Bab 23 Kepo

23 3 0
                                    

"Halo?"

"Halo Andre, kamu ada di mana sekarang?"

"Kenapa Kak, tumben banget tanya?"

"Ya Kakak cuma pengen tau aja sekarang kamu ada di mana, emang gak boleh tanya?"

"Iya boleh sih, Kak, tapi kan agak aneh. Setelah selama ini Kakak nggak ada kabar tahu-tahu telepon dan tanya gimana kabar aku."

"Udah deh, kamu jawab aja, nggak usah bertele-tele."

"Ada apa sih Kak, kayaknya Kakak juga lagi ada masalah. Kalau nggak ada masalah, pasti Kakak nggak mungkin hubungin aku."

"Iya, Kakak memang lagi sedikit ada masalah."

"Terus?"

"Kakak sekarang ada di Malang dan kondisi keuangan Kakak tidak begitu baik, lagian pacar Kakak juga lagi sakit, kalau kamu ada uang lebih, kamu bisa kirim ke Kakak?"

Tanpa basa-basi Titania menceritakan permasalahan pelik yang saat ini sedang menimpanya. Harapan satu-satunya Titania hanyalah pada Andre. Besar harapan adiknya itu mampu memberikan dia beberapa uang atau yang lainnya untuk menunjang kehidupannya dengan Kenang.

"Jadi Kakak di Malang?"

"Iya ya, tolong ya kalau kamu ada uang atau apa yang bisa Kakak uangkan berikan ke Kakak."

"Kenapa sih nggak minta Mama atau Papa aja?"

"Nggak semudah itu, Ndre, untuk menjelaskan permasalahan yang saat ini sedang Kakak hadapi."

"Memangnya Kakak itu permasalahannya apa? tinggal balik ke rumah semua beres, nggak perlu pakai drama kayak gini lagi."

"Ndre asal kamu tahu ya, pacar Kakak itu sekarang lagi sakit kena kanker. Nggak mungkin dong Kakak ngemis-ngemis ke Mama atau Papa untuk menjelaskan hal ini."

"Selama ini Kakak pergi dari rumah ternyata cuma pacaran, katanya mau lanjutin S2?"

"Niat awal Kakak itu melanjutkan S2, Ndre, tapi karena kakak terus didesak untuk menikah dengan orang yang gak pernah Kakak cinta, akhirnya mending Kakak cari jodoh sendiri aja."

"Itu bukan keputusan yang baik."

"Udah lah Ndre, Kakak itu enggak butuh ya nasehat dari kamu. Kakak cuma butuh uangmu kamu, tuh, intinya bisa bantu Kakak atau enggak?"

"Kita ketemuan aja gimana, soalnya Andre juga lagi ada di Malang."

"Kakak sudah tahu kalau kamu ada di Malang, waktu Kakak telepon pertama kali kan kamu juga cerita kalau lagi ada di Malang buat lari dari mama dan papa."

Ternyata Andre lupa karena dia sebelumnya telah memberi kabar kalau ada di Malang. Sehingga jika Titania mengejarnya bukan sesuatu yang mustahil karena mereka ada dalam satu kota.

"Oke deh kalau gitu, kita cari tempat di mana dan kapan lalu kita ketemuan biar jelas, kalau ditelepon kayak gini takutnya ada salah paham."

"Kamu memang adik aku yang bisa diandalkan. Kakak sekarang ada di rumah sakit Bhakti Pertiwi kalau kamu ada waktu boleh deh main ke sini."

"Ya, berarti kita ketemuan aja Kak di rumah sakit itu. Biar nggak usah jauh-jauh, lagian pacar Kakak kan lagi sakit."

"Ide yang bagus, Kakak setuju, gimana kalau besok?"

"Boleh, aku juga lagi nggak ada acara kok."

Titania dan Andre menyepakati untuk bertemu di rumah sakit guna membahas uang yang akan diberikan pada kakaknya untuk menopang hidup bersama kekasihnya itu. Benar adanya jika ikatan saudara itu tidak bisa terpisahkan oleh apa pun walaupun mereka beda Ibu, namun andil yang mengalir dari sang papa terus ada.

***

"Dari awal Mama itu enggak setuju kalau Andre itu nikah sama Sarah, akhirnya kayak gini kan, dia nggak bisa diatur."

"Ma, jangan berprasangka buruk seperti itu. Mereka memang mungkin ingin bulan madu sendiri tanpa Mama ganggu."

"Bukan maksud Mama itu mengganggu mereka, Pa,  tapi Mama takut kalau Andre tiba-tiba anfal, kalau ada Mario kan bisa baik-baik aja, bisa dijagain gitu, lho Pa."

"Ya biarin dong, Ma, Sarah itu juga tahu kalau suaminya sedang sakit pasti bisa menjadi istri yang baik."

"Ah, sebel ngobrol sama Papa pasti seperti ini, selalu dukung Sarah lagi dan lagi. Nggak pernah apa mikirin gimana Mama yang khawatir kalau terjadi sesuatu dengan Andre?"

"Tolong Mama biasa kan kalau sekarang Andre itu sudah menikah, berarti sudah memiliki tanggung jawab sendiri. Tidak perlu selalu Mama pantau, lagian mereka juga sama-sama dewasa."

"Terserah! ngomong sama Papa itu malah bikin Mama tekanan tinggi bukan malah bikin hati Mama tenang."

Mama Siska pergi meninggalkan area dapur lalu mengambil ponsel yang ada di kamarnya. Segera dia menghubungi Mario untuk mencari kabar di mana keberadaan Andre. Dia tidak pernah memperdulikan suaminya yang selalu mendukung Sarah menantu yang sangat cantik dan ternilai baik di mata lelaki itu.

"Mario, kamu sekarang ada di mana?"

"Aku lagi ada di rumah, Tante, kenapa?"

"Kalau kamu ada waktu main ya ke sini."

"Hari ini aku ke situ, juga nggak apa-apa, emangnya Andre belum ada jawaban ya, Tante?"

"Iya, Tante cari Andre ke mana-mana juga nggak ada. Ponselnya tuh juga nggak bisa dihubungi, tolong ya kamu kalau bisa, cari di mana Andre. Tante dibuat bingung dengan kondisinya."

Terdengar nada panik dari suara Mama Siska. Benar adanya seorang Ibu tidak akan pernah rela anaknya sakit dan bahkan tidak ada kabar sedikitpun. sekalipun Mama Siska kurang menyukai keberadaan Sarah, namun dia tetap menyayangi Andre apa pun yang terjadi.

"Tolong ya, sekali lagi kamu cari kabar tentang Andre."

"Iya Tante, pasti aku akan segera cari kabar tentang dia, kalau udah ketemu aku langsung hubungin Tante."

"Beruntung banget ya, seandainya Tante punya anak yang penurut kayak kamu."

"Bukankah selama ini Andre juga penurut?"

"Iya, dia penurut sama Tante. Tapi sebelum nikah sama istrinya, setelah menikah dia jadi pembangkang, bahkan tidak mau lagi menuruti apa yang Tante inginkan."

Mario berfikir memang Andre berhak untuk menolak apa yang menjadi keinginan Tante Siska lantaran dia telah dewasa dan memiliki masa depannya sendiri . Tidak harus semua menuruti perintah dari mamanya itu.

"Ya udah ya Tante, kalau ada kabar mengenai Andre, aku segera ngabari Tante."

"Oke Mario, Tante tunggu ya, bye!"

Mario kali ini tidak sependapat dengan Tante Siska lantaran Andre tidak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti itu. Dia sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri, tidak harus semua semuanya didikte oleh wanita paruh baya itu.

Mario baru ingat ternyata tidak datang di pernikahan Andre, sehingga dia kurang mengetahui bagaimana karakter dari istri Andre tersebut. Di sini Mario mulai beranggapan kalau sepertinya memang harus menimbang antara apa yang Tante Siska ceritakan dengan kenyataan yang sedang Andre.

"Sebenarnya aku kasihan sama Andre, sejak kecil sampai sekarang selalu menjadi boneka Tante Siska," gumam Mario sambil mempersiapkan diri bertemu Tante Siska.

***

Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang