Episode 02

30 4 0
                                    

Bu Siska berjalan memasuki ruang kelas XII semua murid sudah bersiap-siap duduk rapi di mejanya masing-masing. Meski usianya sudah kepala empat, namun Bu Siska masih terlihat awet muda sekali. Hampir terlihat tidak ada kerutan di wajahnya.

Sepatu high heels stilleto dengan ukuran tinggi 5 cm, terdengar bunyi nyaring menghentak lantai yang dipijak, seiring langkah kaki dengan penuh penekanan. Pintu kelas terbuka lebar.

Sosok Bu Siska memasuki ruang kelas sambil membawa beberapa buku tebal yang dibawanya. "Selamat pagi, semua!"

Seperti biasa semua murid serentak menjawab, "selamat pagi, Bu!"

"Hari ini kita akan mengadakan ulangan harian, jadi saya harap kalian sudah belajar semalam untuk menjawab semua soal-soal yang nanti akan saya berikan. Paham semua?"

Beberapa murid bereaksi, ada sebagian dari mereka terkejut mendengarnya, karena memang belum ada persiapan belajar sama sekali, sebagian juga ada yang tidak belajar semalam, ada juga yang tak terima dan saling melempar tanya, how can it be?

Ada juga siswa yang terlihat santai-santai saja, reaksinya biasa saja, bahkan terlalu tak memperdulikan dengan hasil nilai ulangan harian dadakan yang nanti akan di dapatkannya. Seolah semua pasrah dengan keadaan.

"Aduh, gimana nih Lun, gue belum belajar lagi." bisik Airin, mencolek pundak temannya yang duduk di depan.

"Ssttt..." Luna menempelkan jari telunjuknya ke bibir, memberikan tanda isyarat agar Airin diam.

"Lo mah enak, pintar. Enggak usah belajar juga pasti bisa jawab." gerutu Airin lagi.

"Bismillah, you can do it, semangat my bestie. Fighting!" Luna mengepalkan tangannya ke udara sambil menyemangati Airin teman sekelasnya.

"Vano." panggil Bu Siska.

"Iya, Bu!"

"Tolong kamu bagikan kertas ulangan ini ke teman-temanmu."

Vano bangkit dari kursinya, berjalan menuju meja Bu Siska mengambil beberapa lembar kertas ulangan untuk dibagikan ke semua siswa.

Vano mengitari ruang kelas, membagikannya ke teman-teman mulai dari barisan paling depan hingga ke belakang, memastikan semua siswa mendapatkan kertas ulangan hariannya masing-masing.

"Baik, kalau sudah, silahkan kalian kerjakan semua soal yang sudah dibagikan. Dan tidak boleh ada yang berisik. Paham semua?"

"Paham Bu!"

Suasana kelas tampak hening, semua murid fokus bergelut dengan kertas ulangan hariannya masing-masing. Dibarisan kursi paling belakang dekat samping jendela pojok sana, Karel terlihat sangat tenang dalam mengisi soal-soal yang diberikan.

Tidak heran Karel memang salah satu murid terbaik di ARCHIPELAGO HIGH SCHOOL dia selalu mendapatkan peringkat teratas dalam setiap nilai mata ujian. Bahkan, peringkatnya selalu kejar-kejaran dengan Vano, mereka berdua diantara yang paling teratas.

Sementara Luna dia harus cukup puas untuk selalu berada di posisi peringkat 10 besar. Tapi walau bagaimanapun Luna termasuk siswi yang pintar. Tidak hanya parasnya saja yang cantik dan menawan namun dia juga dikaruniai otak yang cerdas. Tak jarang dia selalu menjadi andalan teman-temannya di kelas.

Waktu terus berjalan, tinggal tersisa lima belas menit lagi. Sebagian murid mulai tampak gelisah tak bisa menjawab soal yang diberikan oleh Bu Siska.

Mata elangnya tajam memperhatikan murid-murid yang sengaja ingin mencontek hasil jawaban teman di sebelahnya. "Airin! sedang apa kamu?"

"Eng-gak Bu, e... pulpen saya jatuh." ucap Airin saking paniknya ketika ketahuan oleh Bu Siska saat hendak meminta kunci jawaban kepada teman yang duduk di sebelahnya. Airin berpura pura menjatuhkan pulpen dari atas meja lalu mengambilnya di lantai.

VERSUS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang