Bab 14 Menyebalkan

26 5 0
                                    

"Apa kamu hari ini nggak nyiapin sarapan?"

"Emang kamu mau aku siapin sarapan?"

"Ya, nggak juga, cuma tanya aja. Biasanya kamu paling rajin buat menyiapkan segala sesuatu di sini."

"Hari ini mau ada acara keluarga, jadi aku nggak sempat nyiapin sarapan. Kita nanti bisa datang bersama, 'kan?"

Sarah tidak langsung memberikan jawaban dengan lantang. Dia masih mengulur waktu karena takut saja ternyata jadwalnya bentrok dengan pekerjaannya.

"Gimana, bisa datang, kan?" Andre kembali mengulangi pertanyaannya untuk meyakinkan istrinya.

"Aku nggak bisa janji, soalnya nanti mau ketemu sama klien. Kamu bisa kan datang sendiri?"

"Bisanya bisa, tapi gimana kata saudara kalau aku datang sendiri tanpa istriku?"

"Ya, bilang aja kalau istrimu itu lagi sibuk kerja," sahut Sarah menaikkan beberapa oktaf.

"Sepenting itukah pekerjaanmu sampai gak bisa ditunda?"

"Iya, ini mimpiku sedari dulu, sempat tertunda karena kamu masuk rumah sakit. Kali ini aku nggak akan menunda untuk ketiga kalinya."

"Aku minta maaf waktu itu, kalau memang itu alasanmu, aku menerimanya."

"Tolong sampaikan maafku karena tidak bisa hadir dalam acara keluarga itu."

"Iya, nanti aku sampaikan. Ngomong-ngomong kamu mau sarapan apa pagi ini?"

"Terserah kamu mau masak apa, pasti aku makan."

"Siap, Bu bos!" Seru Andre kegirangan.

Sarah berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri sebelum menikmati sarapan pagi buatan suaminya. Andre dibuat tidak percaya dengan apa yang salah lakukan saat ini. Wanita yang dia nikah itu perlahan menunjukkan sifat baiknya, bahkan Andre tidak percaya jika istrinya pagi ini menanyakan perihal sarapan. Hal yang sangat sepele untuk semua pasangan, tapi begitu spesial untuk Andre.

Di sela kegiatan memasak hidangan untuk jamuan sarapan bersama sang istri, ponselnya berdering. Andre segera mengangkat panggilan itu. Benar saja tertera nama Mama Siska, yang semakin membuat Andre bersemangat untuk mengangkat panggilan itu.

"Halo, Ma?"

"Halo Andre, kamu sekarang lagi di mana?"

"Ya, di rumah, ini lagi nyiapin sarapan. Emangnya kenapa sih, Ma, kok pertanyaannya aneh banget?"

Mama Siska bingung ingin menjelaskan dari mana perihal kecurigaannya terhadap Melly yang ingin menyingkirkan Sarah. Dia takut jika nanti putranya itu tidak mempercayai ucapannya dan lebih percaya pada Melly, yang tidak lain adalah sahabat sekaligus mantan kekasihnya.

"Kemarin Mama sempat bertemu sama Melly. Mama kaget kenapa tiba-tiba Melly ngajak Mama ketemuan di cafe."

"Ya, bagus dong, Ma, kalian bisa lebih akrab kembali."

"Mama pikir juga demikian, tapi Melly sekarang udah banyak berubah, dia tidak seperti yang dulu."

"Wajar dong, Ma, sekarang kan Melly udah dewasa. Ya, kali, Melly masih bersikap kayak anak kecil."

"Bukan itu maksud Mama, sulit buat mamah menceritakan semuanya."

"Ya, sudah nggak usah diucapin dulu untuk saat ini. Tunggu Mama tenang dan mau menceritakan semuanya pada Andre."

Mendengar ucapan dari sang putra membuat Siska tidak sampai hati menyampaikan prasangka buruknya itu. Terlalu dini untuk memberi tahu perihal keegoisan Melly yang ingin menyingkirkan Sarah dalam hidup Andre. Pastinya ini akan membuat kesehatan Andre menurun kembali. Sebagai seorang Ibu, Siska tidak mau putranya kembali masuk rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang serius.

"Ma, Mama masih di situ?" tanya Andre yang merasa bingung tiba-tiba semua menjadi sinyal.

"Iya, Ndre, Mama masih di sini. Mama pikir lupakan Melly untuk saat ini, tadi Mama cuma mau ngabarin hal itu aja kok."

"Jadi Mama pagi-pagi telepon cuma mau ngasih tahu kalau kemarin baru bertemu sama Melly dan sifatnya banyak berubah karena dia lebih dewasa. Gitu, aja, Ma?"

"Iya, cuma mau ngasih tahu itu aja. Tapi, sebenarnya Mama telepon kamu karena ingin menawari kalian untuk honeymoon."

Apa yang Mama Siska lakukan memang tergolong hal yang aneh. Mendadak dia mengubah topik pembicaraan, yang awalnya ingin memberitahu tentang keburukan Melly, sekarang malah menawarkan Andre untuk berbulan madu.

Setali dua uang dengan sang mama, Andre pun menerima tawaran dari mamanya dengan sangat senang hati. Memang dari awal Andre berencana untuk pergi honeymoon. Naasnya penyakit jantungnya kembali kumat dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit, yang akhirnya membuat Andre mengurungkan niatnya itu.

"Ide bagus, Ma, memangnya Mama punya referensi kami akan honeymoon di mana?"

"Terserah kalian mau honeymoon di mana."

"Jadi pusing deh, aku ikut Sarah aja maunya honeymoon ke mana."

"Oke, memang seharusnya hal itu yang kamu lakukan."

"Ada gak durasi berapa lama kita honeymoon? Takut aja nanti Sarah jadi bosan."

"Lebih lama lebih baik, bisa di luar negeri atau di dalam negeri, semua akomodasi Mama yang tanggung."

"Ada angin apa nih tiba-tiba Mama baik banget sama aku?" tanya Andre bingung, lantaran selama ini mamanya selalu cuek.

"Ini hanya sebagian kecil dari hadiah Mama karena kamu sudah menikah," ucap Mama Siska memberikan alasan yang tepat, berharap Andre mempercayainya begitu saja.

"Syukurlah kalau gitu, Ma, paling lambat nanti sore aku akan kasih tahu ke mana tujuan honeymoon kami."

"Baiklah, Mama tunggu secepatnya."

"Oke, Ma, udah dulu ya, soalnya aku sambil masak, takut aja nanti gosong, Sarah bisa marah."

"Jadinya masa kamu, bukan si Sarah?"

"Kita berkolaborasi, Ma, Andre yang masak, Sarah yang bersihin apartemen."

"Kirain Sarah nggak mau ngerjain apa-apa di sana. Takut kalau kamu kecapean dan penyakitnya kumat lagi."

"Tenang, Sarah baik banget. Dia selalu ngingetin aku tentang makan dan minum obat dengan teratur. Dapat dipastikan aku akan selalu sehat, Ma."

"Mama seneng dengernya. Ya, udah ya, kalau gitu Mama tunggu kabar baik darimu. Selamat memasak!"

"Terima kasih ya, Ma, nanti aku kabari lagi kalau Sarah udah menentukan pilihannya."

Klik.

Nyatanya semua itu hanya karangan Andre belaka. Dia ingin rumah tangganya terlihat baik-baik saja di depan Mama Siska. Sesulit apa pun untuk terlihat baik-baik saja di depan keluarga, pasti akan Andre lakukan.

Sejatinya mereka saling menutupi satu sama lain. Mama Siska menutupi tentang niat buruk Melly, sedangkan Andre menutupi tentang sifat temperamen istrinya. Entahlah, hanya waktu yang dapat menggulirkan fakta-fakta tersebut.

Beberapa hidangan telah tersaji di atas meja dengan rapi. Semua itu berkat tangan dari Andre yang begitu telaten memasak sarapan untuk keluarga kecilnya.

"Sarapannya sudah matang?" Tanya Sarah yang baru keluar dari kamar tamu.

"Sudah, kamu mau aku siapin?"

"Nggak perlu, kayaknya kita tunda dulu ya sarapannya. Aku pagi ini harus ada meeting," ucap Sarah dengan santai sambil membenarkan posisi kemeja hitamnya.

Terlihat dengan jelas raut kecewa dari wajah Andre. Dia telah menyiapkan sarapan dengan sangat terburu-buru, namun Sarah tidak ingin mencicipinya terlebih dahulu. istrinya lebih mementingkan perihal pekerjaan daripada jerih payah dan kerja keras Andre untuk menyiapkan sarapan.

"Yakin kamu nggak mau sarapan dulu?"

"Emang tadi kamu nggak bisa mendengar dengan jelas? kalau aku nggak bisa sarapan karena ada meeting," jawab Sarah sambil berjalan ke arah pintu dan membenarkan posisi high heels yang sedikit longgar.

"Tapi, Sar," kalimat itu terhenti dengan paksa, Andre tidak dapat mencegah istrinya untuk pergi lebih awal tanpa sarapan.

***

Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang