PERBAN pertama mulai dilepas, dimulai dari bagian atas kepala Taeyong. Gerakan tangan Dokter Etienne sangat hati-hati, seperti ia tengah membuka benda paling rapuh di dunia. Setiap helai perban yang terlepas, seolah membuka lapisan-lapisan kelam yang selama ini mencengkeram Taeyong.
Perlahan, Jaehyun sudah bisa melihat kulit wajah istrinya—begitu halus, dan sangat familiar.
Napas lelaki itu terhenti sejenak. Ia bisa melihat bayangan dari wajah yang dulu ia kenal. Meski baru sebagian kecil yang nampak, namun telah berhasil membuat Jaehyun seperti terlempar ke masa lalu. Pada saat di mana istrinya itu masih utuh, sebelum semua tragedi buruk menghampiri.
Tatkala perban terakhir dibuka, Dokter Etienne mundur selangkah, membagi ruang bagi Jaehyun untuk melihat Taeyong secara lebih leluasa.
Jaehyun terdiam. Ia memandang wajah istrinya dengan seksama. Wajah yang selama enam tahun terakhir ini hanya bisa ia lihat di dalam mimpi dan kenangan, kini ada di hadapannya. Buliran bening mulai menggenang di pelupuk mata Jaehyun, bibirnya bergetar menahan isakan yang nyaris lolos.
Tepat di depan netranya, terduduk sosok yang begitu ia rindukan. Wajah Taeyong terlihat begitu indah. Wajahnya oval, hidungnya mungil, bibirnya berwarna merah muda.
Jaehyun merasa seolah sedang menyaksikan fajar yang menyingsing setelah malam panjang nan gelap. Wajah Taeyong adalah mentari paginya, cahaya yang akhirnya menerangi kembali dunianya yang telah lama diselimuti kegelapan.
Jemari Jaehyun terangkat, ingin menyentuhnya, namun terlihat ragu. Ia takut jika ini hanyalah mimpi; ketika ia menyentuhnya, maka semua akan lenyap seperti kabut pagi yang tertiup angin.
“Silahkan, Monsieur Jung,” Dokter Etienne mempersilahkan. “Anda boleh menyentuhnya. Kulit Madame Taeyong sudah cukup kuat untuk disentuh.”
Mendengar penuturan itu, Jaehyun lantas membelai pipi istrinya. Sentuhannya sangat pelan, seakan ia tengah menyentuh kelopak bunga yang rapuh.
Hangat. Nyata. Ini bukan mimpi.
“Jaehyun, bagaimana hasilnya?” tanya Taeyong penuh keraguan.
Suara Taeyong pun telah kembali seperti dulu, usai ia menjalani operasi rekonstruksi pita suara. Suaranya terdengar lembut dan halus.
Jaehyun tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa mengangguk berulang kali, air matanya tetap mengalir deras.
“Kau... kau terlihat seperti dulu,” ucap Jaehyun pada akhirnya dengan suara bergetar. “Kau kembali, Sayang.”
Bola mata milik Taeyong mulai memerah, dan tanpa ia sadari, air matanya menetes. “Benarkah?”
Dokter Etienne yang melihat momen tersebut, mengulas senyum tipis. “Proses operasi berjalan dengan baik. Kami sudah melakukan yang terbaik untuk memastikan wajah Madame Taeyong bisa semirip mungkin dengan wajah Madame sebelum insiden itu.”
Taeyong menatap cermin kecil yang diberikan oleh Dokter Etienne. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya, ia akhirnya bisa kembali menatap dirinya yang sebenarnya. Meskipun ada beberapa bekas tipis yang belum hilang.
“Ini... ini benar-benar aku?” bisik pria mungil itu, lantas beralih pandang menatap suaminya.
Jaehyun tertegun tatkala melihat bola mata sang istri. Bulat dan berbinar, ia selalu terpesona oleh mata itu. Mata yang bisa berbicara tanpa kata-kata, mata yang selalu memancarkan cinta dan kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU | Jaeyong [SEGERA TERBIT]✓
FanfictionPertemuan Jaehyun dengan seorang pria mungil berwajah cacat, yang berhasil membebaskan Jaehyun dari kesedihan mendalam.