Semua siswa terlihat berjalan kaki memasuki gerbang ARCHIPELAGO HIGH SCHOOL sebuah gedung dengan cat tembok berwarna pastel dengan empat tingkat menjadi tujuan mereka untuk belajar.
Suasana halaman yang asri dengan banyak pepohonan hijau angin berkesiur menarikan dedaunan sebagaimana mestinya. Motor Karel melaju memasuki area sekolah, menuju parkiran.
Mereka lalu turun dari atas motor, seperti biasa kebiasaan Luna masih sama belum bisa membuka chin strap pada helmnya sendiri. Perlu bantuan dari Karel. Pemandangan itu ternyata di lihat oleh Claudia, Airin, dan Helen and the genk.
"Clau, look at that? They are so sweet."
Gumam Airin menunjuk ke arah parkiran sekolah. Melihat Karel dan Luna yang sedang berada disana.
Sementara itu Helen and the genk juga ikut berkomentar melihat pemandangan itu.
"Len, you see that? Oh my God. Karel dan Luna berangkat sekolah bareng." ucap salah satu anggota gengnya.
Helen yang melihat itu tampak tidak menyukai apa yang baru saja dilihatnya. Mukanya terlihat begitu sinis, ekspresi wajah juteknya saat melihat orang lain bahagia seolah tidak ingin mau kalah.
Helen menghentakan kakinya keras, berlalu pergi tak ingin melihat pemandangan itu. Sementara itu Airin hendak menghampiri Luna dan Karel. Namun Claudia berusaha mencegahnya.
"Mau kemana lo?" tangan Claudia menarik tali tas yang digendong Airin.
"Mau kesana." tunjuk Airin.
"No way, bisa enggak sih lo enggak usah ganggu mereka berdua dulu. Mending kita langsung ke kelas."
"Tapi Clau..."
"Ayo buru jalan." Claudia menarik Airin seperti sedang memegang seekor anak kucing yang ingin dimasukan ke dalam karung.
Hari ini adalah pengumuman nilai hasil dari mata ujian pelajaran Biologi, Bu Siska sudah menempelkan kertas hasil nilai ujian di papan pengumuman. Sehingga siswa-siswi bisa melihat langsung hasil nilai ujian mereka disana.
Semua murid berkerumun memadati papan pengumuman sekolah. Claudia, Airin dan Helen and the genk. Mereka juga berduyun-duyun mendatangi papan pengumuman melihat hasil nilai ujian Biologi mereka.
"Awas minggir!" Helen menyerobot barisan. Menggunakan jari telunjuknya mencari nama Helen Flanagan. Setelah ia dapati namanya, jari jemarinya menggeser ke arah kolom nilai. Helen mendapat nilai angka 7.0 untuk hasil ujiannya.
"Lumayan lah." ujar Helen. Kali ini Airin, Claudia berganti posisi dengan Helen and the genk.
"Minggir lo, gantian gue mau lihat." usir Claudia.
"Apaan sih?" tutur Helen sewot ia dan anggotanya bergeser memberi jalan untuk Claudia dan Airin.
"Yes, gue dapat nilai 8.0." Claudia tampak gembira saat nilai ujiannya berada diatas Helen.
"Lebay lo dapat delapan aja bangga." ujar salah satu anggota Helen lainnya.
"Kenapa, iri, bilang bos?" ledek Claudia.
"Ngeselin banget sih lo?" Helen agak sedikit terpancing dengan candaan Claudia.
Tiba-tiba datang Luna, Karel dan Vano hendak melihat hasil nilai ujian mereka. Karel mencari namanya yang biasa bertengger di posisi teratas, namun kali ini ia harus turun satu peringkat di posisi kedua setelah posisi teratas ditempati oleh Vano dengan nilai 9.7 sedangkan Karel mendapatkan nilai 9.5
Vano saat mengetahui namanya berada di peringkat pertama. Ia pun segera menghampiri Karel dan menepuk pundak Karel dengan senyuman sinis seolah mengejeknya dan membuktikan bahwa dialah yang terbaik. Sementara itu Luna menempati berada di posisi keempat dengan nilai 8.9
"Congratulations on second place. My buddy." Vano memberi ucapan selamat untuk Karel. Karel terdiam ada rasa kesal dalam dirinya ketika ia harus berada di posisi kedua. Namun ia coba untuk menenangkan dirinya lalu maju selangkah berbisik ke telinga Vano.
"Don't get too excited. We got a long way to go." ujarnya. Disaat mereka berdua tengah panas. Semua yang ada disana tertuju perhatiannya dengan kehadiran sekelompok trouble maker yang kembali masuk sekolah setelah dua Minggu mendapatkan skors dari pak Wijaya.
Mereka berjalan dengan penuh semangat di lorong koridor sekolah. Semua mata memandang kembalinya sang trouble maker Archipelago High School. Mereka berlima berdiri, berbaris rapi di hadapan semua murid-murid lainnya.
"Hi, guys. Did you miss all of us?" kata sambutan luar biasa yang keluar dari bibir Reyhan. Masih dengan gayanya yang congkak dan selalu bersifat merendahkan orang lain.
Kedua bola mata Karel langsung bergerak menuju papan pengumuman mencari nama Airin dan Reyhan. Setelah netranya mendapati kedua nama tersebut. Karel mulai maju beberapa langkah menghampiri Reyhan and the genk.
Sambil bertepuk tangan Karel berjalan perlahan mengarah kepadanya. Semua pasang mata menyaksikan pemandangan itu di lorong koridor sekolah.
"Welcome back to Archipelago High School. Mr. Trouble maker. But wait, kayaknya nama lo musti harus ada tambahan lagi deh di belakangnya. Mr. Reyhan Trouble Maker is stupid. How, do you like it?" tutur Karel dengan gestur menyilangkan tangan di depan dada.
"Kemarin lo sempat bilang kalau Airin itu bodoh dan enggak mungkin bisa mendapatkan nilai bagus. Lo bahkan sempat melakukan taruhan kalau nilai yang di dapatkan oleh Airin berada di bawah lima. Attention to everyone, I'm going to expose who's actually a fool." lanjut Karel memberi jeda.
"Reyhan or Airin?" semua hening menunggu jawaban Karel. Lorong koridor serasa disulap menjadi ruang interogasi. Semua murid saling memusatkan perhatian kepada Karel dan Reyhan.
"Will you shift a little to the right?" Karel menunjuk salah satu siswa yang berdiri menutupi papan pengumuman dan menyuruhnya untuk menggesernya sedikit ke kanan.
Karel bergerak maju ke papan pengumuman, dan menunjukan sesuatu kepada semua murid-murid yang berada di lorong koridor.
"Reyhan Aaron Gilmer, sebenarnya arti nama lo tuh bagus. But unfortunately, not in your attitude and behavior. Lihat lo dapat nilai 6.0 untuk mata ujian biologi. And now let's see berapa nilai ujian yang di dapatkan oleh Airin Rachmi Diany 7.8 "
Karel melangkah mendekat ke arah Reyhan dengan memasukan kedua tangannya ke saku celana kemudian kedua matanya menatap satu persatu anggota geng lainnya sambil berkata.
"A bunch of dumbasses." Karel melangkah pergi meninggalkan mereka semua, lalu bergegas menuju ke kelas.
Sorak sorai dari murid-murid lain yang berada di lorong koridor meneriakinya. Karel berhasil mempermalukan Reyhan and the genk di depan semua murid Archipelago High School.
Luna, Airin, dan Claudia serta Vano yang menyaksikan itu tersenyum menandakan bahwa dia sangat mendukung Karel atas pertunjukannya barusan. Reyhan and the genk tampak marah, ekspresi wajahnya memendam kesal dan rasa malu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
VERSUS [SELESAI]
Teen FictionCerita ini mengikuti perjalanan beberapa anak remaja ambisius, Vano Mahendra Dinata, yang hidup dalam dunia yang penuh dengan persaingan sengit. Vano memiliki impian besar untuk sukses dalam karier atau pencapaian tertentu, namun di sepanjang jalan...