Lebih baik jelaskanKarena aku hanya manusia biasa, yang tidak mampu membaca isi hati seseorang.
🍁🍁🍁
Gemerlap lampu kini memanjakan mata Aina yang baru terbuka, setelah hampir empat jam tertidur. Efek mabuk laut membuatnya lemas dan tak bertenaga.
Pemandangan di luar jendela mobil membuat energinya bertambah. Lampu-lampu dari jalan dan gedung, mall, serta restoran, bahkan patung-patung yang menambah nuansa indah untuk malam ini. Pemandangan yang sungguh menakjubkan, yang belum pernah dia rasakan. Meski banyak yang harus dia korbankan, mabuk laut dan tertidur sepanjang perjalanan dengan melewati momen indah yang disuguhkan.
Sangat disayangkan.
Atmosfer di sini terasa berbeda dengan pulau Jawa. Entah itu hanya perasaannya saja, atau semua orang memang merasakan hal itu.
Di tengah-tengah dia menikmati suasana baru, tiba-tiba kaca hitam mulai bergerak dan menghalangi pandangannya. Dia menoleh kepada sang tersangka, siapa lagi kalau bukan Azlan yang sengaja menutup kaca mobil yang sebelumnya dia buka. Pria itu hanya menampilkan wajah tak bersalahnya.
Memang pria ini selalu bergerak semaunya. Akan tetapi, bukannya dia punya hak untuk menolak. Bukan malah menuruti kemauan pria ini. Ck, yang lebih aneh lagi sebenarnya dirinya, bisa-bisanya mau tanpa perlawanan. Pertahanan dirinya sepertinya belum cukup kuat dan mudah goyah.
“Ini, minumlah dan makan roti itu untuk mengganjal perutmu lebih dulu.”
Azlan memberikan sekantung keresek yang di dalamnya terdapat minuman pengganti cairan, roti sobek, sandwich, serta dua apel fuji. Heran, kapan pria itu membeli ini semua. Padahal sewaktu berangkat dia tidak melihat apa pun di dalam mobil.
Lihat! Bahkan dia tidak menyadari, jika menerima sekantung Kresek itu dengan senyum yang mengembang. Padahal Azlan memberikan itu semua karena prihatin melihat tubuhnya yang tak bertenaga. Bukan karena perhatian. Pria itu bahkan memberinya tak acuh, tanpa menatap wajahnya. Bisa-bisanya sekarang dia menyinggung soal perhatian.
Astaga! Perhatian? Ah ... terlalu dini jika aku mengharapkan perhatiannya lagi.
Otaknya memang tidak sinkron. Awalnya menolak kehadiran Azlan lagi, lalu sekarang? Dia bisa makan makanan pemberian Azlan dengan tenang dan tanpa beban.“Mas, nggak capek?”
“Hm?”
Azlan menoleh, terkejut menatapnya. Namun, detik berikutnya Azlan tersenyum dan kembali fokus kepada kemudinya.
Astaga! Kenapa pertanyaan itu harus keluar dari mulutnya, sih! Dia menampar pelan mulutnya sendiri.
“Jangan pikir macem-macem. Aku cuma nggak tega dan nggak enak hati udah nyusahin orang.”
“Dari kamu nggak tega aja, aku udah tahu itu tandanya perhatian. Kalau soal nyusahin orang, berarti aku udah termasuk dalam deretan orang terdekatmu. Soalnya nggak mungkin juga kan, kamu bakalan nyusahin orang yang nggak kamu kenal.”
Lah, kan!
Aina melirik keras Azlan di sampingnya. Pria itu juga sesekali ikut melirik sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure Terinfrastruktur
RomanceKisah tentang wanita yang harus menanggung akibat dari pengaruh negatif pacaran. Berusaha untuk memperbaiki diri, tetapi berakhir sia-sia. Hidupnya hancur ketika dia telah hamil dengan pria lain sebelum menikah. Takdir semakin rumit, dia telah dijod...