Hilangnya Cahaya Harapan

261 17 0
                                    

Kata siapa jatuh cinta itu sulit?

Menurutku, jatuh cinta itu mudah

Semudah

di saat kamu mengungkapkan cinta kepadaku, karena di saat itu pula aku mencintaimu.

Aku memang lemah karena cinta.

***

B

ukan cuma manusia yang sedang mengejeknya sekarang, tetapi alam ikut membullynya habis-habisan. Siang ini, awan tak begitu cerah juga tak begitu mendung. Namun, gerimis turun. Sangat tidak jelas baginya. Jika memang langit mendung mau hujan, kenapa tidak hujan saja? Begitu pun sebaliknya, jika cerah ya cerah saja. Kenapa harus setengah-setengah?

Perlu diketahui, gerimis itu tak cukup menyembunyikan air matanya. Kenapa langit tak berpihak kepadanya, bukankah dalam adegan-adegan di sinetron hujan deras akan datang menemani orang yang sedang menangis. Lalu menyembunyikan air matanya di balik air hujan. 

Kenapa kali ini, langit seperti mau hujan, tetapi tidak jadi. Terasa sangat mengejeknya yang sedang berharap.

Sama dengan nasib yang dia alami sekarang. Kondisinya tak jauh beda. Jika memang orang-orang membencinya, kenapa mereka masih memberi kenangan manis untuk yang terakhir kalinya?

Seperti Azlan, yang datang dengan membawa jaket agar dia tidak kedinginan, lalu mengantarnya meski dia tidak meminta. Dan, dia sempat menyuruhnya untuk sementara menunggu, yang tidak dia ketahui kapan batas akhir dari menunggu hal itu.

Kemudian kedua orang tuanya, dia tahu mereka masih peduli dengannya. Buktinya mereka masih memikirkan perutnya yang lapar. Mereka tidak membiarkan dirinya pergi dengan perut kosong. 

Dan, sekarang hal itu terulang kembali. Rendy dua hari yang lalu sudah terang-terangan berkata, “Aku akan tetap menunggu, Na.” Aina ingin menagih perkataannya sekarang, Rendy satu-satunya harapan yang tersisa. Lagi pula janin yang bersemayam dalam perutnya, milik Rendy juga.

Namun, Rendy berhasil membuatnya kehilangan cahaya harapan lagi. Pria itu berhasil mewujudkan perkataannya sewaktu di kantin seminggu yang lalu. Kini dia mengemis kepada Rendy, tetapi dia tidak bersujud di kakinya. Melainkan menangis di atas pusaranya.

Rendi meninggal kemarin, akibat overdosis di sebuah kamar hotel bersama seorang wanita. Usahanya mencari keberadaan Rendy seharian kemarin, bermuara di sini. Di atas gundukan tanah yang masih basah, dan bunga mawar yang masih lumayan segar bertabur di atasnya. Bau wanginya kini menempel pada baju yang belum dia ganti sejak dua hari yang lalu.

“Rendy, kamu jahat Ren. Kamu pembohong! Kamu berhasil buat aku berharap lagi sama kamu. Tapi kenapa kamu tinggalin aku seperti ini, Ren?”

Aina menangis histeris, berteriak seperti orang gila di tengah pemakaman umum.

“Aku udah datang, Ren. Sesuai permintaanmu, aku mengemis belas kasihan padamu sekarang. Jadi tolong! Bangunlah!”

Bukan karena dia cinta lagi. Tidak. Rasa itu sudah lama pergi. Dia hanya tidak ingin akhir hidupnya sia-sia. Membawa bayi yang tak berdosa hidup susah. Cukup dia yang menanggung atas dosanya, asalkan anak yang masih dalam kandungan tak mengalami hal yang sama menyedihkan seperti yang dia alami.

Sudah sering dia berusaha melukai janin yang tidak berdosa itu. Namun, janin itu masih saja menyayanginya, bahkan menemaninya saat tak ada lagi orang yang mau menemani.

“Maafkan Mama ya, Nak. Mungkin in yang terbaik untuk kita.”

Kali ini Aina berdiri di pinggir jembatan, wajahnya menengadah ke atas. Tersenyum menatap langit untuk yang terakhir kali.

Sungai di bawahnya cukup dalam dan deras untuk membuatnya hanyut hingga ke laut. Itu sudah cukup menyenangkan baginya. Meski hidup, dia tidak ada harapan lagi. Perutnya kosong berhari-hari, terakhir makan makanan kesukaannya di rumah orang tuanya. Sama saja jika dia masih menunda, akhirnya pun akan sama. Mati karena kelaparan.

Lebih baik dengan cara seperti ini. Agar dia tidak menderita lagi. Lagi pula tak akan ada yang merasa kehilangannya. Suaminya, orang tuanya, dan teman-temannya sudah membuangnya.

Dan, di sinilah tempat yang tepat untuk membuang orang sepertinya.

“Maaf, Mas. Aku telah lancang mencintai orang sebaik kamu. Maaf juga, aku telah membuatmu kecewa.” Tersenyum kepada langit, seakan di sana tengah terpampang wajah sosok yang membuatnya rindu akhir-akhir ini.

Pertanyaan Azlan di cafe sewaktu malam minggu kapan hari, “Apa mencintai seseorang butuh alasan?” Sejak saat itu Aina meyakini, jika secara tidak langsung Azlan malam itu tengah mengungkapkan perasaannya.

Aina memang lemah kalau soal cinta. Jatuh cinta itu mudah baginya. Kata siapa yang sulit? Aina jatuh cinta saat Azlan secara tidak langsung menyatakan cinta kepadanya. Meski tidak begitu jelas ungkapan itu, tetapi Aina sudah sangat meyakini jika Azlan memang mulai mencintainya.

Ya, semudah itu Aina jatuh cinta. Dia akan jatuh cinta kepada orang yang menyatakan cinta kepadanya. Hal itu sama berlakunya untuk Rendy dulu, tetapi perbuatan Rendy tidak bisa dia maafkan. Pria itu sedari awal memang tidak mengakui janin ini, malahan selalu menghasutnya untuk menggugurkan saja. Sungguh membuatnya kecewa berat dan membenci pria itu. Parahnya Rendy sering bergonti-ganti wanita sejak saat itu.

“Maaf, aku tidak bisa menunggu. Meski hanya sementara waktu. Terima kasih untuk waktu yang singkat, akan kuingat sampai akhir hayatku. Selamat tinggal cinta.”

Di langit sedang terlukis wajah suaminya yang selalu tersenyum menyambutnya bangun tidur.

“Selamat tinggal kenangan.”

Bersambung ...

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Tekan ❤, KomentarSubscribe, dan Follow akunku.

Terima kasih

Salam hangat untuk kalian semua


Insecure TerinfrastrukturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang