JAEHYUN mengurai senyum, kala melihat Taeyong memakaikan baju untuk Mark. Pria mungil itu terlihat begitu telaten dan sabar.
“Aku pikir, dulunya kau sudah pernah menikah dan memiliki anak,” celetuk Jaehyun, yang sontak membuat Taeyong menoleh ke arahnya.
Taeyong terdiam sejenak. Ia lantas menghela napasnya. “Aku tidak tahu, Jae. Tapi menurutku aku belum menikah, apalagi memiliki seorang anak.”
Jaehyun menaikkan bahunya acuh, bibirnya mencebik singkat. “Mungkin begitu. Lagipula aku juga hanya menerka saja,” ucapnya.
Mark yang juga berada di tempat ini, berulangkali menolehkan kepalanya ke Jaehyun dan Taeyong secara bergantian. Ia mencoba menyimak pembicaraan dua orang dewasa tersebut, namun tetap saja tidak mengerti.
“Daddy, Malk ingin bermain di playground,” ujarnya, ketika rambutnya telah tertata rapi setelah disisir oleh Taeyong.
Si lelaki berlesung pipi mengangguk, “Boleh.”
Anak itupun berlari kecil hendak keluar dari kamarnya, diikuti Taeyong di belakang.
“Taeyong, kau ingin ke mana?” tanya Jaehyun dengan suara agak keras.
Otomatis langkah Taeyong dan Mark terhenti bersamaan. “Aku akan mengantarkan Mark sampai ke playground,” jawabnya.
“Tidak perlu,” tolak Jaehyun seraya mendekati Taeyong. “Biarkan Mark diantar oleh pengasuhnya saja, kau tetap di sini.”
“Tapi...”
“Jangan membantah.”
Taeyong mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia benar-benar tak berani lagi bersuara, sebab raut wajah Jaehyun sudah berubah menjadi sedikit menakutkan.
Seorang wanita paruh baya yang merupakan pengasuh Mark, sedari tadi memang berjaga di depan kamar Mark. Pengasuh tersebut sebenarnya bertugas untuk mengurus dan memandikan Mark, namun semua pekerjaan itu sudah dikerjakan oleh Taeyong. Tentunya atas permintaan Jaehyun. Nampaknya Jaehyun sudah mempercayakan anaknya kepada si pria mungil.
“Daddy, Bubu, Malk turun ke bawah dulu, yaaa~” pekik anak itu senang, seraya berlari kecil. Ia kemudian digandeng oleh pengasuhnya untuk turun ke lantai tiga menuju indoor playground.
Melihat Mark yang sudah tidak terlihat lagi, Jaehyun lantas melangkah semakin mendekati Taeyong.
“Apakah kau menyayangi Mark?” tanya Jaehyun tiba-tiba.
Taeyong menelan ludahnya. Entah mengapa, pertanyaan tersebut membuat dadanya berdebar kencang. “Tentu saja, Jae. Aku sangat menyayangi Mark.”
“Apa alasannya?”
“Karena... Mark adalah anak yang baik, lucu, dan menggemaskan. Aku menyukainya.”
Jaehyun mendengus, “Klise sekali.”
Tangan besar Jaehyun lantas merangkul pundak mungil milik Taeyong. Jemarinya mengelus bahu si mungil dengan gerakan lembut.
“Taeyong, aku ingin berterima kasih kepadamu. Semenjak kau berada di sini, Mark menjadi anak yang ceria. Dia tidak lagi memikirkan dan menanyakan tentang Mommynya,” ucap Jaehyun.
“Tidak perlu berterima kasih, Jae. Justru akulah yang harus mengucap terima kasih, karena sudah diizinkan tinggal di sini.”
Mendengar kalimat Taeyong barusan, Jaehyun jadi teringat sesuatu. Di perjanjian hari itu, ia hanya mengizinkan Taeyong untuk tinggal di sini selama satu minggu saja. Namun sepertinya, Jaehyun harus memperpanjangnya. Kalau Taeyong pergi, pasti Mark akan menangis dan merasa kesepian lagi. Jaehyun tidak ingin hal tersebut sampai terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU | Jaeyong [SEGERA TERBIT]✓
FanfictionPertemuan Jaehyun dengan seorang pria mungil berwajah cacat, yang berhasil membebaskan Jaehyun dari kesedihan mendalam.