Ini bukan akhir, melaikan menjadi awal di mana penyesalan terberatku karena ulahku sendiri.
Lubang yang aku buat dipenuhi duri, setiap hari semakin menyiksa dan melukai harga diriku.
***
"Boleh juga bodimu, Na."
"Yoi, bening lagi."
"Boleh lah, kapan-kapan sama kita, ya nggak?"
Beberapa mahasiswa yang bergerombol langsung menghadang jalan Aina, bahkan di antara mereka ada yang sengaja mencolek lengannya.
Wajah Aina memerah menahan marah. Pasalnya bukan cuma mereka yang memperlakukan dirinya secara tidak sopan begitu. Semenjak dia menginjakkan kakinya di kampus pagi ini, perhatian semua orang langsung tertuju padanya.
Dia belum tahu apa penyebab pastinya. Padahal sehari sebelum libur, semuanya masih baik-baik saja.
"Minggir!" bentak Aina.
"Wih ... galak, bro!" Salah satu dari mereka bersorak membuat yang lainnya tertawa mengejek. "Pantesan ganas," lanjutnya dengan kerlingan mata.
Aina sungguh muak dengan perlakuan mereka. Harga dirinya sebagai wanita seakan sudah tiada. Dengan kasar dia menerobos tubuh pria-pria yang lebih tinggi darinya. Berjalan dengan cepat agar segera sampai ke kelasnya.
"Na, gawat Na! Aduh, kamu kok bisa kayak gini, sih?" Sonia langsung menghampirinya dengan wajah panik.
"Apaan sih, Sof. Kamu nggak jelas deh, sama kayak semua penghuni kampus ini, nggak jelas. Kenapa sih pagi-pagi aneh semua?" Emosi Aina sudah tak terbendung lagi, apalagi melihat teman sekelasnya yang sudah menjadikannya pusat perhatian.
"Wih ... ada yang sok jadi wanita baik-baik, nggak taunya di belakang, heh." Tamara-teman sekampus Aina yang pernah menjadi selingkuhan Rendy. Berjalan di samping Aina dan langsung menabrak pundak Aina, hingga hampir membuat Aina terjatuh.
"Woy, Tamara! Punya masalah kau sama aku! Bisa nggak sih, ja-"
"Sttt! Ada yang lebih penting dari itu." Sofia menahan Aina yang hendak mengejar Tamara dan langsung menyerahkan ponselnya kepada Aina, membuat Aina berhenti mengoceh kepada Tamara.
Detik berikutnya Aina dibuat tercengang dengan apa yang ditontonnya, bahkan tanpa terasa ponsel dalam genggamannya terjatuh ke lantai.
***
Aina tidak menghiraukan cemoohan dari beberapa mahasiswa yang dia lewati. Tujuannya kali ini adalah kantin. Dia ingin segera sampai di sana dan menemui Rendy yang menjadi dalang di balik cemoohan yang dia terima.
Byur!
Semangkuk mie sudah berpindah isinya ke kepala Rendy. Perlahan Rendy membersihkan rambutnya yang sudah dipenuhi mie beserta topingnya.
"Kamu jahat, Ren!" teriaknya, matanya memerah menahan amarah dan tangisan.
Rendy hanya terkekeh dan tersenyum miring.
"Surprise," ucap Rendy dengan senyum lebar dan merentangkan kedua tangannya. "Kamu suka kan, kejutan dariku?"
Geram, Aina pun langsung menampar Rendy yang tidak ada kata kapoknya. Dia tidak percaya jika bukti yang sudah dilenyapkannya masih Rendy miliki. Dan, dia salah mengambil langkah. Penolakannya terhadap Rendy berujung memalukan. Rendy benar-benar nekad.
Hancur harga dirinya sekarang. Video dirinya telah beredar luas dan menggemparkan seisi kampus.
"Sekalipun kamu menghancurkan aku Ren, aku nggak akan mau kembali sama kamu! Aku nggak sudi! Aku jijik sama kamu!"
Aina berbalik dan langsung pergi. Bertepatan dengan itu air matanya luruh. Dia benar-benar kecewa dengan Rendy, pria yang dulu pernah dia curahkan segenap rasa cinta yang tulus untuknya. Tak ubah berbuah pengkhianatan dan penghinaan yang dia terima.
Dia juga pernah menggilai pria itu, tetapi sekarang dia menyesal telah memberikan segalanya kepada orang yang salah.
Dia pikir, semua akan berakhir indah dan tak akan memalukan seperti ini. Waktu itu, Rendy dengan sengaja memanfaatkannya yang sedang mabuk berat. Setelah sadar, Rendy langsung berjanji akan bertanggung jawab kepadanya.
Namun, tak lama pria sialan itu malah ketahuan menduakannya dengan Tamara. Setelahnya dia selalu berusaha menghindari Rendy, tetapi pria itu selalu mempunyai seribu cara untuk membuatnya selalu terjerat.
Hingga akhirnya, berita tentang perjodohannya dengan Azlan yang dijadikan jalan pintas agar Rendy tak menjeratnya kembali. Namun, malah berakhir seperti ini. Tak cukupkah Rendy telah merenggut kehormatannya. Apa harus seperti ini, dengan menghancurkan segalanya. Masa depannya telah tiada sekarang. Tak ada lagi yang bisa diharapkan dari dirinya.
Dia berjalan sambil menunduk, malu rasanya ingin menampakkan wajahnya di depan semua mahasiswa yang menjadikannya tontonan. Tatapan mereka seakan menelanjanginya dan menghakiminya dengan tatapan menjijikkan. Tak ayal kalimat kotor pun dia dapatkan.
Ini memang pantas diterimanya, dia kotor dan sangat menjijikkan.
Sesampainya di parkiran Aina terduduk bersimpuh di tanah, rasanya kakinya tak mampu lagi untuk berdiri. Ada hal yang lebih memberatkan pikirannya sekarang, bagaimana jika berita ini sampai terdengar ke telinga suaminya, ke keluarganya maupun mertuanya.
Bukan hanya nama baiknya yang sedang dia pertaruhkan, tetapi banyak orang yang akan tercoreng karenanya.
Saat ini dia telah mengecewakan banyak orang.
Maaf. Maafkan aku.
Bersambung ...
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Ig: @efa_fujianty
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure Terinfrastruktur
Roman d'amourKisah tentang wanita yang harus menanggung akibat dari pengaruh negatif pacaran. Berusaha untuk memperbaiki diri, tetapi berakhir sia-sia. Hidupnya hancur ketika dia telah hamil dengan pria lain sebelum menikah. Takdir semakin rumit, dia telah dijod...