lagi, untuk mencurahkan segala rindu yang menyesakkan dada ini.


Waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari, tetapi dua manusia yang tidur berbataskan tembok masih terjaga. Mata Azlan terlihat gamang, khawatir dengan kenyataan yang sebenarnya sudah berada di pelupuk mata. Yang sudah bersiap-siap untuk menjatuhkannya ke lubang dalam untuk kedua kali.


Untuk Lita sendiri, dia menangis tertahan. Menahan jawaban yang ingin dia lontarkan sebagai balasan untuk pertanyaan lirih Azlan barusan.


Aku di sini, Mas. Dekat denganmu, jangan bersedih lagi. Dan, tak usah mencariku kembali.


Ada keinginan untuk kembali, tetapi kecil kemungkinan akan terealisasikan.

Insecure TerinfrastrukturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang