Calon Kakak Ipar

158 14 0
                                    

Mencintaimu itu hanya sekedar CUKUP

Cukup aku yang terluka

Cukup aku yang menderita

Cukup aku yang tersiksa

Cukup aku yang menanggung, tanpa kamu tahu

sesakit ini harus mencintaimu

Memang terkadang, mencintai mampu membodohi seseorang.

🍀🍀🍀

Mendung di wajah Lita berganti senyum cerah. Bibirnya tiada henti melengkung ke atas. Senyuman maut yang selalu Rendy sematkan untuk Lita dulu, senyuman yang selalu berhasil membuat lawan jenisnya langsung jatuh cinta detik itu juga. Terlukis di wajah Lita tanpa kata lelah.

Kang Anam yang sempat menolak tawaran Rasyid, dibuat ternganga melihat keindahan makhluk ciptaan Tuhan itu. Ada sedikit sesal saat dirinya hanya bisa mengaku-ngaku sebagai tunangan Lita di depan Azlan, yang ternyata sahabat bosnya.

Tersadar dia beristigfar lalu berpaling. Karena masih penasaran, dia yakinkan kembali untuk menoleh. Tetap saja, senyum itu ingin membuatnya hanyut.

“Astagfirullah, haram!”

Kang Atmo yang duduk di bawahnya terperanjat kaget. Sebelumnya dia sama, dibuat melongo oleh pemandangan indah di balik kaca. Pemandangan yang kemarin-kemarin hanya terlihat biasa, tak ada istimewa-istimewanya. Kini terlihat sangat berbeda di matanya. Senyum itu membuat bibirnya ikut tertarik tanpa disadari.

Kegiatannya yang sedang menata barang sampai dia abaikan. Tanpa disadari dia telah salah menata barang kembali.

“Astagfirullah, Kang. Maaf khilaf,” sesal kang Atmo, merasa dirinya yang mendapatkan teguran dari kang Anam. 

Kang Atmo pun kembali menata barang yang tersisa di keranjang, sesuai dengan list harga barang di bawahnya. Sesekali dia masih melirik, untuk sekedar mendapati senyuman manis itu.

Sedangkan kang Anam hanya berdiri dan menatap heran kelakuan kang Atmo.

Atmo ini kenapa, sih? Kok, tiba-tiba jadi aneh.

“Tadi rame yang beli?” 

“Iya, loh, Kang. Ternyata dia manis ya, kalau senyum. Tak kirain dia wanita galak yang sukanya marah-marah, dilihat dari wajahnya yang cemberut terus. Mangkanya aku tolak tawaran Gus Rasyid. Tau dia bisa semanis itu, aku mau jadi suaminya. Mau aku buat dia bahagia, biar bisa senyum manis tiap hari.”

Tanpa segan kang Anam malah menjitak kepala kang Atmo. Sebab kesal dirinya bertanya apa dan dijawabnya apa.

“Aduh, kenapa sih, Kang?” tanya kang Atmo sambil mengusap kepalanya bekas jitakkan kang Anam. Wajahnya menengadah menatap sang empu yang masih berdiri dengan gagahnya, tanpa merasa berdosa.

“Aku nanya apa tadi?”

“Bukannya soal Lita?” balik bertanya dan dihadiahi jitakkan kembali.

“Aduh, apaan sih, Kang. Salah saya di mana?”

“Siapa yang nanya itu, aku tadi nanya banyak yang beli tadi? Kok, barang di rak tinggal dikit?”

Kang Atmo meringis dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Alhamdulillah rame.”

Kang Anam mengangguk membenarkan dengan apa yang dilihatnya. 

“Itu siapa yang lagi ngerangkul, Lita?” Baru kali ini, soal Lita yang ditanyakan. Dan, seharusnya kang Atmo tahu, sebab pria itu yang datangnya lebih dulu dari kang Anam.

Insecure TerinfrastrukturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang