Surat Terbuka

234 14 0
                                    

Sendiri itu bukan pilihan, tetapi keharusan bagiku yang tak berhak untuk berharap.

Kau terlalu mulia untuk pendosa sepertiku.

***

Malam minggu yang kelabu.

Kenapa terkesan seperti anak ABG yang sedang galau karena tidak bisa keluar malam? Terjebak dalam malam indah bagi mereka yang sedang menikmati, sedangkan diri sendiri hanya hanyut dalam ruang sepi.

Tidak ada yang salah karena itu memang kenyataan yang sedang dialami Lita. Bukan karena masalah yang tak memiliki pasangan dan berakhir menghabiskan malam minggu hanya berdiam diri di rumah.

Malam minggu ini memang benar-benar kelabu. Sebab angin dingin sudah bertiup, bersiap-siap untuk membawa pasukannya turun dari langit. Lita hanya bisa bergelut dalam selimut bersama sang buah hati yang sudah terlelap ke alam mimpinya.

Dalam sunyi pikirannya berkelana ke mana-mana. Pertanyaan ning Bella malam kemarin berputar kembali. "Lita, apa kamu masih mencintainya?"

Singkat, padat, dan jelas tidak bisa dijawab olehnya. Hatinya terlalu hina untuk mengakui perasaannya kepada orang sebaik mantan suaminya. Dia cukup tahu diri untuk mencintai seseorang yang bukan lagi haknya.

Namun, tetap saja mendengar pertanyaan dari ning Bella kemarin malam, membuat rasa penasarannya semakin besar. Hingga membuatnya nekat untuk pergi ke kota sebelah sepulang bekerja, yang bahkan rutenya harus melewati pegunungan dengan banyak tikungan curam. Itu dia lakukan, hanya untuk memastikan bagaimana kondisi hatinya saat ini.

Pemandangan tadi pun sudah bisa mewakilkan apa yang harus dia lakukan untuk langkah selanjutnya. Dengan mata kepalanya sendiri, dia sudah menyaksikan kenyataan yang harus dia terima. Di taman, tempat yang menyimpan kenangan indah bersama suaminya. Suaminya tengah duduk bersama seorang wanita yang sangat dia kenali.

Jika memang wanita yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, telah berhasil menjadi pengganti posisi dirinya. Dia akan ikhlas, asal mereka akan hidup bahagia.

Apa pun yang terbaik untuk mantan suaminya, akan dia lakukan. Dan, mungkin menerima saran dari gus Rasyid pilihan yang tepat untuknya saat ini.

Tunggu!

Memang pernikahan itu harus dia lakukan secepat ini?

Kenapa saran dari gus Rasyid terkesan keberadaan dirinya yang sangat meresahkan bagi orang lain. Hingga dirinya harus dinikahkan dengan cara yang dadakan. Tanpa persiapan atau permulaan seperti orang pacaran, pendekatan misalnya.

Lagi pula apa maksud pria kutub itu dengan memberikan dirinya dua pilihan, yang sialnya membuat dirinya semakin terpojokkan. Jika dia tidak mau menikah dengan pria pilihan gus Rasyid, berarti dia harus rela Dzakka diadopsi oleh gus Rasyid.

Kenapa menjadi janda harus se-menyusahkan seperti ini? Dia sudah hakul-yakin kalau sudah insaf. Dia tidak akan berusaha menggoda pria lain apalagi yang sudah beristri. Dia bisa menjamin, jika dia sudah tidak bernafsu lagi dengan pria.

Sumpah!

Ya, kalau ada yang berhasil membuatnya kepincut, berarti dia sedang khilaf atau gelap mata. Jadi harap dimaklumi.

Namanya juga manusia tempatnya khilaf, salah, dan dosa. Namun, kali ini Lita alias Aina Talita Zahra ingin memberikan surat terbuka kepada kalian semua. Agar kalian paham dengan apa yang dirasakan dirinya.

Tertulis yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama: Aina Talita Zahra, seorang janda beranak satu. Status saya masih menjadi perbincangan, karena belum ada kata talak maupun suara palu yang diketuk, sebagai tanda sahnya status sebagai seorang janda.

Insecure TerinfrastrukturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang