Siswa lelaki itu duduk di sudut atas tepi bangunan sekolah, kakinya menjuntai ke bawah, netranya fokus mengawasi setiap pergerakan orang-orang dibawah sana.
Entah apa yang dipikirkan oleh murid satu itu, terlihat sekali dia sedang melamun memikirkan sesuatu dari atap gedung sekolah.
Dia dapat melihat leluasa apapun yang ingin dilihatnya hamparan pemandangan kota distrik dan jalanan sekitarnya terlihat indah saat dilihat dari atas sana.
Sesekali bola matanya menatap langit biru yang cerah disertai gugusan awan putih yang membentang luas, seperti kapas, membentuk sesuatu yang kadang di imajinasikan sesuai dengan keinginan hatinya.
Tempat itu adalah salah satu spot favorit dimana dia bisa menjernihkan pikiran dan hatinya yang sedang kacau. Perlahan, rambut coklatnya terbang tertiup oleh angin.
Lelaki itu memejamkan matanya sesaat. Kedua telapak tangannya mencengkram erat pinggiran gedung tempat dia duduk.
Saat netra hitam itu kembali terbuka, dia merasakan sesuatu yang hampa. Kosong. Setiap kali dia merasa sendiri, sepi, selalu terlintas dibenaknya memikirkan pertanyaan yang sama. Untuk apa dia terlahir ke dunia?
Jika dia tidak bisa menikmati kehidupannya sendiri, dan selalu berada dibawah tekanan dan aturan orang tua yang memaksanya untuk selalu terlihat tampil sempurna.
Dia juga tidak pernah mendapatkan rasa kebahagiaan yang semestinya di harapkan kebanyakan orang, menerima bentuk perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya secara langsung. Meskipun dia terlahir dari keluarga yang kaya raya dan terpandang.
Lelaki itu tidak pernah menemukan jawabannya. Tidak pernah. Saat perasaannya sedang bercampur aduk seperti sekarang ini. Mendadak, pintu besi di belakang terdengar di buka oleh seseorang.
Suara derap langkah kian mendekat berjalan menghampiri ke arahnya. Dan berdiri menatap punggung laki-laki itu.
"Ternyata lo disini?" suara tersebut mengangetkannya.
Dia menoleh ke belakang, masih duduk di tepian atap dengan sedikit membungkukkan punggungnya waktu dia melihat ke arah sumber suara itu.
"Ada apa?" ucapnya singkat dengan menunjukan sikap dinginnya pada siswi itu lalu mengalihkan pandangan.
"Dari tadi gua nyariin lo tau enggak?"
Siswa lelaki itu menyeringai, "kenapa lo nyariin gua?"
Gadis itu bergerak maju beberapa langkah kemudian duduk di dekatnya. Menemani lelaki itu yang sama-sama sedang duduk menikmati suasana pagi di sekolah dari atap gedung.
"Lo dipanggil sama pak Burhan."
"Kenapa?"
"Enggak tau, udah sana lo temuin."
Lelaki itu menghembuskan napas berat,
"huh' nanti aja, gua masih pengen disini." tangan laki-laki itu mengayun ke udara seolah-olah sedang melempar sesuatu benda ringan dari atas.
Gadis itu memiringkan kepalanya ke kiri memandangi raut wajah lelaki yang duduk di sebelahnya.
"Lo kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VERSUS [SELESAI]
Teen FictionCerita ini mengikuti perjalanan beberapa anak remaja ambisius, Vano Mahendra Dinata, yang hidup dalam dunia yang penuh dengan persaingan sengit. Vano memiliki impian besar untuk sukses dalam karier atau pencapaian tertentu, namun di sepanjang jalan...