08

12.9K 1K 44
                                    

JAEHYUN duduk tegak di sofa, kaki kirinya menyentuh hamparan lantai marmer mewah. Sedangkan kaki kanannya dinaikkan dan disilangkan ke atas kaki kiri.

Rambutnya yang hitam terlihat lebih berantakan dari biasanya. Tangan Jaehyun mencengkram erat-erat bantal di dekatnya.

Perasaannya sangat bimbang. Jaehyun sendiri tidak mengerti, dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri usai berbicara empat mata bersama Taeyong tadi.

“Kau terlihat frustasi. Apakah ada masalah ketika mengekspor barang kemarin?” Johnny yang juga berada di tempat yang sama pun mengajukan pertanyaan tersebut.

“Tidak ada,” jawab Jaehyun, kemudian ia menoleh ke arah Johnny. “Di mana Ten? Aku harus berbicara dengannya?”

Baru saja Johnny hendak mencari Ten, sosok pria yang berprofesi sebagai dokter itu sudah terlebih dulu muncul.

“Kau mencariku?” sahut dokter tersebut.

“Apa kau sudah menemukan rumah singgah untuk manusia buruk rupa itu?” Jaehyun bertanya.

“Maksudmu Taeyong? Dia memiliki nama, Jae.”

Menurut Ten, tidak sepantasnya Jaehyun memanggil Taeyong dengan sebutan seperti itu. Meskipun wajah Taeyong memang tidak sempurna, tetapi dia tetaplah manusia yang seharusnya dihargai.

Jaehyun memutar bola matanya, “Iya, Taeyong. Apakah kau sudah menemukan rumah singgah untuknya? Jika sudah, segera bawa dia pergi dari sini.”

“Bukankah kemarin kau memberi waktu satu minggu, untuk Taeyong tinggal di sini?” Johnny menimpali.

Pikir Johnny, kemarin Jaehyun mengizinkan Taeyong untuk tinggal di sini selama satu minggu.

Mengapa pemilik mansion itu terlihat begitu buru-buru ingin segera mendepak Taeyong dari sini, di saat pria mungil itu baru tinggal di sini selama dua hari.

“Awalnya aku memang sudah tidak curiga dengan Taeyong. Tetapi setelah melihat kedekatan Taeyong dengan Mark, rasa curiga dan kekhawatiran tidak bisa aku tepis lagi,” ujar Jaehyun.

Ten mengerutkan dahinya, “Apa maksudmu?”

“Aku merasa ada yang tidak wajar, Ten. Baru dua hari Taeyong berada di sini, tetapi Mark menjadi sangat bergantung pada Taeyong, dia seperti tidak mau dipisahkan dengan Taeyong. Apakah kau pikir itu hal yang wajar?”

Napas Jaehyun terdengar berat, ia seperti menahan sebuah emosi mendalam. Tentu Jaehyun masih curiga jikalau Taeyong merupakan seseorang yang berasal komplotan dari Taehyung.

Lelaki bermarga Jung itu mengira bahwa Taeyong telah mempengaruhi Mark, dan  membuat semua orang menjadi lengah.

Bisa juga, Taeyong bertingkah polos dan pura-pura hilang ingatan, sehingga dia dapat menyerang Jaehyun dan merampas senjata langka itu.

“Kalian tahu sendiri bagaimana kondisi Taeyong. Seharusnya ketika melihat wajah Taeyong, Mark merasa ketakutan. Tetapi apa? Dia malah ingin tidur dan makan bersama Taeyong. Sangat menjijikan.” Jaehyun berdecih.

Mendengar apa yang diucapkan oleh si pria berlesung pipi, Johnny dan Ten saling pandang. Sepertinya mereka memiliki pemikiran yang sama.

“Mungkin saja, Mark hanya merindukan sosok Mommy yang tidak pernah dia kenal, Jae.”

Ten berkata dengan hati-hati. Sebab ia tahu, bahwa Jaehyun akan kembali terluka jika mereka tengah membahas tentang mendiang istrinya.

“Aku juga berpikir seperti itu. Kurasa kau terlalu berpikir jauh. Mungkin Mark menemukan kenyamanan di diri Taeyong, seolah dia merasakan kenyamanan dari Mommynya,” imbuh Johnny.

WITH YOU | Jaeyong [SEGERA TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang