Setiap perbuatan hendaknya melaui berbagai pertimbangan terlebih dahulu
Agar tak ada sesal pada kemudian
🍁🍁🍁
Melihat dengan jarak yang begitu dekat, wajah pria yang telah menjadi suaminya beberapa jam lalu, serasa tidak asing di matanya. Ini memang kali pertama dirinya bisa berada begitu dekat dengan Azlan. Dalam pose berpelukan dan saling memandang demi kepentingan mengabadikan momen ini. Dirinya bisa dengan jelas menelisik setiap inci di wajah suaminya.
Pernah berjumpa, tetapi dia lupa di mana dan kapan itu terjadi.
"Mas sama Mbaknya ganti pose dulu. Mas-nya sekarang duduk, terus Mbak-nya pangku sama Mas-nya," ucap sang photografer menginterupsi dengan logat bahasa jawanya.
Azlan sudah duduk terlebih dahulu, lalu menepuk paha kanannya saat melihat Aina terus menatapnya.
Aina menelan ludah getir. Sekali pun dia bukan wanita yang suci lagi, tetapi untuk berinteraksi sedekat ini dengan pria lain dia tak pernah. Melihat wajah photografer yang sarat akan rasa lelah dirinya jadi tidak tega. Sebab sudah dua jam lebih sesi pemotretan belum juga selesai. Baik Aina maupun Azlan susah sekali diinterupsi.
Baiklah, Aina anggap ini karena kasihan. Jadi dia menuruti interupsi dari photografer. Keduanya pun langsung tersenyum menghadap kamera. Tanpa di suruh Aina langsung melingkarkan lengannya di pundak Azlan, begitupun sebaliknya. Tangan Azlan merangkul pinggang Aina.
Sang pgotografer langsung puas dengan sekali pengambilan gambar. Selanjutnya keduanya langsung kembali ke tempat semula dengan wajah yang juga ikut datar kembali.
Waktu terus berjalan, para tamu undangan sudah mulai meninggalkan acara resepsi. Dan, kini berganti dalam ruangan yang sudah disulap menjadi indah mereka berdua berada.
Malam pengantin yang sangat menegangkan kali ini terjadi. Tidak ada kehangatan, perasaan gugup ataupun malu-malu saat mereka sudah duduk di pinggiran ranjang berdua. Rona merah di pipi pun seakan enggan menyapa keduanya.
Kelopak bunga mawar merah yang berbentuk hati di tengah ranjang, sedikit pun tidak terlihat menarik di mata mereka. Keduanya saat ini sedang berperang dengan batin. Seakan masih belum yakin, jika pernikahan yang tak pernah diinginkan keduanya telah terjadi.
Jarak satu setengah meter di antara mereka, menegaskan bahwa ada jarak yang tak boleh dikikis. Membentengi setiap diri agar tidak ada yang berani mengusik. Untuk beberapa saat keduanya membiarkan ruangan itu dalam suasana hening.
Keduanya kompak menoleh dan pandangan mereka bertemu.
"Apa?" tanya Azlan sinis.
"Apa?" Aina balik bertanya tak kalah sinis.
"Apa lihat-lihat!"
"Lah situ kali yang lihat-lihat duluan. Kenapa? Terpesona ya, dengan kecantikan aku?" tanyanya jumawa dengan membangga-banggakan parasnya yang kini terlihat bak boneka berbie.
"Idih! Najis. Kamu kali yang kesemsem sama aku."
"Ogah, nggak lepel sama Om-om," sanggah Aina sambil mencebik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure Terinfrastruktur
RomanceKisah tentang wanita yang harus menanggung akibat dari pengaruh negatif pacaran. Berusaha untuk memperbaiki diri, tetapi berakhir sia-sia. Hidupnya hancur ketika dia telah hamil dengan pria lain sebelum menikah. Takdir semakin rumit, dia telah dijod...