Luna bergegas ke kelas menemui Karel untuk menanyakan hal ini. Airin dan Claudia ia tinggalkan. Setibanya di kelas. Luna melihat Karel tengah membaca buku pelajaran. Segera ia menghampiri Karel di mejanya.
"Rel, lo udah lihat papan pengumuman di mading?"
Karel tak menjawab ia sibuk menulis beberapa catatan di buku rangkuman.
"Rel, Karel!" Luna yang kesal karena tidak di respon akhirnya menutup buku yang menjadi pusat perhatian cowok itu.
Gamang, kedua matanya saling bertemu penuh tanya. Karel bangkit dari kursinya, lalu keluar kelas tanpa sepatah kata. Luna tak puas hati, ia melempar tas dan menaruhnya diatas meja, bergegas mengejar Karel.
Di lorong sekolah Luna menarik lengan Karel hingga langkahnya terhenti.
"Lo itu kebiasaan ya, kalau diajak ngomong itu enggak pernah langsung mau jawab. Musti harus diginiin dulu baru mau ngomong. Kenapa sih rel?"
"Gua lagi pengen sendiri, bisa enggak lo enggak usah ganggu gua dulu?" jawab Karel datar.
Karel berlalu pergi meninggalkan Luna. Luna terpaku diam. Sorot matanya menatap punggung Karel yang semakin menjauh searah mata memandang hingga ia menghilang dari balik dinding ruang BK.
Matahari terus merangkak naik, waktu menunjukan pukul 12:00 siang. Warung Mie Ayam Iskandar terlihat ramai sekali dipenuhi oleh para pembeli. Iskandar sibuk melayani pelanggan yang memesan mie ayamnya.
Di jam makan siang seperti sekarang ini biasanya warungnya selalu terlihat ramai. Tak hanya dari kalangan rakyat biasa saja yang menikmati mie ayam buatannya, bahkan mereka para pekerja kantoran, mahasiswa, anak sekolahan, dan lain-lain pun telah menjadi pelanggan setianya.
"Jo, pesanan mie ayam lima. Sausnya dipisah ya." ujar Bayu kepada Johan yang sibuk menata mangkuk memasukan condiment mie ayam ke dalamnya.
Suasana terlihat penuh sesak karena beberapa pelanggan yang mulai tidak sabaran menunggu pesanannya jadi.
"Mas!" teriak salah satu pelanggan yang duduk di meja paling pojok. Bayu menghampiri lelaki itu.
"Iya."
"Es teh manisnya dua ya."
"Iya, ya."
"Mas!" pelanggan lain kembali meneriakinya.
"Iya mbak."
"Mie Ayam sama Bakso dua ya mas, makan disini."
"Iya duduk dulu ya mbak, ya."
Suasana riuh rendah pengunjung yang datang ke warung membuat Bayu pusing melayaninya satu persatu belum habis yang ini ada lagi yang lain.
"Is, anakmu kemana tho'?" tanya Bayu ke Iskandar.
"Lagi delivery order Bay." tangannya sibuk menuangkan mie ayam ke dalam box take away.
"Belum balik dari tadi?"
"Belum, kenapa?"
"Wes mumet aku iki loh, pelanggan ne buaaaanyyak buanget."
"Ya, Alhamdulillah seharusnya kamu bersyukur banyak pelanggan. Ojo ngeluh."
"Sopo sing ngeluh, bukan itu maksud aku. Tapi iki loh aku sendirian ngelayaninya. Butuh satu orang lagi untuk menghandle yang lain. Biar enggak keteter gitu loh."
"Sabar, sebentar lagi juga balik. Nanti kalau udah selesai aku bantu kamu."
Sementara itu terik matahari kian menyengat kulit, Bara masih dalam perjalanan mengantarkan pesanan pelanggan. Dengan motor klasik perpaduan warna merah dan putih Bara mencari alamat yang memesan mie ayam ayahnya melalui aplikasi petunjuk arah di handphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERSUS [SELESAI]
Teen FictionCerita ini mengikuti perjalanan beberapa anak remaja ambisius, Vano Mahendra Dinata, yang hidup dalam dunia yang penuh dengan persaingan sengit. Vano memiliki impian besar untuk sukses dalam karier atau pencapaian tertentu, namun di sepanjang jalan...