Episode 18

4 1 0
                                    

    Luna merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Tidak biasanya Bara bersikap cuek seperti itu terhadapnya. Luna lalu langsung pamit untuk pulang ke rumah, jarak antara warung dan rumahnya tidak terlalu begitu jauh. Sehingga ia pulang dengan berjalan kaki untuk bisa sampai ke rumah.

    Sementara itu sebuah rumah mewah minimalis namun berdesain modern, dilihat dari tampak depan rumah ini terlihat sangat kokoh dan mewah sekali.

    Pintu depan yang besar dan berdesain modern saat ini, tidak terlalu banyak jendela yang ditampilkan namun rumah ini dominan dengan kaca-kaca yang bening.

    Terdapat sebuah garasi yang luas ada dua mobil mewah terparkir di dalamnya. Penghuni rumah tengah makan malam bersama. Hidangan makanan mewah telah tersaji di meja makan.

    "Vano, bagaimana dengan sekolahmu?" ujar David -- papahnya. Pemilik Yayasan Archipelago High School. Tangannya terampil memotong sebuah daging steak dipiringnya.

    "Baik, pah." jawab Vano datar.

    "Papah dengar katanya kamu terpilih untuk mewakili sekolah dalam olimpiade olahraga siswa nasional?"

    "Iya."

    "Papah berharap semoga kamu bisa dapat memenangkan pertandingan itu demi sekolah kita."

    "Mustahil pah."

    David menghentikan aktifitas makanya, "kenapa?" tanyanya.

    "Tanpa Karel sekolah kita akan kalah dengan Andromeda High School."

    "Papah mengharapkan kamu yang memenangi pertandingan itu bukan orang lain."

    "Aku enggak begitu jago dalam hal bola basket pah. Jujur sama Vano kenapa nama Karel tidak ada dalam daftar peserta olimpiade olahraga siswa nasional? lalu kenapa dia dikeluarkan dalam tim basket dan kenapa pak Burhan menunjuk aku sebagai kapten tim?"

    "Kamu ini kenapa? Aneh sekali. Bukannya seharusnya kamu senang bisa mengalahkan dia. Karel itu kan saingan kamu di sekolah."

    "Iya, tapi enggak dengan cara seperti itu pah. Aku enggak mau ada intervensi dari siapapun."

    David meletakkan alat makan pisau dan garpu diatas piring, lalu melipat kedua tangannya sambil menopang dagu.

    "Sejujurnya, orang tua Reyhan yang meminta ini ke papah."

    Vano mengernyitkan dahinya, "orang tua Reyhan? maksud papah?"

    "Orang tua Reyhan menemui papah, beliau meminta papah agar Karel tidak diikutsertakan dalam olimpiade sekaligus mengeluarkannya dari tim basket."

    "Atas dasar apa orang tua Reyhan meminta hal itu ke papah?"

    "Karena Reyhan merasa sakit hati terhadap Karel lalu meminta orang tuanya agar aktifitas yang berkaitan dengan Karel dibatasi di sekolah. Orang tua Reyhan juga sempat marah karena anaknya mengalami luka dibagian hidung akibat terkena lemparan nampan di wajah anaknya, ditambah Reyhan mendapat skors dari direktur Wijaya selama dua Minggu akibat kejadian itu."

    "Lalu papah mengabulkan permintaan orang tua Reyhan?"

    "Ya, apa boleh buat, kamu tau orang tua Reyhan adalah donatur di sekolah kita. Kalau papah tidak mengabulkan permintaan orang tua Reyhan. Maka papah akan kehilangan donatur terbaik papah."

    "Pah, Vano selalu memegang prinsip. Hidup itu penuh persaingan dan perjuangan, namun kita semua harus bertarung dengan jujur, karena kejujuranlah yang akhirnya akan bertahan."

    Vano menghentakkan meja makan, berdiri meninggalkan ruang tengah, menuju kamarnya tanpa sepatah kata. Vano tidak setuju dengan cara papahnya yang bertindak seperti itu.

VERSUS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang